Hari sudah malam. Jisoo berbaring menatap jendela yang sengaja tak ditutup gorden. Bintang yang bertaburan sangat indah dilangit malam. Jantungnya berdegup tak seperti biasa. Ada kecepatan dan gravitasi disana.
Esok adalah hari terakhir. Keputusan jeon akan keluar esok malam. Malam ini, jisoo harus menyiapkan mental sekuat mungkin agar keputusan nanti dirinya tak lagi mengeluarkan air mata.
"Hahh~" jisoo menghela nafas sekuat mungkin melalui mulutnya.
"Mmm" jisoo terkejut dengan kedatangan seseorang yang tiba-tiba memeluknya dari belakang. Jisoo membalikkan badan. Tatapan saling beradu.
"Aku tidak bisa tidur" bisik jisoo menatap dalam lelaki bergigi kelinci yang juga menatapnya dan memeluknya.
"Kenapa?"
"Entah. Aku tak tahu"
"Esok malam?"
"Mm. Kurasa begitu" jeon menyelipkan rambut jisoo kebelakang telinganya.
"Tidak perlu khawatir. Kita masih bertemu" katanya membuat hati jisoo terguncang. Matanya tertutup meneteskan air mata secara tak sengaja. Jeon menyadari akan hal itu. Ia tersenyum menatapnya. "Jangan menangis" kata jeon mendekatkan wajahnya.
Jisoo menutup matanya dengan tangannya. Ia menangis sekarang.
Jeon tersenyum dan mencoba melepaskan tangannya yang menghalangi wajahnya, "Jangan menangis"
"Jeon..." lirih jisoo menggenggam tangan jeon begitu erat. Jeon tersenyum.
"Ini keputusan akhir kita" jisoo menggeleng kepala enggan mendengar kata-kata penolakkan darinya, "Hey.. tenanglah" jisoo semakin menangis.
***
Pagi ini senyuman diwajah jeon dan jisoo begitu tulus. Mereka duduk bersama disofa memandang layar televisi yang mati.
"Aku sudah siap" kata jisoo tersenyum dengan tatapan kosong pada layar. Jeon menyentuh puncak kepala jisoo lalu diciumnya puncak itu penuh kasih sayang. "Tetap seperti ini. Jangan berubah" lanjutnya.
"Mm"
"Ayo kita kemasi barang-barang. Jadi, nanti malam kita langsung pergi" kata jisoo berdiri namun ia duduk kembali dipangkuan jeon dengan saling berhadapan. Ya, jeon enggan jisoo pergi sekarang. Dia menariknya agar tidak pergi.
Tatapan mereka saling beradu begitu dalam. Jeon setia memasangkan wajah senyum padanya. Lagi, jeon menyelipkan rambut jisoo kebelakang telinganya.
"Jangan kemasi barang-barang. Biarkan barang itu menjadi kenangan yang tak harus diingat" kata jeon melingkarkan tangannya dipinggang jisoo. Jisoo meletakkan tangannya dibahu jeon.
"Tapi-"
"Kita bangun kenangan indah yang baru" kata jeon menarik tubuh jisoo agar semakin dekat dengannya. Jisoo hanya bisa diam berkedip menatapnya.
Deg
Deg
DegJeon mendekatkan bibirnya dengan bibir jisoo.
Chu~
Bibir jeon berhasil mendarat dibibir jisoo. Ia memejamkan mata menikmati ciumannya bersama jisoo yang masih diam membiarkan bibirnya dimainkan olehnya.Jisoo menutup mata menteskan air mata menikmati dan membalas ciuman jeon. Ia lingkarkan tangannya dileher jeon. Begitupun dengan jeon yang sekarang tangannya liar meraba punggung halus jisoo yang terhalang kemeja putih santainya.
Chup~
Jeon melepas ciumannya dan membiarkan keningnya beradu. Mereka tak saling tatap sekarang. Hanya nafas tak teraturlah yang mereka adukan.Jisoo mendongakkan kepalanya dan mencium kening jeon begitu lama. Jeon hanya tersenyum menerima kecupan hangat dari jisoo.

KAMU SEDANG MEMBACA
RAIN (Complete)
Hayran Kurgu"Inilah hari terakhir kita" ucap Jeon Jeongguk menundukan kepalanya sejenak tak ingin melihat senyuman diwajah Jisoo memudar. ---- Penasaran?? Yok baca..