13. Suka?

2K 108 0
                                    

Suka? Lo suka dia kan? Jujur aja.

***


Author

Gadis itu sudah rapi dengan seragamnya. Kakinya melangkah menuju meja makan. Di sana sudah ada sang mama, papa, dan sahabatnya.

"Pagi semua."

"Pagi Levi." ucap mereka bertiga yang berada di meja makan.

"Sudah enakan nak?" ucap sang mama sambil menghampiri anaknya dan memegang keningnya.

"Udah kok Ma, Levi udah sembuh." jawab Levina sambil tersenyum.

"Loh emang Levi kenapa ma?" tanya Eliza. Yang memang belum tahu, dan belum dikasih tahu. Tentang keadaan sahabatnya itu.

"Gue gak papa kok." jawab Levina sambil duduk di kursinya.

"Levina kemarin sakit El. Kata temennya dia terkena bola basket, tapi juga karena Levina demam." ucap wanita paruh baya itu sambil mengambilkan nasi goreng untuk sang suami.

"Remen? Siapa Ma?" tanya Eliza penasaran.

"Itu namanya siapa ya? Anaknya Irene sahabat Mama." ucap wanita itu masih mengingat ingat nama teman Levina.

"Udah nanti gue ceritain El." ucap Levina.

"Oh iya namanya Devan, iya Devan." ucap sang Mama, sukses membuat mata Levina melotot kaget saat sang Mama mengucap nama itu. Ia takut sang papa marah karena yang mengantarnya seorang cowok.

"APA? DEVAN? DEVANKA PA-- hmpff."teriak Eliza kaget, dan mulutnya dibungkam oleh tangan Levina.

"Dasar toa." ucap Levina kesal.

"Jadi yang antar Levi seorang cowok." ucap pria paruh baya itu dengan aura dingin.

Dan mendadak membuat suasana menjadi hening.

"Siapa dia Levi?"

"Hanya teman pa, teman satu kelas, satu extra." ucap Levina menjelaskan.

Kemudian sang papa menghela nafas.

"Sampaikan salam buatnya. Terima kasih sudah menjaga putri papa." ucap pria paruh baya itu kemudian memakan sarapannya.

"Hah?" Levina kaget dengan ucapan sang papa. Dia heran. Bukannya papanya itu anti banget melihat anaknya bersama cowok.

"Papa gak marah?" tanya Eliza

"Kenapa Papa marah?"

"Bukannya papa paling gak suka melihat Levi dekat sama cowok." ucap Eliza, heran.

"Levina sudah besar. Asal jangan sampai mengganggu belajarnya. Papa gak melarang Levina dekat dengan siapapun."

"Tapi jika sampai papa tahu, Levu nangis karena cowok. Papa akan membuat orang yang bikin anak Papa nangis, menangis juga. Ini berlaku juga untuk kamu El, karena kamu juga anak Papa." lanjut sang papa dengan aura serius.

"Iya Pa." ucap mereka berdua.

"Sudah - sudah ayo makan sarapannya nanti kalian telat." ucap sang mama mencairkan suasana.

"Vi pokoknya elo hutang penjelasan sama gue." ucap Eliza.

"Iya - iya." jawab Levina.

***

"Jadi gimana ceritanya?" tanya Eliza.

Saat ini mereka sedang berada di dalam mobil.

"Gue kemarin gak enak badan, lo tahu kan kemarin panas banget. Terus, nenek lampir itu sengaja melempar bola ke arah gue. Karena saat itu gue udah pusing, gue gak bisa ngehindar. Dan gue pingsan deh karena bola itu mendarat tepat di kepala gue." ucap Levina lalu menghela nafas.

"Lalu gue bangun udah di UKS. Dan ternyata yang bawa gue ke UKS iti Devan. Terus gue diantar pulang. Dan selesai." lanjutnya.

Levina gak mungkin menceritakan bagaimana sikap Devan kemarin. Membayangkanya lagi saja membuatnya malu sendiri. Apalagi semalam ia susah tidur gara - gara teringat kejadian kemarin.

"Wah gak nyangka gue, dia nolong lo terus ya. Padahal kalian musuhan." ucap Eliza sambil tertawa.

Namun, ada yang aneh dengan tawa Eliza. Kelihatan dipaksa. Apa ini hanya perasaan Levina saja.

"Lo kenapa El?" tanya Levina.

"Lah emang gue kenapa?" tanya Eliza balik.

"Tawa lo kayak kepaksa gitu. Lo mau tutupin kayak apa gue tahu elo ada apa apa El." ucap Levina.

"Gue gak papa Vi."

"Lo bilang, lo kenal gue sudah lama. Gue juga El, gue kenal lo lama. Gue kenal gerak gerik elo. Lo kenapa sih?"

"Gue gak papa Vi. Udah sampai yuk keluar." ucap Eliza lalu keluar dari mobil. Dan disusul Levina.

"Lo bisa nyembunyiin dari orang lain tapi tidak dengan gue El." ucap Levina saat sudah di samping Eliza.

"Kemarin lo bilang gue soal makan karena laper kan. Nah sekarang kita balik. Lo gue tanya lo jawabnya gak papa." ucap Levina lagi, dengan nada kesal.

"Terkadang, gak semuanya harus di ketahui sahabatnya sendiri." ucap Eliza lalu pergi meninggalkan Levina yang mematung.

Kemudian Levina menyusul Eliza, sampai di kelas. Di sana Eliza sudah duduk du bangkunya. Saat ia ingin berjalan ke bangkunya tiba - tiba ada yang menepuk bahunya. Lantas ia menoleh ke belakang.

"Lo udah sembuh?" tanya seseorang itu, yang tak lain adalah Devan.

"Udah kok, btw makasih ya kemarin." ucap Levina lalu Devan menganggukkan kepala.

"Oh ya lo dapat salam dari Papa, dan kata Papa Makasih." ucap Levina.

"Salam balik buat Papa lo, dan sama - sama buat Nama lo." jawan Devan.

"Oke."

Kemudian mereka duduk di bangku masing - masing dan mengikuti pelajaran hari itu.

***

Hari ini adalah hari yang membingungkan bagi Levina. Karena sejak tadi pagi sahabatnya itu aneh. Seperti ada yang di sembunyikan.

Dan rencana Levina ia akan bertanya sekali lagi saat pulang sekolah ini.

"Eliza." panggil Levina.

Saat ini mereka berada di depan kelasnya. Dan suasana di sini sepi. Sepertinya cocok untuk mempertanyakan ke sahabatnya itu.

Eliza yang merasa dipanggil itu pun menoleh ke arah Levina.

"Ada apa?"

"Gue tanya sekali lagi? Elo kenapa?"

"Gue gak pa--"

"Gak papa? Tapi lo aneh El. Lo kayak menghindari gue." potong Levina.

"Dan itu bermula saat lo tahu kemarin gue diantar Devan." ucap Levina.

"Apa jangan jangan.... " ucap Levina menggantung.

"Jangan - jangan lo suka Devan ya?" lanjut Levina. Dan seketika membuat tubuh Eliza kaku.

***

Finally, You [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang