Bagian 26 (Habis)

34.4K 1K 43
                                    

(Nar)

Anak sama ayah sama saja. Tidur dengan posisi tidur yang sama. Entah siapa yang menurut siapa.

Tiana mengambil ponselnya dan mengabadikan ayah dan anak itu tertidur. Lucunyaa.... Sesekali ia tertawa cekikikan ketika melihat foto itu.

“Yah!, bangunn” katanya menggelitik pangkal lengan Fadhil. “Sahur sahurr”

Fadhil hanya bergerak sebentar lalu tidur lagi. Tiana gelang-geleng kepala. Ia menindih Fadhil funtuk membangunkan Fathan. Meski masih berusia 3 tahun anak kecil itu tidak mau ketinggalan sahur. Dia akan menangis ketika sadar meninggalkan sahurnya.

“Ayoo bangun super hero. Sahurr. Jangan sampe telat” ia berbisik di telinga anaknya.

“ayahnya gak dibisikin?” Suara Fadhil terdengar membuat Tiana tersenyum. Ia duduk membelakangi Fadhil lalu berbisik di telinganya.

“Ayahnya super hero bangunn, sahuur”

“Terimakasih sayang” katanya perlahan bangun. Ia mengecup pipi Tiana lalu menggelitik Fathan yang masih enggan untuk bangun.

“Bunda siapkan makanan sahur, ayah tolong bangunin Fatan ya?, Cuci muka dulu. Bunda tunggu di dapur”

“siapp komandan” Jawabnya masih malas.

Beberapa menit kemudian Fadhil datang dan langsung saja duduk dimeja makan. Ia tersenyum-senyum sambil memejamkan mata.

“Lha? Fathan mana?”

“Tuh nambahin volume tv”

“Athan, ayo nak" ajak Tiana memanggil anaknya. Anak kecil berusia 3 tahun itu berlari menuju mereka berdua. Sebelum duduk disamping ayahnya dia menyatukan jempolnya dengan jempol ayahnya. Mereka sempat bercanda dulu sebelum Tiana datang meletak nasi diatas meja.

“Ehem,, kalo udah ketemu sesama dia bunda di cuekin”

“Iya dong” jawab Fadhil mengedipkan sebelah matanya. Anak itu mengikutinya.

“Bunda mau gabung?”

“Stt,, ini khusus laki-laki” bisik Fadhil pada anaknya. Tapi Tiana bisa mendengarnya.

Anak kecil itu ikut-ikutan meletak jari telunjuknya di bibirnya. “Iyah, laki-laki” timpalnya “Laki-laki itu apa ayah?” Tanyanya bingung

Suami istri itu tertawa.

“Laki-laki itu yang punya otot kayak ayah dan Fathan” jawabnya sombong. Fathan mengangguk.

“Awas deh, nanti bunda juga mau cari teman biar gak di cuekin”

“Yang cantik kayak bunda ya?” Tanya Fathan tiba-tiba berdiri diatas kursi.

Tiana mengangguk. Sementara Fadhil tertawa.

“Perlu buat sekarang?” Tanya Fadhil memasang wajah genit.

“Ih, ayah!”

“Iya buat.. Buat.. Ayo buat sekarang”

“Kan ayah!” Tiana memasang wajah cemberut sementara anaknya kegirangan bukan main.

Fadhil tertawa “Tepungnya belom dibeli sayang” jawabnya “Duduk”

“Bisa dimakan ya yah?” Tanyanya kembali duduk.

“Hmm, begitulahh,” jawab Fadhil tersenyum senyum menahan tawa.

“Udah-udah baca doa” Tiana mengalihkan pembicaraan. Ia malu sendiri melihat kepolosan anak kecilnya itu.

“Athan pimpin!!” Ia mengajukan diri senang.

“Silahkan...”

Mereka mengadahkan tangan diatas meja. Kedua suami istri itu menatap anak laki-laki mereka berkomat-kamit membaca doa berpuasa

“... Aajihiiss sanatill lila i taala, amiiin”

“Terimakasih Fathan” ucap mereka berbarengan.

“Yuwelkom” katanya meletak tangan kanannya didada.

Yahh, hidup itu ternyata tergantung pilihan kita. Ingin bahagia instan, tahap perlahan, tanpa resiko atau dengan resiko. Tapi, Bagaimanapun caranya kita memilih untuk bertemu jodoh. Bila takdir ialah bersama dengannya. Kelak, bagaimanapun caranya kita akan tetap bersamanya.

Yakinlah, bahwa tiada penderitaan dan ujian yang terjadi melebihi kemampuan kita. Selamat jatuh cinta, selamat mencintai, selamat memilih bagaimana cinta itu datang dan selamat untuk sebuah hari dimana kemungkinan anda akan merasa seperti keluarga kecil ini rasakan.

End 

Tulisan ini selesai pada : 30 september 2014.  09.27 pm.

Terimakasih ya temans untuk vote dan komentarnya di cerita ini. Senang bisa berbagi 😊😊

Tetap tongkrongi rabu untuk cerita baru MR. D.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Nikah Siri (✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang