Bagian 18

19.2K 950 15
                                    

Maaf banget, aku lupa kalau hari ini jadwalnya Nikah Siri. Makasih @antiumei udah ngingetin.


-------------------------------------


(Hari ke Enam)

(Tiana)

Pagi setelah untuk kedua kalinya kaki Fadhil di urut, Anton datang. Ia tak bercerita hal penting apapun, tapi tiba-tiba saja Fadhil bersiap-siap untuk ikut dengannya.

"Kakimu belum sembuh"

"Dia akan baik sendiri nantinya" katanya berjalan keluar kamar.

"Tidak tunggu ayah pulang dulu?"

"Tolong sampaikan terimakasih kepadanya" jawabnya melangkah dengan tertatih.

"Aku?"

Ia menghentikan langkahnya lalu berbalik menatapku. "Jangan susul aku kecuali aku jemput" perintahnya menatapku dengan serius.

"Fadhil"

Aku berharap dia membantuku menyelesaikan ini semua segera. Setelah itu menceraikanku dan tidak berhubungan lagi. Aku sudah cukup tertekan dengan masalah dan kebohongan ini. Aku takut ayah semakin curiga dan mengetahui ini semua.

Seperti malam tadi, saat Fadhil mengigau ia  tiba-tiba memelukku. Pada waktu itu Ayah dan Riana ada di sana melihatnya. Setelah itu, ayah menanyaiku tentang hubunganku dengannya.

Ah, aku berbohong lagi waktu itu.

Aku harus mengakhirinya, ini akan jadi karma buatku suatu saat.

Ah!, tiba-tiba aku menyadari Fadhil mengecup pipiku. Kenapa dia ini?, tiba-tiba berubah seromantis ini?. Bukannya biasanya dia akan berkata kasar dan merendahkan aku?. 'Apa kau memperlakukan wanita murahanmu seperti ini? Atau memang karna kau cinta?'

Bodoh!, tapi aku menyukainya. Aku suka ia mencium pipiku selembut ini. Romantis. Bahkan jantungku berdebar.

"Tak perlu menunjukkan wajah malumu seperti itu" bisiknya meninggalkanku menuju pintu.

Ah! Apa kelihatan ya?

"Kabari aku tentang keadaan kakimu" kataku menatap kepergiannya menuju Anton yg sudah menunggu didalam mobil.

Laki-laki itu hanya menunjukkan jempolnya tanpa menoleh kepadaku hingga mobil itu meninggalkan pekarangan rumah.

@@@

(Fadhil)

"Kabari aku tentang keadaan kakimu"

'Kau bukan mamaku. Dan aku bukan anak kecilmu. Bilang saja kau ingin aku menelponmu. Hah!, kau memang telah jatuh cinta padaku'.

"Wajah melo mu itu untuk hal apa?"

"Apa?" Tanyaku menatap Anton yg mengemudi mobilnya.

"Kau mencintainya?"

"Tidak!, aku hanya memikirkan masalah ini. Jangan beri tahu Mama"

"Aku sedang menghubungi Lucas, aku harap dia bisa membantumu. Kau, telponlah Gunawan dan minta maaf padanya. Aku berusaha membujuknya untuk mencabut tuntutan itu"

"Tidak akan"

"Kalau kau masuk penjara Mamamu akan tau"

"Tidak akan tau kalau tidak kau ceritakan"

"Tidak ku ceritakan dia bakal tau, kau fikir kau ditahan sebentar?, 3 hari lagi kita cuti dan keluargamu akan bertanya kemana kau tidak pulang cuti panjang ini.

"Banyak alasan untuk berbohong, Ton"

"Aku tidak mau membohongi tante Diana"

"Kau cukup diam saja, dan bawa cepat mobil ini. Ayah Tiana sebentar lagi pulang"

@@@

(Tiana)

Bahkan sudah dua hari dia tak menjemput. Kemana laki-laki itu?.

"Anak gadis gak boleh termenung didepan pintu"

Ah suara ayah mengagetkanku.

"Ayah, cepat pulang hari ini yah?"

"Alhamdulillah tadi ada ibu-ibu beli ayam banyak. Katanya untuk acara buka bersama anak-anak yatim. Ayam potong ayah diborong semua"

"Alhamdulillah, rejeki yah"

"Iya nak, eh Na, ayah tadi ketemu abahmu. Dia bilang kemarin dia dijemput temannya Fadhil untuk ngurutin kakinya. Tapi bukan dirumahnya, di lapas"

"Maksud ayah?"

"Teman kamu itu sepertinya bermasalah dengan polisi, kamu tidak tau?"

Aku menggeleng. Ya allah, ada apa ini? Aku tidak yakin bahwa Fadhil orang jahat meski dia bersikap kasar padaku. Masalah apa? Apa hubungan dengan darah di kemeja dan kakinya yang keseleo?

"Kamu itu kalau berteman lihat dulu orangnya nak baik atau buruk. Meski ayah sekilas berfikir Fadhil anak baik, tapi berurusan dengan polisi itu tetaplah suatu tindakan kriminal. Untung kamu tidak terseret dalam masalah ini"

"Tiana tak yakin ayah, Fadhil tidak seperti itu. Tiana yakin"

Entah apa yg melatar belakangi ini. Padahal aku tau dia melatar belakangi kejahatan Gunawan padaku. Dia menjualku pada temannya.

"Kamu gak lihat dia?"

Hah? Haruskah?. Tapi dia bilang dia sendiri akan menjemput. Aku tau pasti waktu itu dia sudah tau bahwa dia akan ditahan disana. "Tiana coba hubungi temannya dulu ya?"

"Hm, kasihan juga gak ada keluarga yang jenguk"

Aku menelpon nomor ponsel Anton. Dua hari yang lalu dia menelpon melalui ponselku untuk memintanya mengantar kami.

"Ya?"

"Anton?"

"Benar, siapa?"

"Tiana"

"Ah, Tiana? Ada apa?"

"Apa Fadhil disana?"

"Fadhil? Ya?"

"Maksudku apa Fadhil sekarang di... Kenapa tidak memberi tahuku?"

"Kau.. Tahu?"

"Sekarang dia bagaimana?"

"Jangan khawatir Tiana, kami sedang usaha membebaskan dia"

"Ada apa sebenarnya? Tolong ceritakan padaku"

"Bukan apa-apa"

"Anton tolonglah"

Lama Anton diam "Ini masalah dia dan temannya"

"Apa? Siapa?"

"Namanya Gunawan"

@@


Nikah Siri (✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang