Bagian 20

19.4K 1K 13
                                    

(Tiana)

"Ada apa Anton?" Tanyaku saat laki-laki itu menelpon.

"Kau menangis?"

"Ah, tidak. Tidak enak badan"

"Terimakasih kau sudah membantu"

"Bagaimana perkembangannya"

"Mungkin besok Fadhil sudah bisa keluar, ini berkatmu"

"Aku hanya berkata apa yg aku tau"

"... Kau tau, Fadhil memukuli Guna karena dia tau bahwa laki-laki itu datang sendiri ke apartemen Fadhil dengan niat berbuat jahat padamu. Dia awalnya mengira kau berselingkuh dengan laki-laki lain, ternyata laki-laki itu dan pak Lukman yang menyelamatkanmu dari Guna. Dia tidak menjualmu Tiana, kau harus tau itu. Aku yakin akan hal ini dan aku yakin dia menyayangimu. Tidak seperti yang kau fikirkan"

Ya allah, benarkah semua ini?. Lalu apakah aku harus bahagia untuk berita ini? Sementara masalah besar ada dihadapanku dan sedang menghantamku. Rasa senang itu sekejap saja berubah sendu.

"Tiana?"

"Ya?"

"Kau..."

"Jika Fadhil keluar, tolong beritahu aku. Aku... Ingin berbicara dengannya"

"Hm, akan kusampaikan"

Aku mematikan komunikasi. Aku bahkan tidak tau harus berbuat apa. Aku butuh seseorang untuk meluahkan ini semua. Aku butuh Fadhil.... Biasanya dia yang sering mendengar keluh kesahku dengan solusinya.

@@@

(Nar)

Sore itu setengah jam sebelum adzan magrim Fadhil dan Anton tiba apartemen milik Fadhil. Setelah Gunawan mencabut tuntutannya akhirnya laki-laki itu bisa lepas dari hukuman yang minimal 3-4 bulan itu.

"Ada Tiana?" Tanyanya memasuki apartemen itu.

Anton mengangguk "Aku menyuruhnya untuk menyiapkan makanan untuk berbuka"

"Seharusnya kita makan diresto saja, dia tidak perlu tau_"

"Dia sudah tau semua"

Fadhil membesarkan matanya tak percaya. Anton memang tidak bisa dipercaya, dan tidak bisa menepati janjinya untuk merahasiakan ini dari Tiana.

"Kau tidak mau bercerita apapun kepada kami"

"Ah, kalian mengagetkanku. Kenapa tidak mengucap salam" Tiana tiba-tiba muncul dari pintu balkon yang berada tak jauh dari dapur.

"Tidak perlu mengucap salam dirumahku sendiri" kata Fadhil berjalan menuju sofa. Suaranya cukup terdengar oleh Tiana, tapi wanita itu tersenyum saja.

"Aroma masakanmu tercium hingga kesini Tiana"

"Ah benarkah?, eh sebentar lagi waktu berbuka, sebaiknya kalian siap-siap" katanya kembali menuju dapur.

"Heh kau mandilah, aku yakin disana kau tidak pernah mandi bersih"

"Sembarangan kau!" Bantah faadhil meninju bahu Anton. Bahunya ditinju keras oleh Fadhil si Anton malah tertawa.

"Aku mandi dulu" Anton memutuskan meninggalkan Fadhil "Pinjam handukmu"

"Handuk bersih ada didalam lemari" suara Tiana terdenagr disela-sela ia menghidang persiapan berbuka"

"Thanks Tiana" ucap Anton buru-buru mengambil handuk dilemari itu. Ia melintasi Fadhil yang duduk disofa menatapnya dengan senyum yang lebah entah kesenangan apa yang ia dapat setelah mengetahui Tiana menunjukkan letak handuk itu.

'Sial!' umpatnya, tiba-tiba jantungnya bergemuruh melihat Anton tersenyum begitu. Ia melihat Tiana yang masih sibuk menghidang makanan. Sesekali aroma masakannya tercium hingga ketempat dimana ia duduk. Ia melihat Tiana dari kejauhan yang cukup serius melakukan pekerjaannya.

Ia berdiri menghampiri Tiana menuju dapur. Wanita itu masih fokus tanpa memperhatikan Fadhil yang baru saja datang. Ia memilih duduk di meja makan yang terhidang berbagai macam makanan dan minuman untuk berbuka.

"Apakah kau puasa?" Suara Tiana tiba-tiba terdengar.

"Lalu, kau menyediakan buka ini untuk siapa bila aku tidak puasa?"

Tak ada jawaban dari Tiana.

"Kenapa?, kau bahkan tidak mendengarkan aku untuk tidak datang sebelum ku jemput"

"Maaf"

"Apa maaf mu bisa mengembalikan kepercayaanku padamu?"

Dia diam lagi "Karena aku tau selama ini kau tak pernah percaya padaku"

Kali ini Fadhil yang diam.

Suasana sejenak berubah hening. Hingga Anton datang mengagetkan mereka.

"Buka-buka"

Tiana buru-buru meletak gelas air putih didepan mereka. Mereka ber tiga duduk di meja makan itu. Suara Anton terdenagr memulai untuk memimpin membaca doa untuk berbuka.

"Alhamdulillah, terimakasih Tiana" ucap Anton tersenyum ramah pada Tiana. Wanita itu tersenyum saja dengan sedikit malu.

"Mau kemana?" Tanya Tiana menatap Fadhil yang berdiri

"Mandi, apakah mandi juga aku harus memberi tahumu?" Jawab Fadhil ketus.

Tiana diam, raut wajahnya itu terlihat sedih untuk sikap dingin yang ditunjukkan Fadhil padanya.

"Tiana tolong airnya" Anton memeberikan gelas kosongnya kepada Tiana. Wanita itu menyambut lalu mengisi gelas itu dengan es buah yang dibuatnya.

"Jangan terlalu kau masukkan kehati, dia mungkin sedang bad mood saja" kata Anton pelan setelah Fadhil pergi. "Sebaiknya kalian selesaikan persengketaan ini malam ini juga. Aku cukup mengganggu jadi aku pulang saja. Terimakasih untuk es buahnya"

"Tidak cicip sayur asemnya?"

"Kau benar-benar memasakkan sayur asem?"

"Iyaa,,"

"Kalau begitu boleh aku bawa pulang?"

Tiana tersenyum "Andai Fadhil bisa bersikap sehangat ini" batinnya.

Nikah Siri (✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang