9. Anak temen Mama

2.1K 118 2
                                    

"Gue gak percaya. Lo anak sahabat Mama gue."
- Levina Tifanka

***


Author


Gadis berambut panjang itu masih terdiam di sana. Meresapi setiap ucapan yang dilontarkan Devan. Dan ia masih bingung. Bingung maksud setiap kata yang terucap dari cowok itu.

Dengan pikiran yang masih berkecamuk ia berjalan menuju mobil jemputannya. Yang di dalam sudah ada Eliza, sahabatnya.

"Elo kenapa Vi?" tanya Eliza saat melihat sahabatnya masuk ke dalam mobil dengan terdiam.

"Eh gak papa kok." jawab Levina yang seperti tersadar oleh lamunannya.

"Gak usah bohong sama gue. Kita kenal berapa lama Vi." ucap Eliza sambil memandang wajah Levina. Dan ketika matanya melihat ke arah rambut gadis itu, Eliza kaget.

"Rambut lo kenapa? Kok berantakan? Jangan bilang ini ulah Carla." ucap Eliza lagi. Namun sama, gadis berambut panjang itu enggan untuk membuka mulut.

"Jawab Vi. Gue kayak ngomong sama tembok kalau elo diem mulu. Kenapa sih dari dulu elo itu kalau ada apa - apa diem." ucap Eliza lagi dengan nada kesal.

"Gue gak papa El." jawab singkat Levina. Lalu ia menoleh, melihat ke arah jalan.

"Levina Tifanka, gue harus ngomong pakai bahasa apa agar lo jawabnya selain kata gak papa, gue tahu padahal lo ada apa - apa." ucap sahabat Levina itu semakin kesal.

"Gue capek El. Gak usah kambuh deh bawel lo." ucap Levina akhirnya tidak menjawab dengan kata 'gak papa'

"Bawel? Bawel - bawel gini ngangenin Vi. Dan ini juga demi lo bicara kek lo kenapa. Gue tau lo gak bakal lega kalau lo gak cerita. Ehem dan karena hanya gue sahabat lo, jadi sebaiknya elo cerita ke gue. Gue siap kok jadi pendengar setia lo. Siap memberi elo sar---"

"Bawel banget sih lo El." ucap Levina memotong cerocos Eliza.

"Bawel - bawel gini sahabat elo Vi. Yaudah deh kalau gak mau cerita." ucap Eliza.

Suasana mobil hening saat Eliza selesai berbicara. Levina yang masih menatap ke arah luar. Eliza yang bermain ponselnya. Semua sibuk dengan pikiran masing - masing.

Sampai akhirnya suara Levina memecahkan keheningan.

"Apa gue harus berhenti?"

"Hah maksud lo. Berhenti apa Vi?" ucap Eliza saat mendengar ucapan Levina.

"Berhenti mengejar Atha. Apa gue nyerah begitu aja?" ucap Levina sambil menatap Eliza.

"Lo kesambet apa Vi. Lo dulu semangat banget. Kok sekarang gini. Ada apa? Carla ya? Lo tadi diapakan Carla? Gue tahu rambut lo kayak gitu karena Carla kan?" cerocos Eliza dengan raut khawatir. Dia memang khawatir. Khawatir dengan sahabatnya.

"Emm, tadi emang gue dijambak Carla. Tapi--"

"APA? Lo dijambak Carla. Sialan dasar nenek lampir." ucap Eliza marah memotong ucapan Levina.

"Iya. Tapi gue gak papa kok El." jawab Levina.

"Terus dia ngapain lagi? Terus gimana cara lo bisa lolos dari nenek lampir itu?" tanya Eliza.

"Dia cuma jambak rambut. Dan biasalah dia nyuruh gue gak mendekati Atha." jawab Levina sambil menyisir rambutnya yang berantakan. Kemudian menghela nafas.

"Gue ditolong sama Devan." lanjut Levina lirih.

"APA? Lo ditolong Devan?" Eliza bertanya dengan suara yang keras.

"Biasa aja El tanyanya gak usah keras keras. Sakit kuping gue denger lo ngomong." ucap Levina sambil memasukkan sisir di dalam tas.

"Hehe gue shock Vi. Devan nolong lo lagi. Jangan - jangan--"

"Hangan - jangan apa?" potong Levina.

"Gak gak jadi."

"Aneh lo."

***

"Levina." panggil sang mama dari luar kamar Levina

"Iya ma." jawab Levina.

Kemudian terdengar suara pintu terbuka. Levina yang sedang berbaring di kasurnya melirik pintu yang terbuka. Di sana ada sang mama yang berdiri, lalu menghampiri anaknya.

"Ada apa ma kok mama kayak mau pergi ke luar." ucap Levina sambil merubah posisinya menjadi duduk.

"Temenin mama yuk. Mama ada acara makan malam dengan teman mamam" ucap wanita paruh baya itu sambil duduk di pinggir kasur milik anaknya.

"Terus papa nanti makan di rumah sendiri ma?"

"Enggak Lev. Papa nanti lembur. Jadi dia makan di kantor. Ikut mama ya. Teman mama baru datang di Indonesia." jawab wanita paruh baya itu.

"Oke ma, Levina siap- siap dulu."

"Mama tunggu di bawah."

***

Dan di sini lah. Levina dan sang mama menunggu teman Rianti, Mama Levina di salah satu restoran.

"Masih lama ya Ma." tanya Levina.

"Bentar lagi, mereka sudah sampai di parkiran." jawab sang mama.

"Mereka?" tanya Levina.

"Nah itu mereka." ucap wanita paruh baya itu sambil menunjuk ke belakang Levina. Reflek Levina menoleh ke belakang.

"Levina." ucap seorang cowok sambil menunjuk Levina dengan ekspresi kaget.

"Kalian kenal?" ucap wanita paruh baya di dekat cowok itu.

"Lebih baik duduk dulu." ucap Mama Levina.

"Ya ampun Rianti aku kangen. Sudah lama tidak bertemu." ucap wanita paruh baya itu sambil menghampiri mamanya Levina dan memeluknya.

"Aku juga. Kita gak bertemu udah lama sekali. 7 atau gak 8 tahun ya."

"Iya sekitar itu. Oh iya ini anak kamu Ri. Udah gede ya. Dulu masih kecil." ucap wanita paruh baya itu.

"Iya. Levina ini kenalin teman mama. Namanya Irene." ucap Rianti memperkenalkan temannya.

"Hai tante." ucap Levina sambil tersenyum sopan.

"Eh duduk dulu kenapa lupa sampai gak duduk." ucap Rianti.

"Oh iya. Udah pesen makanan Ri?"

"Sudah Ren. Oh iya itu anak kamu. Yang seumuran sama Levi kan?"

"Iya ini anak aku seumuran sama Levi. Oh iya tadi lupa. Kalian saling kenal ya"

"Iya tan. Kita satu sekolahan." jawab Levina

"Oh ya Ren nama anak kamu itu siapa? Lupa aku." tanya mama Levina.

Sebelum Irene menjawab. Levina tiba - tiba berbicara.

"Eh Ma, aku ke toilet bentar ya. Permisi tante Iren." ucap Levina langsung pergi.

Sesampainya di kamar mandi. Ia mencuci tangannya di wastafel.

"Dia? Dia anak teman mama?" gumamnya pada diri sendiri.

Jadi dia anak temen Mama. OMG. Gue gak mau di sini. Pengen pulang.

Batin gadis itu.

***

Finally, You [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang