Chapter 4 : Eksekusi

514 76 4
                                    

Jeon melangkah dikoridor bersama Jisoo dibelakangnya. Koridor yang biasanya sepi, kini ramai untuk melihat dan menyambut Jeon yang hadir kembali setelah kecelakaan menimpanya. Seperti biasa, Jeon melangkah dengan tangan yang disembunyikan dibalik saku celana hitamnya. Seruan para gadis mengiringi langkahan Jeon.

"Jeon Jeongguk!! Kau kembali!!"

"Selamat datang!! Jeon yang tampan!!"

"Jeon!! Aku merindukanmu!! Selamat datang Jeon" kata salah satu gadis menghampiri Jeon hingga langkahnya tehenti. Gadis itu membawa sebuket bunga berwarna merah dan ungu lalu menyodorkannya untuk Jeon. Jeon memiringkan kepalanya melihat si gadis. Para gadis yang melihatnya terbelalak melihat kenekatan si gadis yang membawa bunga.

"Kau pikir aku sudah mati?" kata Jeon dingin melanjutkan langkahnya yang diekori oleh Jisoo.

"Aaaahh~ Jeon yang tampan dan bijaksana" para gadis yang menontonnya terpana. Wajahnya tersenyum manja melihat respon yang bagus dari Jeon.

Si gadis pemberi bunga terdiam melemah. Kedua matanya memerah dan mengeluarkan air tangisnya. Ia menangis ditengah-tengah kerumunan para penggemar Jeon.

"Gadis yang malang" seru penggemar Jeon.

Jisoo menuntun Jeon dimana kelas yang seharusnya ia singgah. Tak kalah ramai dengan koridor, dikelaspun ramai menyambut kehadiran Jeon. Namun keramaian dikelas tidak sebising koridor. Dikelas memiliki ciri khas tersendiri. Dengan sambutan yang diwakili oleh ketua kelas, membuat Jeon memberi anggukan sekali terimakasih.

Sebelum menempati tempat duduk, Jisoo kembali menarik Jeon keluar namun Jeon menolak dengan cara mengabaikan cara Jisoo menariknya. Jeon dalam bahaya pikir Jisoo.

Selang beberapa menit Jeon duduk dibangku tepat disebelah Jisoo, kumpulan para gadis mengerumuni Jeon. Ada yang membawa bingkisan berisi buah, cokelat dan ada pula yang membawa sebuket bunga dengan pita dibawahnya menunjukan rasa terimakasih pada Jeon yang telah hadir kembali setelah satu bulan lamanya ia vakum karena kecelakaan dan proses pengobatan.

Alis Jeon beradu melihat tingkah para gadis yang sebetulnya tak disukainya. Yang disukai Jeon adalah sebuah pengabaian kehadirannya. Akan lebih baik jika mereka mengabaikannya, pikir Jeon.

"Jeon, kau ingat aku? Aku! Seulgi, sekretaris dikelas ini" kata Seulgi si mata sipit membawakan sebuket bunga. Jeon memandang Seulgi dengan pandangan siapa dia? Mau dia sekretaris atau apapun itu tak peduli untuknya.

"Jeon! Ini aku! Yoojong! Aku yang selalu menjadi teman kelompok belajarmu! Kau pasti ingat akukan" kata Yoojong menyentuh wajah Jeon yang langsung ditepis oleh Jeon.

Melihat Jeon yang dikelilingi gadis tak tahu malu dan melanggar perjanjian dengan Jisoo, Jisoo berdiri dan berteriak. "HENTIKAAAAAAAAAN!!!" semua orang yang berada dikelas terdiam menatapnya tajam. Bagaimana bisa para gadis itu melanggar janjinya semudah membalikan tangan. Semalam, Jisoo bilang pada semua teman kelasnya jika Jeon akan masuk sekolah esok pagi. Jisoo membuat perjanjian dengan mereka untuk bersikap layaknya Jeon mengingat mereka. Mereka tahu jika Jeon hilang ingatan. Perjanjian itu disetujui mereka dan mereka janji akan bersikap biasa saja seolah tak terjadi apa-apa pada Jeon. Tapi kenapa mereka melanggar hal itu dengan mudah?

Para gadis yang mengerumuni Jeon beralih pada Jisoo. Jisoo terdiam menelan liurnya melihat para gadis menatap garang padanya. "Apa?" tanya Jisoo sedikit takut. Kakinya gemetar melihat kerumunan mereka semakin mendekatinya.

"Kau ini siapa hm? Melarang kita untuk mendekati Jeon. Kau berani hm?" kata salah satu kerumunan itu.

"Kalian tidak ingat perjanjian kita semalam?" tanya Jisoo memundurkan langkahnya tapi kerumunan itu lebih cepat darinya.

RAIN (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang