Chapter 12 : Memendam

408 72 0
                                    

Pukul 00.00 Jeon pulang bersama Seulgi disampingnya. Tangan Seulgi yang panjang itu setia melingkar dipinggang Jeon. Sedangkan lelaki bergigi kelinci tetap setia dengan wajahnya yang datar dan tangan yang berada dalam saku.

"Hey gadis jalang. Cepat ambilkan aku air" pinta si mata sipit mendudukan tubuhnya diatas sofa bersama Jeon. Jisoo nurut. Tangannya meraih gelas putih berisi air didalamnya.

Byurrrr..

Satu gelas air putih menyapa wajah Jisoo kasar. Dirinya menghela nafas sebelum mengusap wajah yang basah terbelai air.

"Kau pikir aku apa hm? Aku butuh air berasa. Bukan air putih seperti ini!" sentak si mata sipit meletakkan gelas diatas meja yang ada didepannya.

"Disini cuma ada air putih saja" kata Jisoo tak terima dengan siraman yang dilakukan si mata sipit tajam.

"Kau ini bodoh atau apa hm? Kalau misal tidak ada ya beli keluar. Ribet" kata si mata sipit membuang pandangannya menampakan si nakal merah ke manik Jisoo.

Alis Jisoo beradu. Bintik apa dileher Seulgi? Warnanya masih segar. Apakah itu bintik... Maniknya beralih ke bibir Jeon. Dilihatnya bibir Jeon yang berkali-kali dijilatinya. Apakah mereka...

"Cepat pulang" pinta Jeon merebahkan punggungnya ke dinding sofa.

Seulgi si mata sipit menolehnya, "Tapi sekarang sudah tengah malam. Aku takut pulang. Bagaimana jika ada orang jahat yang menculikku? Aku bisa tidur disini kan?" tanyanya menoleh Jeon yang tidak melihatnya.

"Mm" Jeon beranjak.

Jisoo yang baru saja disiram tak memindahkan dirinya dari tempat. Kakinya berdiri kokoh tepat dihadapan Seulgi dan Jeon tadi. Menonton mereka agar ia mendapatkan jawaban bintik apa dileher si mata sipit.

"Apa yang kau lakukan disitu?" tanya si mata sipit merasa risih dirinya ditangkap oleh pandangan Jisoo.

Jisoo menelan liur memberanikan diri untuk bertanya, "Apa yang baru saja kalian lakukan diluar sana?" tangan Jisoo mengepal bersiap melawan jika si mata sipit menjawabnya dengan kepalan tangan. Alis si mata sipit beradu sedikit berpikir dengan pertanyaannya. "Kau apakan Jeon?" tanyanya lagi.

"Hahaha" tawa renyah si mata sipit. Kini ia tahu maksud apa dari pertanyaannya, "Ini?" si mata sipit menunjukkan bekas bibir Jeon dilehernya, "Ini dari Jeon" katanya memamerkan si nakal merah.

Alis Jisoo beradu, "Dari Jeon? Itu mustahil" katanya membuang pandangan ke sudut ruangan. Karena Jeon tidak akan melakukan hal itu pada siapapun. Pikirnya.

"Kau tak percaya? Tanya sendiri pada Jeon. Ah sudahlah aku harus tidur" katanya beranjak menuju kamar Jisoo.

Mata bulat Jisoo membesar melihat tiap langkahan si mata sipit menuju kamarnya tanpa ragu. Gadis tak tahu malu. Berani-beraninya masuk kamarnya tanpa permisi padanya.

Ditatapnya pantulan wajah di cermin. Wajahnya yang basah baru saja disapu air dingin. Maniknya tertuju pada satu titik. Yaitu bibir. Disentuhnya bibir tipis itu penuh dengan perasaan. Betapa bodohnya ia memberikan kecupan nakal dileher gadis yang tak dikenalnya hanya karena keingintahuannya mengenai sebab apa hingga merenggut nyawa Rain. Cukup satu kali ini saja bibirnya mencoba tubuh lain. Tak akan ada kedua kalinya.

"Jiminie?" panggil Jisoo dibalik layar ponselnya.

"Mm? Ada apa Jisoo? Kau baik-baik saja?" jawab Jimin diseberang sana dengan suara berat mencoba untuk tidak menunjukkan dia terbangun dari tidurnya.

Mata bulat Jisoo meneteskan air mata, "Aku butuh kamu disini"

"Kenapa!? Kau kenapa Kim Jisoo!?" panik Jimin terbangun dari tempat tidurnya.

RAIN (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang