Pagi ini Dimitri berangkat ke sekolah mengingat waktu libur yang diberikan sudah berakhir.
"Ck, Stevan sialan itu! Arrgghhhh," marah Dimitri di dalam garasi, melihat mobilnya terhalang oleh mobil sepupunya itu. Setelah menenangkan emosinya Dimitri kembali kedalam rumah dan meminta Stevan untuk mengeluarkan mobilnya.
"Ayolah! ini baru pukul 06.30, asal kau tau satpam sekolah pun belum datang! Kenapa kau begitu pagi berangkat? Aku saja belum mandi," ucap Stevan mengatakan omong kosong karena malas mengeluarkan mobilnya. Namun Dimitri hanya menatapnya dengan tajam tanpa kata sambil menyilangkan tangan di dadanya sambil mendengar ucapan sepupunya itu. Stevan yang kegerian melihat ekspresi wajah Dimitri akhirnya mengendus.
"Iya-iya aku pindahkan, tapi jangan melihatku seperti itu! Kau seperti pembunuh berdarah dingin saja," Celutuk Stevan sambil mengambil kunci mobilnya.
"Kalau iya kenapa?" Balas Dimitri
"Jangan-jangan kau yang membunuh Brayn, Chelsea, Hansol, dan lima korban kemarin disekolah, serta kau juga yang Membunuh satu kafe di sudut kota sana," balas Stevan yang masih dengan nada malasnya.
"Kalau itu benar kenapa?" Ucap Dimitri
"Kalau kau menganggap itu benar, Berartiiiiiii, Kau penipu! Mana mungkin sepupu lucuku ini tega membunuh orang, iyakan? Semut pun tidak tega kau bunuh adikku sayang, benarkan?" Goda Stevan kepada Dimitri, kemudian pergi menuju garasi sedangkan Dimitri masih berdiri di tempatnya.
"Bodoh! hampir saja aku menghabisimu," ucap Dimitri, sambil melempar pisau dapur yang dari tadi ia pegang kesembarang tempat. Tak lama Stevan kembali masuk kerumah.
"Sudah, tunggu! engg kau bisa bantu aku dulu sebentar?" Ucap Stevan.
"Apa?" Balas Dimitri
"Tadi pagi aku membuat surat, tolong sampaikan kepada Yuta ya! Ya, kupikir karena kau kenal dengannya jadi suratnya aku titipin kekamu, jadi nanti kau kasih ke Yuta." ucap Stevan sambil menyondorkan sebuah amplop kepada Dimitri.
"Aku bukan Tukang pos," jawab Ketus Dimitri
"Ayolah! Itu surat izin aku sedang tidak enak badan, badanku sakit semua," sahut stevan, Dimitri mengambil suratnya dan pergi kesekolah.
"Eh, ini pisau? kenapa biaa disini? Pisau ini punya kaki atau terbang? Apa peduliku," ucap Stevan dan membawa pisau itu ketempatnya.***
"Merepotkan," ucap Dimitri sambil merobek surat Stevan dan ia buang keluar jendela Mobilnya.Sesampai disekolah, garis polisi sudah tidak ada lagi. Hanya saja mata Dimitri dikejutkan dengan segerombolan anak-anak di lapangan.
Ada seorang mayat perempuan tergeletak di lapangan, mayat itu bukan dari sekolahnya melainkan sekolah lain, Dimitri langsung mencari keberadaan Yuta. Dan akhirnya ia naik kelantai dua sekolahnya menuju kelas Yuta, pria itu ada di dalam kelasnya yang kosong mungkin sedang asik melihat pandangan diluar sedang duduk sendirian di kursinya sambil membaca buku.
"Kau melakukannya?" Tanya Dimitri yang duduk tepat disebelah Yuta
"Kupikir kau yang melakukannya," ucap Yuta sambil membalik lembar bukunya
"Siapa anak itu?" Tanya Dimitri.
"Mana aku tau! Apa pedulimu? Tak biasanya kau bersikap seperti ini!" Ucap Yuta menatap Dimitri keheranan.
Dimitri hanya diam, dan bangun dari tempat duduknya lalu pergi meninggalkan Yuta belum sempat Dimitri memgambil langkah, Yuta menghampirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dimitri's Revenge
Non-FictionApa yang kau pikirkan Jika teman Sekelasmu seorang Psikopat ? apa kau meminta pindah sekolah ? Atau kau akan Takut ke sekolah ? . . SMA Azopa adalah SMA Unggulan dan banyak mengukir prestasi cemerlang penerimaan siswa Baru Tahun Ini Membawa Petaka...