Chapter 14 : Jimin

490 67 2
                                        

Hampir tengah malam, jimin si lelaki lebih pendek dari Jeon sampai dikediaman Jisoo. Ia ketuk pintu kaca itu namun tak ada balasan dari dalam.

Dirogohnya ponsel dalam saku celana hitam. Dirinya mengetik beberapa angka pada layar ponselnya lalu menekan tombol hijau disana.

"Kim Jisoo? Dimana kau berada?" tanya Jimin membelakangi pintu.

"Aku didalam rumah"

"Bukakan pintu untukku"

"Kau ada disini?"

"Mm. Cepat buka"

Jisoo melepaskan earphone dan berlari membukakan pintu untuk Jimin. Dipeluknya tubuh jimin dari belakang.

"Jiminie" panggil Jisoo. Matanya enggan membuka karena ia takut air matanya jatuh. Tapi pada akhirnya, air mata itu jatuh.

Jimin diam membiarkan gadis lugu itu memeluknya. Ia tahu langkah apa yang harus ia lakukan pada gadis ini. Yaitu diam dan membiarkan air matanya keluar agar dia dapat bercerita mengenai masalah apa yang dihadapinya.

Lingkaran tangan Jisoo mulai mengerat ditubuh jimin. Dia mengerti dengan eratan yang dilakukan gadis ini. Gadis ini tengah memendam perasaan yang memberatkan batinnya. Ia enggan mengeluarkan perasaan yang sesungguhnya pada siapapun.

Jimin membawa jisoo kedalam. Tak ada tempat yang pantas untuk mengeluarkan perasaan jisoo kecuali halaman belakang. Halaman belakang yang dingin, sepi dan senantiasa menampakkan langit malam bertaburan bintang disana.

"Bicaralah" pinta jimin menatap langit malam.

Jisoo bergeming. Air yang tadinya berhenti keluar, kini harus keluar menampakkan diri lagi.

"Tidak apa. Kau harus kuat" jimin menggenggam tangan jisoo yang mengepal.

Hidung jisoo memerah. Nafas jisoo berat menahan agar air matanya tak keluar.

Jimin setia menggenggam tangan jisoo yang mengepal menahan emosinya. Tangan yang sangat kaku dirasakan jimin.

"Aku akan menunggu" kata jimin mengusap punggung tangan jisoo lembut. Ditatapnya wajah jisoo yang merah dan berair pada matanya.

Hati jimin sedikit tersentuh melihat sahabatnya itu. Baru kali ini ia melihat kesedihan jisoo yang sangat mendalam seperti ini.

Kepalan tangan jisoo melonggar. Digenggamnya tangan jimin yang masih setia menggenggamnya.

Jisoo mengeratkan genggaman jimin. Dirinya ingin sekali berbicara menceritakan semuanya pada jimin. Tapi hatinya berat dan mulutnya terkunci tak dapat bersuara.

'Tunggu jimin, aku ingin menceritakan semuanya' gumam jisoo dalam hati mengeratkan genggamannya.

"Apa yang sebenarnya terjadi hingga membuatmu seperti ini?" tanya jimin enggan memalingkan pandangannya dari wajah jisoo yang memerah menahan tangisnya.

Pecah sudah. Dirinya tak dapat menahan air mata. Ia lepaskan genggaman jimin dan beralih untuk menutupi wajahnya yang kini dipijakkan air mata.

Ia menunduk dalam isak tangisnya. Jimin mendekatkan dirinya dengan jisoo. Dipeluknya kembali tubuh jisoo yang gemetar.

"Jangan menangis. Aku tau kau seorang gadis yang kuat" kata jimin tak tega melihat sahabatnya itu menangis.

Deg-

Jantung seorang lelaki bergigi kelinci seakan berhenti berdetak melihat gadis lugu yang telah merubah dirinya berada dalam dekapan jimin. Entah perasaan apa yang hadir dalam hatinya ketika melihat mereka bersama.

RAIN (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang