Chapter 11 : Hasut

415 68 0
                                    

"Apa aku boleh menciummu sebagai temanku?" Jisoo melipat bibirnya hingga tercipta garis lurus diwajahnya. Jeon memiringkan kepalanya. Menatap Jisoo yang menatapnya penuh harap. Jisoo menggigit bibir bawahnya.

"Kau pasti ingin mencium ketiakku kan? Mengapa tidak" Jeon menarik kepala Jisoo dan meletakannya diketiaknya sambil tertawa renyah yang disusul Jisoo.

°°°

"Kau harus bisa mengeringkan rambutku, Jeon" kata Jisoo memeluk satu lututnya dan membiarkan rambut panjangnya dikeringkan oleh Jeon.

"Tentu. Aku pandai melakukan hal ini" kata Jeon sibuk mengeringkan rambut panjang Jisoo.

"Aku tak percaya. Kaukan hanya bisa memasang lipstik dibibirku saja Jeon. Hahaha" ledek Jisoo tertawa renyah. Dengan cepat Jeon mencubit pipi Jisoo tak terima dengan ledekannya, "Yak! Sakit tau" Jisoo memukul punggung tangan Jeon.

Tok-tok-tok..

Ada seseorang mengetuk pintu kaca rumah mereka. Dengan serentak mereka menyorot seseorang dibalik pintu itu dan berharap kedua orangtuanyalah yang ada dibalik pintu.

"Siapa itu?" bisik Jisoo menyipitkan pandangannya melihat sosok samar dibalik pintu. Sosok itu memeliki tubuh kecil sama sepertinya. 'Sepertinya, aku mengenal sosok itu' gumamnya dalam hati. "Jeon, biar aku saja. Kau duduk dan keringkan rambutmu" kata Jisoo bangkit menghampiri pintu.

Jeon nurut-nurut saja. Dia tak peduli dengan siapa yang datang kerumahnya. Maniknya tertuju lurus pada layar gelap dan lebar itu.

'Seulgi? Benar. Firasatku sudah tidak enak' gumam Jisoo tepat didepan pintu memandang seseorang dibalik pintu yang sedari tadi mengetuk agar dibukakan untuknya. Bagaimana dia bisa tahu kalau Jeon ada disini? Ya benar. Seulgi tergila-gila pada lelaki bergigi kelinci itu. Dengan matanya yang sipit dan tajam, ia pernah melukai seseorang yang dekat dengan Jeon termasuk Rain. Rain dulu pernah dicelakai oleh gadis sipit ini dengan cara menyayat pergelangan tangannya secara langsung. Ia takut jika dirinyalah korban selanjutnya.

"Hey gadis jalang! Cepat bukakan pintu untukku!" teriak gadis bernama Seulgi memandang tajam pada Jisoo. Jisoo terdiam. Apakah dia harus membukakan untuknya atau tidak. Jika tidak, celaka baginya. Dan jika ia, apa yang akan dia lakukan nanti? Apakah membawa kabur Jeon atau malah membawanya untuk ia lenyapkan. Tidak tidak. Keduanya bahaya.

"Sekali lagi kau tidak membiarkanku masuk, kau akan mati sekarang juga" ancam Seulgi mengepalkan jemarinya.

"Masuklah melalui pintu belakang" kata Jisoo takut. Ia berlari menghampiri Jeon.

"Ada apa? Siapa yang bertamu?" tanya Jeon melihat Jisoo panik didekatnya. Jisoo terdiam tak sempat menjawab karena sosok Seulgi masuk begitu saja dan langsung duduk disamping Jeon. Tak ada cara lain selain ia pergi membiarkan Jeon berdua dengannya. Celaka jika ia tetap berada diantara mereka.

"Selamat siang Jeon" sapa Seulgi senyum manis padanya. Jeon diam mengingat jika gadis ini pernah ia lihat. Lihat didalam kelas saat itu ia membawa buket bunga untuknya. "Apa kabar?"

"Mm" jawab Jeon datar.

"Kau baru saja mandi?" tanya Seulgi menyentuh rambut Jeon yang basah.

"Mm"

"Mm, kenapa kau tinggal disini?" tanya Seulgi yang tidak dijawab oleh Jeon. Jeon memutuskan untuk memainkan ponselnya selagi gadis ini ada didekatnya. "Kenapa ada gadis jalang itu disini?" lanjutnya merasa diabaikan oleh Jeon. Jeon berhenti sejenak dari ponselnya ketika ia berani mengatai Jisoo wanita jalang. "Dia itu tidak baik untukmu Jeon. Kau masih saja ingin menjadi mainannya"

RAIN (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang