21. Menghindar

2.4K 112 1
                                    

"Andai aku tak berkata jujur tentang perasaanku. Kamu tak mungkin kan menghindariku sekarang ini."
-Devanka Padantya

***

Levina

"Lo, lo bercanda Dev?" tanyaku gugup.

Devan menghela nafas lelah, kemudian menatapku kedua mataku. Aku tak mampu melihat kedua mata Devan. Rasanya jantungku berdetak kencang. Nafasku serasa sesak.

"Apa gue kelihatan bercanda Lev." ucapnya sungguh - sungguh.

"Antar gue pulang Dev." ucapku dingin.

"Tapi Lev. Gue--"

"Antar gue pulang sekarang Dev." ucapku lagi.

Devan kelihatan kecewa. Lalu mengacak rambutnya sendiri.

"Baiklah." jawabnya kemudian menggendongku lagi menuju ke mobil.

Matahari kini mulai membenamkan diri. Terlihat warna jingga yang menghiasi pantai ini.

Sesampainya di mobil. Aku memilih melihat ke arah luar. Terdiam. Dan tak ingin berbicara apapun.

Sepanjang perjalan keadaan menjadi canggung. Tak ada yang memulai untuk berbicara.

"Sudah sampai Lev." ucap Devan. Lalu keluar dari mobil dan membantuku untuk keluar dari mobil. Menitihku sampai di depan pintu.

"Gue gak tahu Lev. Kenapa lo jadi begini. Lebih baik tadi gue gak bilang. Kalau akhirnya lo jadi seperti ini. Jika ucapan gue tadi mengganggu lo. Anggap saja gue gak ngomong apa-apa. Sebenarnya gue tadi hanya ingin jujur yang sebenarnya, sebelum gue terlambat. Maaf Lev." ucap Devan saat di depan pintu.

"Makasih untuk hari ini Dev. Dan jangan jemput gue besok." ucapku lirih lalu membuka pintu dan masuk ke dalam rumah.

Setelah pintu rumahku tertutup. Air mataku pun turun.

Maaf Dev.

Batinku.

***

Author

Terik matahari mulai menerobos ke dalam kamar gadis yang masih terlelap melalui celah - celah cendela.

"Levina bangun nak." ucap wanita paruh baya itu sambil menggoyangkan lengan putrinya.

Mata gadis itu pun mulai terbuka.

"Jam berapa ma?" tanya gadis itu lalu duduk.

"Jam 6 kurang, ayo mandi."

Kemudian wanita paruh baya itu membantu anaknya.

Setelah sudah mandi dan memakai seragam. Gadis itu dibantu sang mama turun dari lantai 2 menuju ruang makan.

"Selamat pagi Papa." ucap gadis itu sesampainya di ruang makan.

"Pagi nak. Mata kamu kenapa Lev?" ucap sang Papa.

Gadis itu hanya menggelangkan kepala. Dan tersenyum. Mata gadis itu memang berbeda. Matanya terlihat sembab.

"Udah yuk makan." ucap sang Mama.

"Pa nanti antar jemput Levi ya." ucap Levina kepada sang Papa.

"Loh kenapa memang? Devan kemana? Kan biasanya kamu sama Devan berangkat pulang sekolahnya?" tanya sang Papa bingung.

"Pokoknya hari ini aku mau di antar Papa. Ya Pa? Please." ucap Levina memohon. Lalu pria paruh baya itu pun mengangguk.

***

Finally, You [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang