"Mau berdansa?" Tanya Andhy setelah mereka selesai makan. Shakila mengenyit, kemudian menganggukkan kepala sambil tersenyum lebar. Dia menyambut malu-malu tangan suaminya, lalu Andhy membawanya beberapa langkah dari meja.
Andhy menggenggam tangannya, memeluk pinggang wanita itu. Shakila sama sekali tidak bisa, beberapa kali berdecak dan ingin menangis karena salah. Dia tidak bisa membedakan dengan cepat bagian kiri dan kanan, sehingga pergerakan mereka tidak seimbang. Namun Andhy tetap bersabar dan menuntunnya. Lelaki itu mengalungkan tangan Shakila di lehernya.
"Naikkan kaki kamu di atas kakiku." Kata Andhy menatapnya.
"Huh?" Shakila mengernyit bingung.
Andhy menunduk, mengangkat kaki Shakila dan menumpukan pada kedua kakinya. Shakila mengerutkan dahi, menatap kakinya yang dilapisi hells bertumit kecil di atas kaki suaminya. "Sakit?" Tanya Shakila.
Andhy menggeleng dan tersenyum. "Tidak." Jawabnya.
"Nanti aku akan mengobatinya di rumah." Kata Shakila kemudian. Menyengir lebar dan memeluk Andhy erat.
Lelaki itu terkekeh, mulai bergerak membawa tubuhnya dan Shakila sesuai irama. Wanita itu memejamkan mata, merasa begitu tenang dengan posisi tersebut.
Lelaki sama sekali tidak merasakan sakit dikakinya. Tubuh Shakila yang mungil tidak menyulitkanny untuk bergerak.
"Mengapa tidak ada orang? Hanya kita berdua saja di sini dan beberapa pegawai." Kata Shakila serak.
"Vano sudah menyiapkan restaurant ini untuk kita." Jawab Andhy berbisik.
"Benarkah?" Tanya Shakila mengangkat kepala. Memandang Andhy yang tidak berjarak dari wajahnya. Nafas lelaki itu menerpa wajahnya. Andhy mengangguk dan Shakila mengecup pipinya. "Dia anakku." Ucapnya terharu. "Vano anakku."
"Yah. Dia anak kita." Balas Andhy serak. Lelaki itu sangat menyukai jika Shakila mengatakan Vano anak mereka. Dengan bangga dia mengucapkannya. Terlihat Shakila seperti ibu normal lainnya.
Cukup lama mereka berada di posisi itu. Andhy tetap bergerak mengikuti irama. Membawa badan Shakila ikut bergerak dengannya.
"Aku mengantuk." Bisik Shakila menguap.
Andhy mengelus-elus kepalanya. "Kita pulang?" Dia bertanya.
Tetapi Shakila menggeleng. "Aku mau seperti ini." Ucapnya manja.
"Baiklah. Kamu tidur ya." Wanita itu mengangguk. Menyandarkan kepalanya di bahu Andhy dan memejamkan mata. Sedangkan Andhy tetap bergerak dan meninabobokkan istrinya.
Tidak membutuhkan waktu yang lama bagi Shakila untuk terlelap. Dia tidak tahu apa-apa lagi. Andhy menggendongnya keluar dari restaurant. Vano telah menunggu dan membuka pintu untuk kedua orang tuanya.
"Ibu sudah tidur?" Tanya Vano menatap ibunya berada di gendongan ayahnya.
"Ya." Jawab Andhy singkat. Memperbaiki posisi istrinya setelah mereka berada di dalam mobil. Lelaki itu memangku kepala Shakila, mengelus-elus rambutnya sehingga Shakila tidur nyanyak.
Andhy menyelimuti tubuh wanita itu dengan tuxedo hitam yang dikenakannya tadi. Vano menambah kecepatan menyetirnya. Badan jalan mulai kosong pengendara, sehingga mereka tidak perlu resah menunggu antrian dan bergerak lambat-lambat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Angel [TBS #2] [TERBIT]
RomanceBroken Angel [TBS #2] . . . Memiliki seorang ibu yang jauh dari kata normal, membuat Vano menutup diri dari sekitarnya. Dulu ketika dia masih sekolah, teman-temannya merencanakan sebuah insiden untuk mencelakai ibunya. Vano tidak membalas perbuatan...