Bagian 23

20.7K 934 20
                                    

4 tahun kemudian

"Cepat sedikittt!"

"Iya bawell" gadis itubur-buru masuk kedalam mobil sambil memonyongkan bibirnya.

"Kau bilang janjinya jam 2 siang, ini sudah pukul 4 sore. Benar-benar kelewatan" suara laki-laki dengan godek kasar di dagunya itu terdengar jengkel. Kaca mata hitam yang menutupi matanya memiliki warna sepadan dengan bekas cukuran godek didagunya. Kemeja berwarna biru dongker berlengan panjang yang tergulung di bawah sikunya itu terlihat sepadan sekali dikenakan olehnya.

"Siapa suruh jemput aku lama banget"

"Heh, kau tidak bilang bahwa kau akan pergi jam 2 siang"

"Ya udah, cepat deh bawa mobilnya, ntar butiknya tutup"

Pemuda yang kira-kira berusia 27 tahun itu menjewer telinga gadis berambut pirang di sampingnya sebelum Berangkat.

"Ih, kebiasaan nih kak Fadhil!!"

Laki-laki itu hanya tersenyum. "Butiknya dimana?"

"Jl. Hasanuddin dekat lampu merah, masih ingat gak?"

"Kau kira aku meninggalkan kota ini sepuluh tahun?, baru juga dua tahun disini kau sudah sok kenal kota ini"

"Lalu , kenapa coba lewat sini?"

"Lha? Hasanuddin kan? Dekat pasar tradisional itu?"

"Bukan, itu Burhanudin, dekat tugu itu kakak sayang cintaku manisku" bantah gadis itu "Tugu simpang tiga"

Laki-laki itu sejenak terdiam. Nama tempat itu tiba-tiba membuat jantungnya berdesir. Meski telah 4 tahun meninggalkan kota dimana dulu ia pernah bekerja ini, dia masih ingat dengan nama itu untuk sebuah kejadian yang memilukan baginya.

Tiana, nama itu masih saja selalu ia ingat untuk sebuah kesalahan dan dosa yang ia lakukan pada wanita malang itu.

"Kak!"

"Apa?"

"Tau gak?"

"Tau" jawab Fadhil dengan nada suara yang berubah.

"Ih kenapa? Kayak orang kesurupan aja"

"Jangan banyak bacot"

@@@

Dulu tidak ada butik ini, seingatku dulu disini hanya sederetan ruko barang pecah belah dan tekstil. Butik ini cukup luas dan tertata sangat rapi dan detail. Beberapa manekin terpajang dengan dress panjang muslimah dan kebaya pengantin. Cukup menarik untuk dilihat dari luar.

Aku mendengar suara percakapan Nesya dan sipemilik butik di lantai atas. Ah, suara gadis itu memang besar.

"Assalamualaikum" ucap seseorang mendorong pintu kaca butik itu memasuki ruang tunggu dimana ada aku dan beberapa karyawan yang sedang memperbaiki pakaian pada manekin di etalase tak jauh dari meja kasir.

"waalaikum salam" jawab mereka berbarengan. Aku menatap laki-laki kurus bercelana pendek yang datang sambil memimpin seorang anak kecil berusia 3-4 tahun dengan seragam yang menunjukkan nama sebuah Playgroup.

"Hai Athan pulang" salah seorang karyawati berlari menyusul anak laki-laki itu lalu memeluknya. "Aduh, bajunya kotor, Athan makan apa sayang?"

"Makan es clim tante" laki-laki kurus itu menjawab hingga membuat karyawati itu pasang wajah jutek. Aku mendengar cekikikan karyawan lain di balik etalase kaca itu.

"Kamu ini, jangan sering di kasih es krim, nanti demam siapa yang susah?"

"Bundanya"

"Bundanya susah kita juga susah, kasian tau kalo Athannya demam" si karyawati mencium pipi anak kecil itu dengan sayang.

Nikah Siri (✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang