24. Rindu

2.9K 123 0
                                    

"Rindu ini untukmu. Dan masih untukmu."
- Levina Tifanka

Author

Setahun kemudian...

Setahun sudah berlalu. Kini Levina sudah berada di kelas XI dan sebentar lagi akan naik ke kelas XII. Tinggal menunggu beberapa hari rapor akan dibagikan. Kini kaki Levina juga sudah sembuh total. Ia sudah bisa berjalan seperti biasanya.

"Levi." panggil seseorang di depannya.

"Eh, iya Lin. Tadi lo ngomong apa?" jawab Levina.

"Ya ampun Levina, gue ngomong dari tadi lo gak dengerin gue." ucap gadis di depannya itu kesal.

"Maaf Alinzi." ucap Levina.

Sejak pertemuannya dengan Alinzi setahun yang lalu membuat Levina bersahabat dengan Alinzi. Meskipun mereka berbeda sekolah. Dan tempat favorite mereka nongkrong adalah di sebuah kedai ice cream langganan Alinzi. Yaitu di kedai ice cream "Sweet Dream".

"Lo dari tadi ngelamunin apa sih Vi?" tanya gadis itu sambil memakan ice cream cokelat kesukaannya.

"Gue. Gue kangen mereka Lin." ucap Levina lirih.

Alinzi menghela nafas. Lalu berkata.

"Nyesel kan lo. Dulu aja sok - sokan tegar. Sok kuat. Sok rela melihat sahabatnya dengan orang yang dicintainnya. Huh." ucap Alinzi berniat menyindir sahabatnya yang baru ia kenal setahun itu.

"Aduh." ringis Alinzi ketika Levina menjitak kepala gadis itu.

"Gak usah nyindir gue." ucap Levina kesal.

"Hahaha." tawa Alinzi pecah.

"Kenapa lo ketawa Alin?" tanya Levina yang membuat Alinzi diam seketika.

"Levina jangan panggil gue dengan nama itu." ucap Alinzi kesal.

"Kenapa? Lo ingat Arlen? Atau, lo inget cow--"

"Stop Vi. Kenapa gue yang kena sih." potong Alinzi.

"Makanya jangan cari perkara." jawab Levina lalu memakan ice cream green teanya.

"iya - iya." ucap Alinzi.

"Btw lo tadi ngomong apa?" tanya Levina.

"Gak jadi deh. Males gue bahas dia lagi." ucap Alinzi dengan nada kesal.

"Oh tentang dia? Memang dia kenapa? Masih mengganggu lo?" ucap Levina.

"Ya gitu deh."

"Eh Lin. Menurut lo. Kalau gue hubungi Eliza gimana?" tanya Levina.

"Ya bagus lah Vi. Lo setahun ini kan gak pernah berhubungan sama sekali sama dia. Lo pakai acara ganti nomor telefon segala lagi." jawab Levina.

"Tapi gue takut Lin." ucap Levina lirih.

"Takut? Takut kenapa? Takut kalau sahabat lo itu berhasil mendapatkan Devan?" tanya Alinzi. Dan seketika membuat Levina terdiam.

"Lo diam gue anggep iya." ucap Alinzi lagi ketika melihat Levina yang terdiam.

"Bukan Lin. Bukan itu. Gue takut aja. Entah takut apa." jawab Levina akhirnya.

"Lo udah sahabatan sama Eliza berapa tahun sih Vi. Gak kayak gue sa elo yang baru setahun. Kalian bersahabat dari kecil loh. Lo mau persahabatan lo hancur gara - gara seorang cowok? Kayak anak kecil Vi." ucap Alinzi.

"Iya lo bener Lin. Persahabatan gue sama Eliza sudah bertahun - tahun. Dan persahabatan ini hampir hancur karena gue Lin." jawab Levina sambil menunduk.

"Jangan salahkan diri lo aja Vi. Sekarang lebih baik lo hubungi Eliza. Meskipun sekedar pesan singkat."

"Terus gue harus ngomong apa?" tanya Levina.

"Haduh Levina. Lo tanya kabarnya lah. Masak lo tanya udah jadian belum sama Devan." ucap Alinzi sambil terkekeh.

"Lo semakin banya ketawa ya sejak ketemu dia?" ucap Levina heran.

"Eh. Kom gue lagi yang kena." jawab Alinzi.

"Beneran deh Lin. Lo beda akhir - akhir ini. Kayaknya ada efek - efek bahagia gitu." ucap Levina.

"Gue biasa saja. Kayak kemarin - kemarin. Si cewek menyedihkan ditinggal cowok yang dicintainya Vi."

"Lo gak kelihatan semenyedihkan seperti dulu Lin."

"Karena gue pura - pura bahagia Levina. Terkadang kita perlu tawa tuk menutupi lara. Butuh senyuman tuk menutupi kesedihan." ucap Alinzi sambil tersenyum.

"Dan lo perlu itu jika nanti mereka benar - benar seperti apa yang lo inginkan, dan rencanakan setahun yang lalu." lanjutnya.

"Hem. Gue bahagia kok Lin. Jika mereka bahagia." jawab Levina.

"Bahagia palsu itu Vi. Gue tahu, lo bahagia luarnya. Tapu hati lo pasti tersakiti. Sampai kapan lo mengalah Vi."

"Cinta tak harus memiliki Lin."

"Ya. Gue tahu kata - kata lo yang itu. Gue tahu prinsip lo. Tapi gak selamanya, cinta tak harus memiliki." ucap Alinzi.

"Lo udah berapa kali merelakan Vi. Dan ini yang lo relakan dia juga mencintai lo." lanjut gadis itu lagi.

"Ini yang terakhir Lin. Ini terakhir kalinya gue merelakan orang yang gue cinta. Demi sahabat gue Lin. Gue sayang sama Eliza. Gue gak mau lihat dia bersedih." ucap Levina.

"Oke sekarang lo kirim pesan singkat deh ke Eliza." saran Alinzi. Lalu Levina mengangguk.

Levina T.
Hai El. Apa kabar?

- Levina

"Sudah." ucap Levina saat mengirim pesan singkat untuk sahabatnya itu.

"Oke kita tunggu balasan dia dulu." jawab Alinzi.

Eliza A.
Hai juga Vi. Gue baik - baik saja. Lo apa kabar? Gue kangen lo :)

"Dibalas?" tanya Alinzi.

"Iya. Katanya dia kangen sama gue." ucap Levina sambil tersenyum.

Levina T
Gue juga baik - baik saja El. Gue juga kangen lo. Kapan lo balik?

Eliza A.
Gue ada di Indonesia Vi, sama Devan.

Dan balasan Eliza seketika mendiamkan gadis itu.

Eliza di Indonesia. Sama Devan.

Batin gadis itu.

"Eliza di Indonesia." ucap Levina gugup.

"Benarkah? Sama Devan?" tanya Alinzi.

"Iya." jawab Levina pelan.

"Perasaan lo gimana Vi? Lo siap bertemu dengan mereka?" tanya Alinzi. Dan Levina menggelengkan kepalanya.

"Siap gak siap lo harus siap Vi. Lo bisa saja, kapan saja, di mana saja. Lo akan bertemu dengan mereka." ucap Alinzi.

Levina tidak menjawab ucapan Alinzi. Tetapi menjawab pesan singkat Eliza.

Levina T
Oh ya? Dari kapan?

"Gue bener - bener harus siap Lin. Dia ada di Indonesia. Jika mereka bahagia. Aku juga bahagia. Walaupun seperti katamu hanya berpura - pura." ucap Levina.

"Tapi lo gak bisa pura - pura terus Vi. Mereka bakal tahu. Dan Devan. Dia pasti juga akan tahu kalau lo mencintainya dulu bahkah sampai sekarang." ucap Alinzi.

"Gue akan berusaha. Untuk menutupi rasa cinta gue ke Devan. Biarlah rasa ini pergi dengan sendirianya." ucap Levina sambil tersenyum kecut.

"Jadi lo juga cinta?" ucap seseorang di belakangnya. Membuat tubuh Levina menegang. Dan Alinzi melototkan matanya saat tahu siapa yang berada di belakang Levina. Levina sangat kenal suara itu. Suara yang ia rindukan setahun ini.

***

Finally, You [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang