Bagian 4

25.6K 1.3K 7
                                    

Hello silent readers

______

Alarm ponsel itu berbunyi dan membangunkanku dari tidur. Ah, benar saja jam di meja kerja itu menunjukkan pukul 03.02 pagi. Suasana hampir sama ketika tidak ramadhan, tidak seperti di rumah. Bahkan suara adzan tidak terdengar disini.

Tunggu dulu, kenapa aku disini?

Aku buru-buru bangun dan mencari kemana Fadhil. Kenapa tiba-tiba saja aku ada di atas kasur?. Dia mengangkatku kah?. Apa dia telah??. Aku harus memeriksanya

...

Hampir satu jam aku menunggu laki-laki itu. Nasi yang terhidang di atas meja sudah mulai dingin. Sepertinya sebentar lagi sudah mulai imsyak. Kemana lagi Fadhil?. Apa aku harus menunggunya?"

Baru aku akan menelponnya, sebuah panggilan masuk dari ayah.

"Assalamualaikum ayah"

"Waalaikum salam, Tia sudah sahur nak?"

"Belum ayah, ini baru menghidang makanan. Nungguin teman juga"

"Siapa? Novia?"

"Iya yah,, di kosanya temannya. Tapi dia keluar sebentar" jawabku was-was. "Ayah apa kabar? Besok jangan puasa yah, kan obatnya musti diminum"

"Ayah temani Riana masak ini untuk sahur. Kamu hati-hati ya nak kerjanya. Kalau ayah sehat nanti, kamu dirumah saja masak"

"Hehe, insyaallah. Ayah harus sehat dulu yah"

"Ai, besok ayah sudah bisa mengangkat batu, batu asah" candanya. Aku tertawa dibarengi dengan suara tawa Riana diseberang sana. Udah makan dulu saja, sebentar lagi imsyak ni nak"

"Tiana tunggu teman yah, kasihan kalau sahur sendirian dianya"

"Nanti waktu habis, ayo makan sesendok saja dulu, nanti novia pulang kamu makann lagi"

"Iya yah..." aku menurut.

"Ayah tutup dulu ya nak, assalamualaikum"

"waalaikum salam"

Ah, sebaiknya aku makan saja

@@@

"Kamu dari mana?" Tanyaku menyambutnya di depan pintu.

"Nonton bola" jawabnya "Di apartemen teman, lantai 2"

"Sudah sahur?"

Ia menatapku ketika hendak berbaring "Sudah azan kau menanyakan sahur?"

"Aku tunggu kamu tapi kamu tidak datang. Aku sudah masak" kataku melipat mukena yang baru saja kukenakan.

"Kan bahan makanan belum dibeli"

"Aku masak nasi goreng" jawabku.

"Hmm, seharusnya kau telpon tadi" katanya berbaring.

"Oh iya, apa kamu yang mengendongku ke kasur?"

"Apa?" dia menatapku serius

"Aku kan tidur dibawah, kenapa ada diatas?"

"Mana ku tau, kan kau lihat aku keluar waktu itu, setelah itu tidak pulang lagi. Barangkali kau mengigau" jelasnya remeh. Ia buru-buru bangun menatapku serius "Kau memang hobby seperti itu ya?"

Nikah Siri (✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang