Dia menunggu, tanda-tanda Salwa datang tidak ada. Qiran telah menghabiskan beberapa gelas jus di mejanya. Setiap kali pintu terbuka, dia mendongak dan berharap Salwa datang.
Namun hasilnya nihil. Salwa tidak datang. Qiran meremas kedua tangannya hingga memutih. Kembali menunggu Salwa untuk menemuinya.
Satu jam kemudian telah berlalu. Qiran mendongak, tetapi bukan Salwa yang datang. Qiran kembali menelan kecewa.
Mengecek arloji yang melingkar di pergelangan tangan, Qiran mendesah berat, mungkin Salwa belum memaafkannya.
Salwa mungkin tidak datang dan tidak ada gunanya Qiran menunggu lagi. Dia pun beranjak dengan berat hati.
Menundukkan kepala, Qiran melangkah gontai. Kedua irisnya mulai memerah menahan tangis.
"Mbak..." Qiran berhenti. Lalu kembali melanjutkan langkahnya karena dia mungkin salah dengar. "Mbak, tunggu." Qiran merasakan langkah di belakangnya mendekat.
Dia memutar tubuhnya, di depannya Salwa semakin mendekat.
"Mbak, maafkan aku. Aku mengabaikan mbak yang udah minta maaf dan menungguku begitu lama. Mbak, maafkan aku." Kata Salwa menyesal.
Air mata Qiran menetes. Haru pada Salwa yang mau memaafkannya. Dia mengangguk, Salwa kembali melangkah cepat dan memeluknya erat.
"Maafkan aku." Bisik Qiran serak.
Salwa ikut meneteskan air mata. Mengangguk di bahu Qiran. "Maafkan aku juga, mbak." Jawabnya. "Aku begitu jahat sama mbak."
"Tidak!" Qiran menggeleng. "Aku yang jahat. Lebih mementingkan ego. Kamu benar. Aku mencintai Vano, tetapi aku mengambil jalan yang salah sehingga menghancurkan aku sendiri." Air mata Qiran semakin deras. "Maafkan aku, aku selalu mengelak."
Salwa mengangguk. Mereka berpelukan lama dan saling memaafkan.
***
“Aku tidak apa-apa, Salwa. Pergilah. Nikmati pestanya.” Sahut Qiran menenangkan rekan kerjanya. Dia tersenyum seolah tidak pernah terjadi apa-apa. Membuat wanita itu semakin mengkhawatirkan Qiran.
“Mbak…”
“Segeralah pergi dari sini…, mereka menunggumu. Kasihan pasanganmu menunggu karena aku. Aku tidak apa-apa.” Kembali Qiran menyuruhnya pergi.
“Mbak… kenapa mbak pulang? Ayo kita nikmati pestanya bersama. Ini milik semua tanpa terkecuali. Mbak yang seharusnya di sini, karena tanpa mbak, perusahaan ini tidak akan semaju ini.” Salwa bersikukuh.
Wanita itu tersenyum. “Tidak,” kemudian dia menggelengkan kepala. “Aku hanya pulang lebih awal. Tidak ada yang salah. Hei… aku menikmati pestanya. Hanya saja aku kelelahan, tidak bisa berlama-lama di sini.”
Salwa menggelengkan kepala. “Mbak…”
“Tidak apa-apa.” Qiran tersenyum lembut. “Aku akan pulang. Bye…”
Salwa tidak bisa menahannya. Sehingga dia membiarkan wanita itu pergi semakin menjauh. Salwa tidak tenang, dia yakin Qiran sedang tidak baik-baik saja. Tetapi wanita itu bersikukuh ingin pulang sendiri.
Bayangan itu menghilang di lorong yang redup. Salwa memutar tubuhnya memasuki ruangan yang penuh musik tersebut. Di sana Dante menunggu sembari memberikan senyum hangat pada wanita tersebut. Salwa menerima uluran tangannya, mereka kembali masuk sambil bergandengan tangan.
Salwa dan Dante duduk di sofa, lelaki itu memberikan cocktail untuk wanitanya. Salwa mengucapkan terma kasih sembari menyesap pelan. Menikmati rasanya sedikit demi sedikit hingga memasuki kerongkongannya.
Setelah meletakkan di atas meja, Salwa mengedarkan pandangannya. Dia mencari sosok yang diyakini mengubah mood Qiran seketika. Namun, sial! Dia tidak menemukannya. Salwa bertanya pada Dante yang dijawab dengan mengangkat bahu. Dante sama sekali tidak mengetahuinya.
Kembali menikmati pesta, mengobrol ringan sembari tergelak di antara debuman musik, Salwa menyipit. Dia menemukan salah satu pembawa masalah. Wanita bersama lelaki yang dicarinya berada di kerumuan beberapa orang. Mereka tampak bercanda tawa sembari memegang gelas masing-masing.
Wanita itu hendak berdiri. Menghajar wanita yang tampak bahagia itu dengan emosi yang menggebu. Namun ekor matanya menemukan Vano seperti sedang mencari seseorang. Sama sekali tidak menikmati pesta, dia seperti kalang kabut.
Senyum sinis terukir di wajah Salwa. Dia tahu lelaki itu sedang mencari siapa. Namun dibiarkan tanpa adanya niat untuk menghampiri.
***
Jakarta, 10 Juli 2017
Qiran - Salwa baikan yey...
Ada masalah baru lagi tuh keknya ya 😂😂
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Angel [TBS #2] [TERBIT]
RomanceBroken Angel [TBS #2] . . . Memiliki seorang ibu yang jauh dari kata normal, membuat Vano menutup diri dari sekitarnya. Dulu ketika dia masih sekolah, teman-temannya merencanakan sebuah insiden untuk mencelakai ibunya. Vano tidak membalas perbuatan...