Chapter 17 : Mimpi?

622 77 0
                                        

Cup~
Si mata sipit alias seulgi mencium bibir jeon dengan matanya yang tertutup menikmati bibir manis jeon. Jeon menatap lurus jisoo yang sedang berdiri menghadapnya dengan mata yang tertutup oleh tangan milik seseorang dibelakangnya yaitu jimin.

Perlahan, jisoo menyentuh tangan yang berani menutupnya. Dengan sentuhan gemetar, jisoo beranikan diri untuk menepis tangan itu dan melihat tontonan apa yang sebetulnya tak boleh ia lihat. Dengan cepat, jimin memutar balikkan tubuh jisoo untuk ia dekap begitu erat. Manik jimin dan jeon sekarang beradu. Jimin memeluk jisoo sedangkan jeon tetap menikmati mainan bibir yang dilakukan seulgi terhadapnya. Jisoo bergeming. Dirinya tak dapat melihat tontonan itu.

Jimin mengambil secarik kertas dalam saku jaketnya. Ia sodorkan pada jeon agar dia membaca apa yang ia tulis. Kertas putih itu bertuliskan 'Kau ada dalam permainan seulgi. Akan aku berikan bukti jika kau tak percaya'

***

Lima hari menjelang keputusan jeon. Yaitu menolak dan membatalkan pertunangan ini.

"Tidak. Aku tidak boleh menangis. Jamgan biarkan air matamu jatuh Kim Jisoo" gumam jisoo menguatkan dirinya. Ia berjalan menuju pintu kamar berniat untuk pergi ke dapur mengisi perutnya yang kosong.

Cklekk..
Pintu terbuka. Betapa terkejutnya jisoo mendapatkan seorang lelaki bergigi kelinci ada dihadapannya dengan tatapan kosong padanya. Mata bulat jisoo membulat besar menatapnya. Menatap yang berarti, 'Sedang apa jeon disitu?'

Jeon mengeluarkan tangannya dalam saku. Membuat jisoo memundurkan satu langkah kebelakang. Jisoo takut sekarang. Apa yang akan jeon lakukan padanya? Jeon melangkah satu langkah kedepan mendekati jisoo. Jisoo kembali memundurkan begitupun jeon terus memajukan langkahnya.

Dug-
Punggung jisoo menyentuh dinding kamar. Tak ada jalan lain untuk ia mundur menjauhi jeon. Mata bulat jisoo lagi-lagi membesar dengan detak jantung yang berdegup kencang seperti hendak lepas dari tempatnya.

Dep--
Kedua tangan jeon berada pada samping kepala jisoo. Detak jantungnya semakin cepat dua kali lipat. Dirinya yakin jika jeon dapat mendengar detak jantungnya sekarang.

'Apa yang akan dia lakukan? Kenapa dia menatapku sedekat ini?' gumamnya dalam hati menatap mata jeon yang kurang lebih lima senti meter dari matanya. Hidung mereka kini saling menempel satu sama lain. 'Oh tidak. Apa yang akan dia lakukan padaku??' gumamnya lagi.

"Jangan berubah sikap padaku. Kumohon" bisik jeon dalam setiap nafas perkataannya menusuk wajahnya hangat. Jeon memejamkan mata sekarang.

Glekk..
Jisoo menelan liur tak mengerti dengan perkataan jeon barusan. Itulah kebiasaan jisoo, jikalau dia sedang gugup pasti ucapan siapapun tak akan ia tangkap begitu cepat.

"Maaf" katanya lagi sedikit memiringkan wajahnya. Jisoo tak dapat menjawab perkatanyaannya walau ia tak mengerti dengan ucapannya dan ingin bertanya.

Tangannya menurun. Tak lagi disamping kepala jisoo. Tangan itu berpindah pada pinggang kecil jisoo. Melingkar erat disana hingga tubuh jisoo tertarik. Sontak jisoo meletakkan tangannya pada bahu jeon. Karena begitu kencangnya ia menarik tubuhnya.

chu~
Jeon begitu lancang mendaratkan bibirnya dibibir kecil jisoo. Mata jeon senantiasa ia tutup untuk menikmati kecupan manis yang ia lakukan.

Mata bulat jisoo semakin membulat. Dia tidak bisa berkutik selain membiarkannya menikmati bibir polosnya.

Nafas jeon terasa hangat ketika ia mencoba memainkannya disana. Bahkan, saat bibir jeon memberontak agar jisoo membukakan bibir untuknya, sentuhan bibir jeon terasa hangat. Ada rasa kekhawatiran pada diri jisoo. Iya yakin jika jeon kenapa-kenapa sekarang. Melakukan hal inipun pasti ada sebabnya. Entah hanya ingin melampiaskan nafsunya atau bahkan mungkin sengaja menghilangkan ke perawanan bibirnya sebelum hari H mendatang.

RAIN (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang