2. Nyebelin

5.5K 198 11
                                    

"Kapan lo gak bikin gue marah tukang usil. Capek tauk berantem mulu."
-Levina Tifanka

***

Levina

Kini aku sudah berada di kelas. Eliza pun juga. Ia menyusul, ketika tahu aku pergi dari kantin.

"Sebel gue." ucapku.

"Iya gue tahu Vi." jawab Eliza sambil memakan makanan ringan yang tadi sempat ia beli di kantin.

"Ih rasanya pengen gue masukin kantong plastik tuh orang. Gue buang ke tempat pembuangan sampah." ucapku lalu mendengus kesal.

"Udah deh Vi. Lo kalau sebel kenapa tegaan gitu. Sadis." balas Eliza yang masih asik dengan makanan ringan jumbonya itu.

"Tauklah bete gue inget dia." ucapku kesal lalu mengambil makanan ringan di tangan Eliza dan memakannya.

"LEVINA ITU MAKANAN GUE." teriak Eliza histeris.

"Lo makan terus lama - lama gendut. Mending gue makan." ucapku sambil menahan tawa.

"Yaelah Levi. Sadar diri. Pipi lo kayak bakpao sok - sok an ceramahin gue." ucap Eliza lalu merebut makanan ringan itu kembali.

"Pelit lo."

"Eh Vi. Gue boleh tanya?" tanya Eliza.

"Boleh. Tumben lo tanya pakai acara izin segala." jawabku heran.

"Lo beneran suka sama Atha?" ucapnya

"Lo yakin suka dia Vi? Lo tahu kan dia siapa? Dan tahu kan resikonya? " lanjutnya

"Gue, yakin. Mungkin. Gue tahu kok resikonya." jawabku lalu menghembuskan nafas.

"
Gue bingung Vi. Kenapa lo gak suka sama yang lain aja kenapa sih?" ucapnya.

"Karena hati gue udah milih dia." ucapku pelan.

"Oke. Gue sudah bilang ke elo Vi. Elo juga sudah tahu resikonya. Tapi gue akan selalu mendukung apapun keputusan lo. Gue selalu ada buat lo." ucap Eliza sambil tersenyum ke arahku.

"Makasih El, elo emang sahabat yang terbaik deh." ucapku sambil memeluknya.

"Peluk - peluk kayak teletabis, gue ajak kali." ucap seseorang yang baru datang. Aku pun melepas pelukanku.

"Apa? Tadi elo bilang apa?" ucapku sambil memandang sinis ke arahnya.

"Kalian kayak teletabis." jawab seseorang itu cengengesan.

"Sesudah itu." ucapku cuek.

"Gue ajak kali pelukannya." jawabnya santai.

"Apa coba ulangi satu kali lagi." ucapku sambil menahan amarah.

"Gue ajak pelukannya." ucapnya sekali lagi dengan tampang muka sok polos.

"Sama kita ya? Najis ogah. Pelukan sendiri sana sama pohon." ucapku sinis.

"Jangan galak - galak neng. Nanti kayak macan lo." ucap Devan santai lalu berjalan menuju bangkunya.

Finally, You [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang