Author POV
Seminggu sudah berlalu, tetapi hubungan persahabatan Ayu dan Santi semakin renggang. Ayu terus berusaha mendekati dan mengajak Santi berbicara, tetapi dia selalu menghindarinya. Santi sengaja memblokir nomor telepon Ayu agar tidak bisa menghubunginya.
Bahkan Santi juga menjauh dari yang lain. Dia sama sekali tidak pernah bergabung lagi sekadar untuk mengobrol atau makan sekalipun. Saat bertemu pun, dia sama sekali tidak menyapa ataupun menjawab sapaan mereka. Dia benar-benar menjauh dari sahabatnya.
"Coba lihat! Dia sombong banget sekarang!" cibir Rina.
"Jangan begitu, gue tahu kalau dia sangat kecewa sama gue. Maafin gue ya... gara-gara gue persahabatan kita malah jadi seperti ini." Ayu sedih.
"Lo itu nggak salah! Dia saja yang nggak bisa bersikap dewasa! Padahal umurnya kan lebih tua dari lo, Yu. Lucu sekali," sambung Dewi.
"Dia pasti akan kembali kok! Gue yakin," sahut Putri dengan senyumnya.
Mereka terus berjalan sampai kantin. Mereka tidak memesan makanan, hanya minuman saja. Saat Ayu sedang meminum, tiba-tiba Karin mengambil gelas minuman Putri yang ada di atas meja dan menumpahkannya ke baju Ayu.
"Upss! Maaf, sengaja." Ucap Karin dengan santainya.
"Karin!" teriak Putri yang ada di sebelah Karin.
Ayu membersihkan minuman itu dengan tangannya, tetapi bajunya sudah terlanjur basah. Putri hendak mencakar wajah Karin tapi langsung dicegah oleh Dewi. Karin, Lisa, dan Niken hanya tertawa puas melihat aksinya yang berjalan dengan mulus. Semua orang yang ada di kantin menyaksikan kejadian ini, termasuk Santi.
"Pergi lo!" bentak Dewi yang emosinya sudah di ubun-ubun dan siap meledak.
"Kenapa jadi kalian yang marah, sih? Korbannya saja tidak berkomentar apa pun tuh," jawab Karin.
Rina sedang membantu mengeringkan baju Ayu dengan sapu tangan miliknya. Karin sudah sangat keterlaluan, dia sudah melampaui batas. Dia tidak bisa dibiarkan terus, dia harus diajarin tentang kesopanan. Karena dia sama sekali tidak punya rasa sopan terhadap siapa pun.
"Karin, lo bisa nggak sih sopan sedikit sama orang lain? Semua masalah itu bisa diselesaikan dengan baik-baik, bukan dengan tindakan yang mempermalukan diri sendiri." Nasihat Ayu bijak.
"Tahu apa sih lo tentang sopan? Apa sopan itu yang merebut pacar orang begitu saja? Itu yang namanya sopan?" Karin menaikkan satu alisnya.
"Kalau itu mah namanya bukan sopan, tapi cewek murahan! Hahaha," sambung Lisa.
"Diam lo!" bentak Rina.
"Apa urusan lo?" tambah Niken.
"Sudah kalian diam saja, nggak usah diladenin." Pinta Ayu.
"Siapa yang merebut pacar orang, Karin?" lanjutnya.
"Lo masih tanya siapa orangnya? Lo punya kaca kan di rumah? Coba lo ngaca tuh!" kata Karin dengan suara yang semakin keras.
"Merebut pacar orang? Lo kali yang nggak tahu diri! Ditolak terus tapi masih tetap ngejar-ngejar Dika. Situ sehat?" ejek Putri.
"Dia kan sakit, Put." Tambah Dewi.
"Sakit apa?" tanya Putri polos.
"Sakit jiwa! Hahaha," balas Rina.
Rina, Putri, dan Dewi langsung tertawa lepas. Tidak hanya mereka saja, tetapi yang berada di kantin hampir menertawakan Karin. Wajah Karin memerah karena menahan malu, lalu dia pergi begitu saja dari kantin yang diikuti oleh sahabatnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surat Cinta Untuk Starla [Completed]
Roman pour AdolescentsBerprestasi di sekolah? Kok bisa? Padahal hampir tiap hari main sampai larut malam bahkan terkadang tidak pulang ke rumah. Dikelilingi cewek cantik dan seksi? Tidak usah ditanya lagi, sudah pasti cakep. Cewek mana coba yang tidak tertarik? Walaupun...