Bagian 2

32.2K 1.5K 5
                                    

Fadhil

"Ih, ngomongnya gak pake disaring lagi"

"Memang ada saringan untuk kata-kata?"

"Adalah, pake bahasa halus kek, nikah yuk gak pake kata kawin"

Aku tertawa membaca balasan chat gadis itu "Otak kamu aja yang porno mikirnya kesana"

"Idih, semua orang bakal mikir hal yang sama tau"

"Makanya cepetan"

"Kamu aja duluan" balasnya.

"Ah, kalo aku gampang, tinggal cus selesai" aku tertawa. Aku sudah ngebayangin gimana reaksi wajah gadis itu membaca pesanku yang ini.

"Ih, segitunyaa" balasnya, entah ini reaksi seperti apa.

"Hmm,, kamu percaya kalo aku anak nakal"

"Auk ah,, gelep"

"Udah percaya saja"

"Trus, kalo kamu anak nakal mau apa?, kamu juga gak bisa ngapa-ngapain aku. Karena kita jauh"

"Walaupun dekat kayaknya gak tertarik juga tuh sama kamu" balasku. Aku memperhatikan foto profilnya di media sosial itu. Berjilbab dan punya tampang ceria.

"Bagus deh" biasanya gadis ini akan jawab panjang-panjang semacam pembelaan. Misalnya mengklaim dirinya paling beda dan tidak sama dengan gadis lain. Lalu, dengan pedenya mengaku cantik dengan kharismanya. Sebenarnya menyebalkan juga, tapi entah aku tertarik untuk berdebat dan bercerita dengannya.

Aku yakin ia berubah begini sejak sebulan yang lalu ketika ia menangis dikatai jelek oleh seorang laki-laki di dunia maya. Astaga!, dia benar-benar melo drama. Aku sebenarnya tidak suka dengan wanita seperti itu. Tapi kadang saat berkomunikasi kuladeni saja.

"Aku butuh perhatian kayaknya, coba deh kamu perhatin aku"

Ya, aku rasa aku kesepian makanya kuladeni saja gadis cerewet itu di media sosial ini.

"Makanya cari pacar, cari istri biar gak kesepian"

"Untuk apa punya pacar, cuma buat itu-itu doang, selebihnya ngabisin duit"

"Pacar ya buat dijadiin istrilah, niat kamu itu yang salah nyarinya"

"Harus ya pacar dijadiin istri"

"Iyalah, gimana dia mau ngehargai kamu kalo kamu tidak menghargai dia. Gimana dia tidak mengincar uang kamu kalo kamu maunya itu sama dia"

"Ya kenapa mereka tidak menolak?, bilanglah kalau mereka tidak bisa dihargai dengan materi" balasku, aku ingat wanita cantik yang baru sehari kutemui di kota ini, belum apa-apa dia sudah nampak mengincar uang.

"Orang kan beda-beda Fadhil, dan kamu dapat yang seperti itu. Biasanya laki-laki itu lebih selektif mencari pasangan. Seharusnya kenali dulu luar dalam baru dipacari"

"Kan udah kenal, memang mau kayak mana lagi?"

"Minimal kenal seseorang luar dalam kan 7-8 bulan, kalo dari awal kenal dia sudah menunjukkan indikasi ngincar materi ya ditinggali saja. Kalau tidak bicarain baik-baik. Nah, kalo kamu benar-benar cinta dengan dia buat dia berubah. Kalau dia ngincar materi jangan berfikir buat minta yang itu. Jangan tambah buat dia tersesat" astaga,, gadis ini seolah psikolog. Seberapa besar ilmu dan pengalaman hidupnya dalam bidang ini.

"Teori memang lebih mudah"

"Hei, apa yang aku fikir sama dengan apa yang aku lakukan"

Benarkah?, apakah kau berbeda dari banyak wanita yang kukenal? Apa kau wanita yang kau ceritakan tadi?.

"Yayayaya, luar biasalah kamu ya. Maaf aku bukan kamu yang luar biasa"

"Aku gak bilang aku hebat, aku juga bukan orang baik-baik tapi setidaknya aku punya niat buat jadi orang baik. Kamu anggap itu susah karena kamu belum coba"

"Aku gak mau coba"

"Udah, solat gih sana"

"Apa hubungannya coba?"

"Kamu kan lagi galau"

"Solat dulu sana, nanti baru chatan lagi"

"Udah dong, kamu itu solat biar gak galau"

"Ih sotoy nih anak, aku gak galau" balasku

"Heh, jangan sebut makanan siang-siang gini. Puasa"

Hah? "Apa hubungannya coba?"

"Itu soto?"

Aku tertawa, aku tau dia tidak benar-benar lugu. Tapi dia lucu.

@@@

Tiana

"Dimana kamu dapat uang Tia?" Tanya ayah saat aku mengunjunginya dirumah sakit.

Setelah mendapatkan uang itu dari Fadhil dan menandatangani kontrak itu aku segera mengurus biaya operasi ayah. Sehari setelah oprasi itu dilakukan, ayah menanyakan dimana aku mendapatkan uang itu. Padahal ia tau kondisi kami tidak mungkin untuk melakukan operasi itu. Ditambah lagi aku harus melunaskan hutang kami pada bang Rojak yang hendak mengambil alih rumah kami. 30 juta beserta bunganya, setidaknya mereka tidak punya hak lagi untuk menghancurkan rumah itu.

"Tiana pinjam sama teman yah"

"Siapa?"

"Tiana kenal baik sama dia yah, ayah jangan khawatir. Dia bukan rentenir"

"Uang itu banyak nak, bagaimana mengembalikannya?"

"Tiana akan kerja lebih keras lagi yah, ayah jangan khawatirkan Tiana. Beberapa minggu ini Tiana diajak teman untuk bekerja di sebuah restoran. Ramadhan ini mereka lebih butuh banyak karyawan"

"Ayah minta maaf buat kamu kerja keras seperti ini nak"

"Tak apa ayah, yang penting ayah sembuh. Dan rumah kita kembali ketangan kita"

"Utang temanmu bagaimana nak?"

"Ah, dia tidak masalah kalau Tiana belum membayarnya"

"Masa begitu?, laki-laki atau perempuan?"

"Perempuan yah, Nadia teman Tiana ketika kuliah dulu"

Ya allah, ampunkan aku untuk kebohongan ini

@@@

Gimana gimana?

Yuk ah, voment 

Nikah Siri (✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang