Maaf telat balas dan sepertinya tidak bisa menepati janji.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Fadhil benar-benar menepati janjinya mengantarku. Mobilnya berhenti agak jauh dari depan rumah. Aku menatapnya yang masih saja dengan raut wajah yang tidak diketahui bereaksi apa.
"Tidak masuk?"
"Kau bilang nanti ayahmu akan tau siapa aku dan pekerjaanmu" jawabnya dingin.
Aku menunduk, rasanya ingin menangis lagi. Entah untuk perasaan apa kali ini. "Kapan,, hmm lagi aku akan kembali?"
"Apa kau sudah terbiasa tinggal di apartemen itu? Atau sudah merinduiku?" Tanyanya menatapku.
Ah tidak, bukan seperti itu, "Aku masuk dulu" kataku membuka seatbelt. Tapi tangan laki-laki itu tiba-tiba menahanku.
Aku menatapnya "Jangan lupa minum obatmu, dan sembunyikan lebam di pergelangan tanganmu itu" pesannya. Apa itu sebuah ketulusan? Atau kau berusaha menutupi persekongkolanmu dengan temanmu itu?.
Aku mengangguk pelan, membuka pintu lalu pergi tanpa menoleh lagi pada laki-laki itu. Aku merasa sangat bodoh menceritakan itu semua,, sangat bodoh...
......
"Assalamualaikum" ucapku mengetuk pintu. Seseorang menyahut dari dalamdan keluar membuka pintu. "Ayah" sapaku memeluk laki-laki yang telah membesarkan aku dan Riana selama 20 tahun sejak ibu meninggal. Laki-lakii itu kaget dan raut wajah riang terpancar di wajahnya.
"Katanya seminggu, ini baru 3 hari nak"
"Katanya ayah sakit"
"Ah,a ayah tidak apa-apa" selalu saja ayah menutupi semua darinya. Ah apa bedanya darinya yang menutupi semua itu. "Ayo masuk nak, eh, pakai apa malam-malam gini kemari?"
"Sama teman yah" jawabku bohong. "Riana mana?"Tanya ku.
"Dia kewarung sebentar, beli beras untuk masak besok" jawab ayah.
Aku mengangguk, "Baru tiga hari Tiana sudah kangen dengan ayah. Semuanya baik-baik saja kan?"
Ayah mengangguk senang.
@@@
Panggilanku cukup lama diangkat, hingga panggilan kedua ia mengangkat telepon dan aku mendengar suaranya yang parau. Sepertinya dia baru bangun tidur.
"Ha?"
"Sahur"
"Tidak ada yang bisa dimakan" jawabnya pelan.
"Tidak nonton bola? Bukannya biasanya beli makanan diluar ?" Tanyaku.
"Tidak, tidak ada mood untuk apa-apa" jawabnya lagi. "tidak ada, bila ada masalah pun kau tidak akan bisa membantu" katanya pelan. "Makanlah, kau lebih butuh tenaga untuk puasa. Jangan lupa minum obatmu" pesannya. Aku tersenyum, "Apa kau merindukanku?"
"Ah, tidak. Aku hanya mengingatkan" bantahku. Tapi tidak terdengar tawa yang menunjukkan ia menertawaiku .
Aku mendengar seseorang bicara di sampingnya. "Gimana? Masih sakit?"
Sakit?.
"Siapa yang sakit?" Tanyaku kemudian.
"Siapa? Tidak ada"bantahnya.
Lalu aku mendengar lagi suara itu menanyakan siapa yang menelpon. "Tiana, dia berbohong. Sebaiknya kau pulang dan rawat dia" suara itu terdengar jelas.
"Jangan dengarkan dia, aku akan menjemputmu"
"Kau sakit apa?"
"Jatuh dari lantai 1, kakinya di pen Tiana" jawab orang itu lagi. Aku mendengar Fadhil memarahi laki-laki itu dengan suara berbisik.
"Kenapa?, hei, aku tidak ingin mengurusmu. Aku meninggalkan pertandingan sepak bola karena menjaga_"
Tut
Penggilann itu terputus.
"Kamu telpon siapa subuh-subuh gini Tiana?" Tanya ayah yang telah berdiri di ambang pintu dapur. Aku tersenyum tak enak "Apa kamu punya kekasih?" Tanya ayah menggoda.
"Tidak ada"
"Lalu siapa yang kamu bangunkan sahur itu?"
"Ayah menguping ya?"
"Aku juga menguping kak" tiba-tiba Riana muncul di belakang ayah sambil menjulurkan lidahnya. "Hayo, siapa yang membuat kakak menunda pekerjaannya dan care pada orang lain seperti ini?"
"Ti- tidakk" bantahku "eh, ayo bantu kakak angkat piring kotor ini" kataku mengangkat piring kotor di meja makan ke dapur.
"Ayah, namanya Fadhil"
"Ria!" Aku kaget saat adikku itu mengambil ponselku dan melihat siapa yang ku telpon.
Riana meletak ponsel itu diatas meja sambil tertawa.
"Kenalkan pada ayah" kata ayah mengusap kepalaku. Lalu melangkah ke tempat air.
Mati aku!.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nikah Siri (✔️)
Romantik"Benar-benar parah kamu Tiana, bagaimana aku bisa mempercayaimu?, mungkin saja kamu sudah pernah melakukan transaksi seperti ini sebelumnya, 50 juta aku bisa melamar gadis lain dan menjadikannya istri!" "Kamu memang harus melakukan itu" jawabku en...