Broken Angel - 11

12.1K 742 64
                                    

“Qiran...”

Wanita yang merasa namanya dipanggil menoleh pada lelaki di sampingnya. Keduanya sedang duduk berselisihan di atas dinding pembatas bangunan. Menikmati angin segar yang sepoi-sepoi.

Bukan karena tidak memiliki pekerjaan, duduk santai seperti anak muda bebas. Keduanya baru saja menyelesaikan pekerjaan survey lapangan tentang project yang sedang mereka tangani untuk beberapa waktu ke depan.

Vano dan Qiran sedang beristirahat. Entahlah, lelaki itu memilih alam terbuka, Qiran mengikuti Vano dari belakang. Lalu mereka duduk sembari menatap pemandangan perumahan yang padat.

“Ya, pak?”

Helaan nafas Vano terdengar berat.  Dia menoleh ke samping, dan ternyata wanita itu masih menatapnya. Sehingga pandangan mereka bertemu. Suasana canggung pun tercipta di antara mereka. Keduanya duduk terlalu dekat, sehingga tubuh mereka beberapa kali bersentuhan.

“Ah... Tidak!” Qiran mengerutkan dahi. “Lupakan saja!” Lelaki itu membuang pandangangan. Memejamkan mata sembari menikmati hembusan angin kencang.

“Bapak itu selalu tidak jelas! Merepotkan saja!” Gerutu Qiran kesal.

Vano tergelak. Merangkul bahu Qiran gemas. “Kamu berubah banyak.” Ucapnya sembari mencubit pipi wanita itu dengan tangannya yang lain.

Qiran berdecak. Menyingkirkan tubuh Vano darinya. “Jangan mendekat! Bapak jangan kurang ajar pada saya!” Jawabnya galak.

Vano mendengus, mencibir wanita itu yang menjauhinya. Qiran bergeser jauh, lalu mengibas-ibaskan tubuhnya dari bekas tangan Vano barusan.

Vano terdiam, lelaki itu tercubit. Separah itukah Qiran membencinya?

Qiran mengerutkan dahi. Bingung dengan lelaki di sampingnya, Vano menatapnya dengan tatapan tidak terbaca. Wanita itu salah tingkah dibuatnya. Namun sebisa mungkin mengontrol diri agar tetap tenang seperti biasa.

“Mengapa bapak menatap saya seperti itu?” Qiran memberanikan diri menanyakan langsung. Berpura-pura mengalihkan pandangan sesaat lalu kembali memandang Vano di sampingnya. Lelaki itu tetap memandangnya seperti semula. Pandangan sendunya mengganggu wanita trsebut.

“Apa kamu sangat membenciku?” Vano bertanya pelan, menatap Qiran intens.

Qiran tidak mengerti, sehingga kerutan di dahinya tampak jelas sekali. “Apa maksud kamu?” Tanyanya.

Vano menghela nafas panjang. “Aku hanya merasa kamu sangat membenciku.”

Qiran memutar bola mata, berdecak lalu menjawab judes. “Saya heran dengan bapak! Kita baru saja memulai dari awal. Berteman baik seperti permintaan bapak sebelumnya. Tetapi sekarang bapak menanyakan tentang kebencian!” Vano memandangnya serius. “Jika saya masih membenci bapak. Saya tidak akan mau berteman dengan bapak!!”

Vano mengerjab tidak percaya. Membenarkan posisinya sehingga sepenuhnya menghadap pada Qiran. “Benarkah?” Qiran memutar bola mata, namun Vano tidak lagi bisa menyembunyikan rasa senangnya. “Jika aku mengharapkan lebih dari teman, bisa?”

“Tidak!!” Qian menjawab cepat. Terlau cepat, tanpa memikirkannya terlebih dahulu.

Vano menaikan salah satu alisnya, “Tidak?” Tanyanya. Qiran berdehem yakin. Vano langsung terdiam, lalu bersuara pelan. “Oh. Maaf.” Lelaki itu tampak kecewa, namun segera ditutupi dengan senyum sumringahnya. “Aku salah bicara.” Jawabnya.

Qiran mendesis, “Bapak tidak bisa dipercaya!”

Vano mengangguk pelan. “Ya, saya tahu.” Jawabnya tersenyum tipis. Mengalihkan pandangannya pada arah lain. Vano tidak lagi merasa sama. Mendengar penolakan Qiran yang terlalu cepat membuatnya tidak yakin lagi.

Broken Angel [TBS #2] [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang