4. Ada apa?

3.1K 167 6
                                    

"Ada apa denganmu. Ada apa dengan tingkahmu. Ada apa dengan sikapmu. Yang berubah hanya sekejap waktu"
- Levina Tifanka

***



Levina

Aku hanya diam saat tanganku kini ditarik olehnya. Entah kemana ia akan membawaku pergi. Aku bahkan melupakan rasa sakit di tanganku.

Ternyata dia membawaku di UKS. Setelah masuk ke dalam ruangan itu. Ia mendudukanku di kursi. Lalu mencari-cari sesuatu dalam kotak obat. Dan setelah mendapatkan yang ia cari. Dia menghampiriku, yang masih diam membisu.

Dia memegang tanganku. Dengan hati - hati dia mengoleskan sesuatu seperti salep di tanganku yang membiru. Ternyata gara-gara cengkraman Carla tadi mengakibatkan tanganku lebam.

Entah kenapa aku tak mampu berkata apapun. Tak mampu bergerak. Hanya mengikuti apa yang ia lakukan.

"Kenapa diam saja?" tanyanya

"Apa ini tidak sakit? Kenapa lo ngelawan dia? Lo tau kan sifatnya gimana?" tanyanya lagi tapi aku masih diam membisu.

Dia menghela nafas dan menutup salep tadi lalu mengembalikannya pada tempatnya.

"Tumben lo diam begitu." ucapnya lagi.

"Gue harus ngomong apa?" tanyaku pelan

"Akhirnya lo ngomong. Gue kirain lo bisu." ucapnya lalu duduk di sampingku. Aku mempelototinya.

"Hehe. Gak gak Vi. Lo kenapa cari masalah dengannya?"

"Bukan urusan lo." jawabku

"Baiklah bukan urusan gue, tapi gue saranin jangan cari masalah dengannya." ucapnya sambil menghela nafas.

"Kenapa gak boleh? Itu hak gue. Gue ingin mendapatkan apa yang gue mau." jawabku ketus

"Lo sudah tahu resikonya tapi masih ngeyel aja ya. Carla itu kejam Vi. Kayak lo gak tahu Carla aja." ucapnya lalu menghela nafas.

"Gue tahu, gue sangat tahu." ucapku lirih sambil menunduk.

"Gara - gara cinta elo kayak gini ya. Elo terima resikonya." ucapnya lagi.

"Naksud lo apa?" tanyaku dengan suara keras lalu menghadap ke arahnya. Untung UKS ini lagi sepi.

"Semua ini. Gara - gara lo cinta sama Atha kan?" ucapnya lalu berdiri.

"Selamat berjuang Vi semoga berhasil." ucapnya lalu melangkah keluar ruang UKS.

"Devan." panggilku. Kemudian dia menoleh ke belakang.

"Makasih lo udah nyelametin gue tadi" ucapku tulus.

"Iya." ucapnya lalu pergi.

***

"Levina lo gak papa kan? Lo tadi dibawa Devan kemana? Ya Ampun tangan lo sampai kayak gitu." cerocos sahabatku saat aku berhasil mendudukan diri di kursi.

"Tanya satu satu Eliza." jawabku setengah kesal.

"Oke - oke. Jadi lo gimana? Tangan lo?" tanyanya.

"Gue baik - baik aja El. Tangan gue gak papa lagian udah diobati." jawabku.

"Alhamdulillah deh. lo tadi dibawa kemana?" tanyanya

"Ke UKS, ngobati tanganku ini." jawabku sambil menunjukkan pergelangan tanganku.

"Terus sekarang Devan mana?" tanyanya lagi.

Finally, You [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang