Broken Angel - 30

9.5K 626 25
                                    

            "Sh....Ah..."

Qiran meringis. Keningnya berkerut dan tubuhnya sesekali bergerak refleks. "Tenang. Hanya sedikit."

"Ja...AAAAA..."Qiran menjerit histeris.

Vano tersenyum tipis, "Tidak apa-apa. Besok bengkaknya akan berkurang." Ujarnya mengelus kaki wanita tersebut. Menyelimuti Qiran hingga pinggang, wanita itu duduk bersandar di kepala ranjang. Sedangkan Vano duduk di sampingnya.

Vano memandangnya dalam. Semua terjadi begitu cepat. Baru beberapa jam yang lalu mereka bagaikan orang asing, tetapi sekarang keduanya berada di kamar hotel.

"Banyak masalah yang terjadi. Semua begitu rumit." Kata Vano menghela nafas panjang.

Qiran mengeluarkan air mata lagi. Meraih leher Vano dan membawa lelaki itu ke pelukannya. Mengelus rambut Vano di dadanya.

Vano memeluknya erat. Perasaan lega menguasai dirinya. Vano merasa kembali pada rumahnya. Tempat yang membuatnya nyaman dan tenang.

"Maafkan aku." Bisik Vano lirih. Qiran mengangguk, terus mengelus rambut lelaki tersebut.

Perasaan lega menyeruaki keduanya. Seluruh kesedihan yang menimpa Qiran selama ini menguap begitu saja. Air mata itu terbayar dengan pelurusan kesalahpahaman ini.

Begitu juga dengan Vano. Semua penolakan Qiran selama ini telah terjawab. Wanita itu takut kembali kecewa. Menerima Vano lalu lelaki itu meninggalkannya lagi.

"Kamu bisa berjalan?" Tanya Vano meringis. Dia mengantar Qiran pulang. Mereka tinggal di rumah orang tua masing-masing. Dan bukan kebiasaan mereka menginap di luar meskipun sudah dewasa.

Terutama bagi Qiran. Dia tidak pernah sekalipun tidur di luar meskipun itu ada tugas yang memakan waktu banyak. Dia tetap pulang meskipun itu pagi menjelang.

Vano membantu Qiran berjalan, memeluk pinggangnya hingga di depan rumah wanita itu. Rumah tersebut gelap, hanya diterangi lampu teras rumah. Seisi rumah telah terlelap di kamar masing-masing. Qiran membawa kunci agar tidak menganggu istirahat keluarganya.

"Terima kasih." Kata Qiran pada Vano. Lelaki itu melepaskan tangannya tidak rela dari pinggang wanita itu.

"Sama-sama." Jawabnya pelan. "Sepertinya semua keluargamu sudah terlelap. Aku langsung pulang ya." Tambah Vano.

"Mereka ke luar kota. Hanya aku dan asisten rumah tangga saja di rumah." Kata Qiran menjelaskan. Vano mengangguk paham, lalu wanita tersebut kembali melanjutkan. "Sekali lagi terima kasih, Vano."

Senyumnya semakin lebar. "Masuklah. Aku langsung pulang." Qiran mengangguk, lalu membuka pintu rumahnya dengan kunci yang dirogohnya dari cluth. Sedangkan Vano langsung bergegas ketika wanita itu masuk dan menutup pintu.

Tubuh Vano rasanya begitu ringan. Sama sekali tidak mendapatkan beban berat yang selama ini dipikulnya. Semua sirna setelah menjelaskan pada wanita itu dan mendapat maafnya.

Vano menyetir, membelah kabut malam yang semakin menebal.

***

Vano tersenyum menyambut kedatangan Qiran. Mereka bertemu di lobby kantor. Lelaki itu sengaja menunggu wanita itu di sana.

"Bagaimana keadaan kakimu?" Tanya Vano mengernyit sembari menoleh pada kaki Qiran yang dilapisi oleh sepatu pentofel.

Wanita itu mengangkat bahu. "Sudah sembuh. Aku bisa berjalan normal." Jawabnya tersenyum malu-malu.

Broken Angel [TBS #2] [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang