Drrttt.. Drrttt.. Drrttt..
Ponsel berwarna silver bergetar diatas meja dekat lampu hias berbentuk bundar. Dengan mata yang masih tertutup rapat, si pemilik ponsel meraihnya. Tanpa dilihat siapa penelepon diluar sana, si pemilik langsung menekan tombol hijau.
"Yeobseo?" si pemilik bersuara malas.
"Aku mengganggumu?"
"Mm, tidak" bohong si pemilik dalam mata yang tertutup tak ingin mengecawakan si penelepon, "Park Jimin!?" sadar si pemilik mendengar siapa pemilik suara diseberang sana. Dihempasnya tubuh mungil yang tadinya berbaring menjadi duduk dengan mata bulat menatap langsung wajah pada pantulan cermin didepannya.
"Ketahuan sekali jika kau berbohong Kim Jisoo"
"Ahh~ Maafkan aku Jiminie. Aku tidak tahu jika kau yang akan meneleponku sepagi ini" kata Jisoo menguap menggaruk kepalanya yang gatal. Matanya kembali tertutup tak tahan menahan kantuk.
"Sepagi ini? Ahh, maafkan aku Kim Jisoo"
"Tidak. Kau tak perlu meminta maaf padaku. Cepat mandi sana, kau akan pergi sekolah sekarang?" tanya Jisoo menunjukan suara tanpa kantuk padanya.
"Tidak. Aku akan pergi kerumahmu sekarang"
"Kerumahku!?" mata Jisoo membulat, "Aku tidak sedang dirumah"
"Dimana kau sekarang? Apa aku perlu menjemputmu?"
"Tidak perlu juga. Lagipula, jika kau kesini aku tak bisa membukakan pintu untukmu"
"Mm aku mengerti"
"Jangan marah Jiminie"
"Tidak. Aku tidak marah"
"Akan aku kabari jika aku sudah dirumah ya? Annyeong Jiminie"
"Ne annyeong"
Lelaki bergigi kelinci mendengar pembicaraan Jisoo ditelepon. Berniat untuk membuka dan memberikan susu hangat, ia urungkan. Kembali kakinya berbalik arah melangkah pada suatu tempat.
'Apakah Jeon sudah bangun sekarang?' gumam Jisoo dalam hati. Dimasukannya ponsel silver pada saku baju tidurnya. "Hoam~ aku masih ngantuk" bisik Jisoo melakukan gerakan pagi untuk meregangkan otot-ototnya. Kakinya menyentuh lantai dan bersiap menghampiri Jeon si lelaki tampan bergigi kelinci.
"Jeon?" tak ada Jeon diruang utama. Dan tak ada pula didapur. "Jeon? Kau dimana?" tuturnya menoleh kanan-kiri mencari sosok lelaki tampan pujaannya. "Hooaammmm" Jisoo melangkahkan kaki hingga berhenti didekat ruangan penemuannya.
Jeon ada disana. Dia sedang berusaha membuka pintu kaca dengan berbagai jenis kunci ditangannya. "Jeon?" langkah Jisoo mendekatinya, "Kau sedang apa?" tanyanya ketika sudah berada didekat Jeon.
"Kau ingin keluarkan?" tanya Jeon balik mencoba dengan kunci satu lagi. Jisoo mendatarkan bibirnya sejenak.
"Tidak"
"Oh. Aku akan keluar"
"Jangan! Jangan tinggalkan aku" rengek Jisoo menggenggam lengan Jeon.
Jeon menoleh. Tolehan pertama pada tangan Jisoo yang menyentuhnya lalu beralih pada mata Jisoo yang cantik itu, "Tidak akan meninggalkanmu. Kita keluar bersama". Jisoo tersenyum lalu memeluk Jeon sejenak.
"Terima kasih" ucap Jisoo melepaskan pelukannya.
Akan lebih baik menjadi temannya. Lebih leluasa untuk menyentuhnya, menggenggamnya bahkan memeluknya. Tapi, tidak semudah itu untuk menghilangkan rasa cinta padanya. Butuh waktu yang lama untuk menghilangkan rasa yang berharga ini. Untuk sementara, ia akan bersikap sebagai teman didepannya dan bersikap layaknya kekasih dibelakangnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
RAIN (Complete)
Fanfiction"Inilah hari terakhir kita" ucap Jeon Jeongguk menundukan kepalanya sejenak tak ingin melihat senyuman diwajah Jisoo memudar. ---- Penasaran?? Yok baca..