Author POV
Ayu berlari keluar dari kafe dengan air mata yang sudah membasahi pipinya, Refan mengikutinya di belakang. Ayu hanya berdiri di halaman kafe, dia terus menangis sambil memegangi kepalanya yang mulai terasa pusing. Refan menghampiri dan memeluk tubuhnya dengan erat.
"Menangislah... menangislah sepuas lo, Ayu. Gue akan menemani lo," kata Refan tulus.
Ayu tidak mengatakan apa pun, dia hanya menangis dipelukan Refan. Lalu Putri datang dengan membawa tas miliknya dan tas Ayu. Putri sangat mengerti perasaan Ayu saat ini. Dia tidak tega melihat sahabatnya selemah ini, dia tidak sanggup.
"Ayu... please jangan siksa gue seperti ini." Putri mengusap pipi Ayu dengan lembut.
Dika terus memperhatikan Ayu dari kaca kafe yang tepat berada di sebelah kanannya. Dia mengerti apa yang sebenarnya terjadi dengan Ayu. Dia sangat terharu dengan kisah cinta Ayu yang begitu menyakitkan. Tetapi dalam hatinya terus bertanya-tanya, siapa cowok yang yang berpelukan dengan Ayu?
"Apa kalian kenal sama cowok itu?" tanya Dika menunjuk ke arah Ayu dan Refan.
"Tidak. Gue rasa dia nggak satu sekolah sama kita," jawab Alfi.
"Itu kan cowok yang tadi duduk dengan Putri. Kenapa dia malah berpelukan dengan Ayu? Lalu... kenapa Putri diam saja melihat mereka?" Satria mulai heboh.
"Mungkin saja dia sahabat Ayu. Makanya Putri hanya diam," kata Alfi.
Dimas masih duduk di dalam kafe, dia tidak tahu kalau ternyata Ayu melihat dirinya ketika bersama Fani. Dan dia sangat tidak menduga kalau Ayu akan mengatakan itu kepadanya. Dia sudah menyakiti hati dan perasaannya. Ayu rela melepaskan dirinya hanya untuk Fani. Padahal dia tahu kalau Ayu mencintainya dengan tulus.
"Dimas... lo baik-baik saja, kan?" Fani memegang bahu Dimas.
"Gue baik-baik saja. Seharusnya ini tidak pernah terjadi, kalau gue nggak menemui lo saat itu." Kata Dimas lirih tetapi masih bisa didengar oleh Fani.
"Maafin gue, Dim... gue nggakiii bermaksud buat merusak hubungan kalian." Fani merasa bersalah.
"Sudah terlambat. Sekarang semuanya sudah berakhir." Dimas melepaskan tangan Fani yang ada di bahunya.
Dimas pergi begitu saja tanpa pamit kepada Fani. Ketika sampai di depan pintu utama kafe, dia melihat Ayu menangis dipelukan Refan dan di sana ada Putri juga yang berusaha menenangkannya. Saat dia berjalan hendak menghampiri Ayu, mereka malah masuk ke mobil Refan dan pergi.
"Ayu! Ayu! Jangan pergi! Aku mau ngomong sama kamu!" teriak Dimas sambil berlari.
Mobil Refan sudah melaju jauh sehingga Dimas langsung masuk ke mobilnya lalu melajukannya. Dia berusaha mengejar mobil Refan tetapi pas di perempatan jalan, dia terjebak lampu merah dan akhirnya kehilangan jejak.
Dimas tidak tahu mereka akan membawa Ayu ke mana, karena mereka pergi bukan ke arah rumah Ayu. Dan dia memutuskan untuk pulang ke rumah, dia akan menemuinya lagi besok.
***
Hari sudah pagi, matahari keluar dari persembunyiannya. Bunga sedang membantu Mbak Yanti untuk mempersiapkan sarapan di ruang makan. Andre sedang asik membaca koran di teras samping ditemani susu putih hangat buatan istrinya.
"Ayah, serius amat sih bacanya?" Bunga menghampirinya.
"Eh Bunda... sini duduk, Bun." Suruh Andre lalu menggeser kursi yang ada di sebelahnya.
"Ayu belum bangun, Bun?"
"Nggak tahu Yah, Bunda dari tadi belum lihat Ayu."
"Ayah perhatikan beberapa hari ini Ayu sering bangun kesiangan. Biasanya kan jam 6 dia sudah rapi." Andre melipat korannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surat Cinta Untuk Starla [Completed]
Fiksi RemajaBerprestasi di sekolah? Kok bisa? Padahal hampir tiap hari main sampai larut malam bahkan terkadang tidak pulang ke rumah. Dikelilingi cewek cantik dan seksi? Tidak usah ditanya lagi, sudah pasti cakep. Cewek mana coba yang tidak tertarik? Walaupun...