17. Janji

2K 132 0
                                    

"Gue bakal jadi kaki lo. Gue bakal menemani lo sampai lo sembuh. Gue janji."
-Unknown

____________________________________

Author

Suara isak tangis terdengar di depan ruang IGD. Suara isak tangis Eliza, juga Kiara. Air mata mereka kini tak mampu tertahan.

"Eliza." panggil Mamanya Levina yang baru datang diikuti suaminya di belakang.

"Mama." ucap Eliza langsung memeluk wanita itu.

"Levi ma. Aku takut, aku takut Levina kenapa - kenapa." ucap Eliza lagi.

"Ssstt. Kita berdoa El. Semoga Levi baik - baik saja." ucap wanita itu menenangkan.

Kemudian pintu ruangan itu terbuka. Menampilkan wanita parug baya yang memakai jas putih.

"Keluarga nona Levina." ucap Dokter itu.

"Saya Papanya dok." ucap Papa Levina menghampiri dokter itu.

"Bisa ke ruangan saya. Ada yang ingin saya sampaikan." ucap dokter itu lalu pergi ke ruangannya diikuti Papanya Levina.

Sesampainya di ruangan dokter itu. Dokter tersebut mempersilahkan duduk Papanya Levina.

"Jadi bagaimana putri saya dok?" tanya Papa Levina.

"Nona Levina mengalami luka - luka dan cidera. Kaki sebelah kanannya patah. Sehingga harus dipasang gips. Dan kami sudah memasangkan gipsnya. Untuk sementara nona Levina harus menggunakan kursi roda. Jika sudah lebih baik bisa memakai kruk." jelas dokter itu.

"Lalu berapa lama sembuhnya dok?."

"Penyembuhan patah tulang umumnya membutuhkan waktu sekitar 3-4 bulan."

"Pengobatannya gimana dok?." tanya papanya Levina lagi.

"Setelah bidai atau gips dilepaskan, penderita membutuhkan terapi fisik untuk mengurangi kekakuan dan memulihkan pergerakan kaki yang cedera." jelas dokter itu.

"Baiklah, terima kasih dok." ucap Papanya Levina.

"Sama-sama semoga putri anda lekas sembuh." jawab dokter itu.

Kini Levina sudah dipindahkan ke ruangan. Di ruangan serba putih ini. Hanya tertinggal kedua orang tuanya, juga sahabatnya. Yang lainnya sudah pulang ke rumah.

"Mama kenapa Levina belum sadar?" tanya Eliza yang kini duduk di sofa ruangan itu.

"Sabar El, Levina pasti akan sadar kok." jawab wanita itu yang duduk di samping Eliza.

"Kita berdoa saja El. Berdoalah Levina cepat sembuh." kini suara sang Papa yang duduk di kursi di samping tempat putrinya terbaring.

"Iya pa."

***

Sampai keesokan harinya, gadis itu masih betah memejamlan matanya. Sampai kini matahari hampir tenggelam. Namun, kedua mata indah itu sepertinya enggan tuk terbuka.

"Assalamu'alaikum." salam beberapa orang yang baru datang di ruangan bercat putih itu.

"Wa'alaikum salam." jawab wanita paruh baya yang kini memandangi putrinya.

"Ma Levina belum sadar ya?" tanya Eliza menghampiri gadis yang berbaring lemah itu.

"Belum El. Eh ini mama mau keluar sebentar. Mama titip Levina ya?" jawab sang mama. Lalu menatap ke arah teman - temannya Levina. "tante titip Levi ya?" lanjutnya.

"Iya tan." jawab mereka. Kemudian wanita itu keluar dari ruangan itu.

"Lo betah banget tidurnya." ucap seseorang yang kini berdiri di samping tempat Levina.

"Iya Dev. Betah banget ni bocah tidur." ucap Eliza lalu duduk di kursi di samping Levina berbaring.

"Levi bangun dong, gue mau berterima kasih banyak sama lo." ucap Kiara, yang kini air matanya kembali turun lagi.

"Gue juga mau berterima kasih sama lo Vi." ucao Atha.

"Semua di sini mengharapkan lo bangun Vi. Bangun Vi." ucap Eliza.

"Bangun Vi, kalau lo bangun gue janji. Gue gak usil ke lo lagi deh." ucap Devan.

"Tuh Devan aja bakal janji gak usil lagi sama lo Vi. Bangun dong Vi gue kangen lo." ucap Eliza, air matanya kini menetes.

Perlahan kedua mata gadis itu terbuka.

"Levina lo udah sadar." ucap Eliza senang ketika melihat sahabatnya kini telah membuka mata.

"El." panggil gadis itu lirih.

"Iya Vi, lo butuh apa? Gue panggilin dokter ya?" jawab Eliza. Dan ketika ia hendak melangkah ditahan oleh Levina.

"Gak usah. Gue haus. Bantu gue duduk." ucap Levina.

"Tapi lo gak boleh banyak gerak dulu Vi. Lo tiduran aja ya gue bantuin minumnya?" ucap Kiara.

"Gue duduk aja." jawab gadis itu.

Kemudian Levina kaget, bukan Eliza ataupun Kiara yang membantu gadis itu duduk. Tapi, Devanlah yang kini membantunya duduk.

Lalu Eliza membawa gelas berisi air putih itu. Membantu Levina memegang gelas itu. Karena tangan Levina masih gemeteran.

"Makasih El. Makasih Dev." ucap Levina sambil tersenyum tipis, sesudah meminum air.

"Aduh." ringis gadis ketika menggerakan kakinya.

"Kenapa Vi?" tanya Kiara khawatir.

"Kaki gue, kaki gue kenapa sakit sekali." ucap Levina dengan air mata yang kini membasahi wajah gadis itu.

Kemudian pintu terbuka memperlihatkan seseorang berseragam putih serta jas putihnya.

"Nona Levina anda sudah sadar?" tanya dokter itu menghampiri Levina.

"Dok kenapa kaki saya sakit sekali?" tanya gadia itu kepada dokter.

"Anda mengalami patah tulang pada kaki. Sehingga kami memasang gips pada kaki anda. Kami akan memberikan obat agar kaki anda tidak nyeri." jelas dokter itu.

"Gak mungkin. Dokter bohongkan. Aku bisa jalan kan dok?" ucap Levina sambil menangis.

"Maaf Levina untuk sementara kamu harus memakai kursi roda, lalu jika sudah lebih baik bisa memakai kruk." jawab dokter itu.

"Apa bisa sembuh dok? Berapa lama dok?" tanya gadis itu lagi.

"Bisa Levina. Untuk berapa lamanya saya tidak bisa memastikan. Secara umum, untuk patah tulang 3 atau 4 bulan." jelas dokter itu. "sebaiknya kamu istirahat, dan jangan lupa minum obatnya. Saya permisi." lanjut dokter itu lalu pergi.

"Gue, gue gak bisa jalan." ucap Levina lirih. Air matanya kini semakin membasahi wajah cantiknya.

"Lo bisa jalan Levi. Lo bisa sembuh." ucap Devan menenangkan.

"Tapi lama Dev. Gue gak bisa jalan hiks." ucap Levina, semakin menangis. Kemudian Devan membawa Levina kedekapannya.

"Lo pasti bisa jalan lagi Lev." bisik Devan menenangkan Levina. Sedangkan Levina menangis dipelukan Devan.

Sementara Eliza, Kiara, dan Atha meninggalkan ruangan itu. Membiarkan Devan menenangkan Levina.

"Sstt. Jangan nangis." ucap Devan sambil melepaskan pelukanya dan menghapus air mata Levina.

"Gue janji. Gue bakal jadi kaki lo Lev. Gue bakal menemani lo sampai lo sembuh." ucap Devan sungguh - sungguh. Lalu menarik Levina kembali ke dekapannya.

"Makasih Dev." ucap Levina lirih.

**

Finally, You [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang