8. Berhentilah

2.5K 125 3
                                    

"Berhenti. Kalau aku bisa aku akan berhenti. Nyatanya aku tak mampu"
-Levina Tifannka

***

Author

"Ke perpus yok males ke kantin gue." ucap Levina sambil menata buku yang berceceran di meja.

"Gue makan dulu. Nanti gue nyusul. Lo tahu kan tadi gue gak sarapan." jawab gadis berkaca mata itu sambil mengeluarkan kotak makan dari tasnya.

"Oke. Gue duluan ya" ucap gadis berambut panjang itu lalu pergi meninggalkan sang sahabat menuju ke perpustakaan.

Sesampainya di perpustakaan ia langsung menuju rak bagian novel - novel fiksi remaja. Dia suka sekali membaca novel.

"Hmm baca apa ya." gumannya sambil mencari - cari novel yang menarik.

Dia terus mencari novel yang menurutnya menarik. Sampai akhirnya matanya menangkap satu novel judulnya menarik perhatiannya.

Setelah mengambilnya dia berjalan menuju bangku tempat membaca. Dan ia mulai membaca novel tersebut.

"Vi lo baca apa?" ucap seseorang yang tiba tiba duduk di sampingnya.

"El, kaget gue." ucap Levina kaget.

"Hehe sorry. Baca apa lo?" ucap gadis berkaca mata itu sambil terkekeh.

"Biasa novel." jawab Levina.

"Jangan kebanyakan baca novel Vi nanti elo kebanyakan imajinasi, ekspektasi." Eliza.

"Iya El makasih sarannya. Eh tapi bener loh. Gue merasa kisah hidup gue kok gak seindah di novel - novel yang gue baca ya."

"Tuh kan efeknya udah kena lo." ucap Eliza lalu mengambil novel yang di baca Levina.

"Uya El. Eh gue berharap jadi pemeran utama di novel yang itu deh. Jatuh cinta cowok. Terus cowoknya yang mula - mula gak suka akhirnya suka." ucap Levina sambil berkhayal dia lah yang menjadi orang pertama.

"Duh Vi jangan terlalu percaya sama kisah - kisah di novel. Itu kisah fiksi. Udah jalani aja kisah nyata lo."

"Hmm. Iya El lo bener. Tapi bolehkah gue berharap kisah cinta gue kayak di novel. Yang happy ending. Saling mencintai."

"Boleh. Lo boleh berharap Vi. Tapi gue saranin jangan ketinggian nanti elo jatuh, pasti sakit. Jalanin aja yang sekarang lo jalani. Ikuti skenario tuhan. Gue yakin ada saatnya lo akan bahagia dan saling mencintai." ucap Eliza sambil menatap gadis berambut panjang itu.

"Iya El makasih ya. Elo emang sahabat yang paling ngertiin gue." ucap Levina sambil tersenyum ke arah Eliza.

"Sama - sama Vi, itulah gunanya punya sahabat." ucap Eliza juga tersenyum.

"Udah yuk balik ke kelas. Gue gak jadi bacakan. Udah mau bel." ucap Levina dengan kesal. Karena mengingat dia tidak jadi membaca novel gara - gara keasikkan ngomong sama sahabatnya.

"Hahaha, ayok." ucap Eliza sambil tertawa.

***

"El gue ke kamar mandi dulu ya. Elo duluan aja. Tunggu gue di mobil." ucap Levina.

"Gak gue temenin aja Vi." sahut Eliza.

"Enggak usah, gue udah gede El." jawab Levina.

"Oke, gue duluan ya."

Setelah sahabatnya meninggalkan ia di kelas. Lantas ia langsung ke kamar mandi.

Saat ia selesai dengan urusannya di kamar mandi. Ia keluar dari kamar mandi. Namun, ia di kejutkan oleh tiga orang yang di luar kamar mandi.

Dengan cuek Levina melewati ketiga orang yang berada di depannya. Berlagak tak tahu. Padahal ia tahu maksud dan tujuan ketiga orang tersebut.

"Auw." pekiknya saat rambut panjangnya kini ditarik salah satu dari ketiga orang tersebut.

"Lepasin La." ucap Levina sambil menahan sakit di kepalanya.

"Lepasin lo bilang lepasin, gue bisa lakuin lebih dari ini cewek udik. Lo udah gue peringatin ya. Tapi lo masih ngelanggar." ucap gadis cantik yang menarik rambut panjang Levina.

"Apa urusannya sama elo. Lo itu udah gak ada hubungan apa - apa dengannya." balas Levina.

"Apa lo bilang lo berani sama gue. Lihat guys cewek udik ini semakin berani dengan Carla." ucap Carla.

"Mau lo apa sih La. Jangan ikut campur urusan gue. Ini hidup gue. Kenapa lo yang ngatur." ucap Levina yang tak kalah sinis.

"Gue gak perlu denger ocehan lo. Gue mau elo jauhin Atha." ucap Carla, dengan menekan kalimat terakhirnya.

"Gue juga gak perlu dengar ocehan lo." balas Levina.

"Auw." ringis Levina saat merasakan rambutnya semakin ditarik.

"Lo berani sama gue hah. Lo--"

"Carla." panggil seseorang yang memotong ucapan Carla.

"Nah sekarang lihat pahlawan kesiangan lo dateng." ucap Carla sinis.

"Lepasin dia." perintah seseorang itu.

"Jangan ikut campur urusan gue." jawab Carla.

"Auw." ringis Carla saat seseorang itu melepaskan tanganya di rambut Levina dengan kasar.

"Gue udah peringatin elo La, jangan nyakiti Levi. Apa lo gak punya kuping hah." ucap seseorang itu terlihat menahan amarahnya yang memuncak.

"Lo harusnya bilang sama cewek udik itu. Dia yang gak punya kuping." ucap Carla lalu meninggalkan mereka berdua.

"Lo gak papa?" tanya seseorang itu saat Carla dan kawannya pergi.

"Eh gak papa kok. Makasih ya lo udah nolongin gue lagi. Gue duluanm" ucap Levina sambil menunduk. Entah mengapa dia tidak sanggup melihat wajah penyelamatnya itu. Lalu ia berjalan meninggalkannya, namun pada langkah ketiga ia terdiam karena ucapan seseorang tadi.

"Berhentilah." ucap seseorang itu. Levina hanya diam tak mampu menoleh ke belalang.

"Berhentilah mencintainya. Lo gak sadar apa rasa cinta lo itu akan membawa celaka buat elo. Berhentilah." ucap seseorang itu lagi.

"Elo gak punya hak buat nyuruh gue berhenti." jawab Levina tanpa menoleh. Matanya menatap lurus ke depan.

"Oke. Gue emang gak ada hak buat nyuruh elo. Tapi gue mau bilang, cinta itu gak harus elo miliki. Buka mata lo Levi masih ada yang mencintai elo dengan tulus." ucap seseorang itu lagi lalu berjalan melawati Levina yang kini mematung.

***


Finally, You [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang