REVENGER

599 36 20
                                    

"Argh, kenapa aku tiba-tiba sakit kepala begini?" Ucap Dimitri sambil mengemudikan mobilnya.

Dimitri menghentikan mobilnya dan keluar lalu duduk di kursi taman dan sambil memegangi kepalanya, wajahnya sangat kesakitan, semua yang ia lihat seakan berputar. Seseorang mendekatinya dan menanyakan keadaannya, namun Dimitri tidak menjawabnya karena ia terus berteriak meronta kesakitan sambil menjambak rambutnya sendiri. Orang itu mencoba membantu Dimitri dengan mencoba memapahnya, namun di dorong oleh Dimitri dengan keras.

"JANGAN MENYENTUHKU!" teriak Dimitri

"Hei nak, tenang! Aku disini mencoba membantumu," Ucap Orang itu.

"DENGAR! aku sedang tidak terkendali, dan aku BISA SAJA MEMBUNUHMU, ARGGGGHH" Ucap Dimitri

"Kau bicara apa? Akan aku bawa kau kerumah sakit!" Ucap Orang itu lagi

Dimitri memang tidak mau membunuh sekarang, selain karena tidak mood taman juga sangat ramai, ia tidak mungkin membunuh satu taman. Ia pergi berlari dengan tidak terkendali menjauhi orang yg peduli padanya itu namun orang itu mengejarnya, Dimitri tidak bisa berlari lagi karena Vertigonya. Ia berhenti dan berteriak kesakitan sampai terduduk. Orang itu menghampirinya lagi, kali ini Dimitri sudah tidak tau siapa dirinya ia mulai menyerang orang itu dengan berusaha mencekiknya namun ia tak sanggup dengan rasa sakit di kepalanya dan kembali menjambak kepalanya sendiri.

"Pergilah, dia keluargaku! Aku takut dia melakukan sesuatu padamu! Maafkan atas apa yg dia lakukan," Ucap seseorang yg tiba-tiba datang.

"Tidak apa-apa aku baik-baik saja, syukurlah kau datang anak itu diluar kendali, tolong bawa dia kerumah sakit!" Ucap orang itu

"Tentu saja, ini sering terjadi padanya kau jangan khawatir," Sahutnya, dan orang itu pergi menjauh.

"Dimmy, Dimmy! Kau bisa saja masuk penjara sayang! Aku terpaksa lakukan ini padamu, untung kau belum jauh! Kalau kau di penjara permainan petak umpet kita batal, itu akan menyakitiku honey!" Ucap seseorang tadi sambil mengambil suntikan yang berisikan cairan obat bius di dalam kantong celananya dan menyuntikkannya kepada Dimitri, dan seketika Dimitri tak sadarkan diri lagi.

"Maafkan aku, aku terpaksa meninggalkanmu disini, karena kita sedang bermain jadi aku harus sembunyi, semoga kau tenang sayangku dadah!" Ucapnya lagi dan pergi, sebelumnya ia memapah Dimitri dan kemudian ia tinggalkan Dimitri di kursi taman di dekat Mobil milik Dimitri agar setelah sadar dia langsung pulang. Selain itu dia meninggalkan beberapa botol pil penenang untuk Dimitri.

***

"Dimitri pergi kemana ya? Tega sekali dia! Ibuku akan segera dimakamkan! ck anak itu, apa dia tak punya hati?" Ucap Stevan sambil mencoba menghubungi Dimitri namun tidak ada respon satupun dari Dimitri.

"Keponakanku Steve! Apa lagi yang ditunggu? hari sudah hampir gelap, ibumu harus segera dimakamkan!" Ucap paman Stevan

"Baiklah paman," Ucap stevan sambil tertunduk.

Ibu Stevan di makamkan di samping makam ayahnya. Dan hanya adik dari ayahnya steve serta istrinya saja dari pihak keluarga steve yang hadir, sedang yg lain hanya tetangga dan teman-teman rekan kerja ibunya, saat ini keluarga yang dimiliki stevan hanyalah Paman, bibi, dan 2 anaknya dan juga Dimitri. Saat semua pelayat sudah bubar Stevan tetap di depan makam ibunya tanpa bergerak.

"Steve ayo pulang!" Ucap pamannya

"Tidak paman biarkan aku disini sebentar, aku ingin mengenang ibuku dan juga ayahku!" Ucap stevan dengan sesak

"Tapi steve!" Ucap Pamannya

"Biarkan dia sayang, kita harus mengerti perasaannya!" Ucap bibinya

"Steve, kami menunggu di depan makam, kalau kau sudah selesai datangi kami!" Ucap bibinya lagi

Dan Stevan hanya mengangguk pelan tanpa suara. Setelah langkah kaki paman dan ibunya serasa tidak di dengar lagi stevan langsung terisak sejadi-jadinya sambil menundukkan kepalanya, ia tak sanggup berkata-kata lagi dan butiran air bening di pipinya ia biarkan jatuh bebas ketanah.

"Kau itu laki-laki, ini seka," Ucap Dimitri yang entah sejak kapan ia datang dan sadar, sambil menyondorkan selembar tisu pada stevan.

Stevan menatap Dimitri dan memeluknya dengan erat tanpa peduli Dimitri suka atau tidak. Dimitri memutar bola matanya ia benar-benar heran kenapa sepupunya sangat dramatis sekali bahkan mengalahkan wanita.

"Cukup, kau membasahi bajuku!" Ucap Dimitri mencoba menghentikan pelukan itu.

"Hiks, kupikir kau tidak datang!" Ucap Stevan

"Aku tadi lewat, kulihat ada pamanmu dan bibimu, jadi aku mampir saja, dan hufh sepertinya aku terlambat ya, dan bibi Tiffany sudah dimakamkan, so aku buang-buang waktu saja, Stevan kau harus tau! Tiffany itu dibunuh oleh seseorang yang sedang mencoba nermain-main denganku! Akan lebih baik kau tidak tinggal dirumahku lagi, selain karena aku sayang dengan nyawamu, aku juga muak dengan sifatmu yang berisik." Ucap Dimitri dan pergi meninggalkan Stevan lagi

"Dimitri tunggu! Kau jangan gila! kau berurusan dengan pembunuh," Ucap Stevan

"Yep i know, tapi bukankah dia manusia dan aku manusia? Aku juga bisa membunuh! Semua orang bisa jadi pembunuh steve" Sahut Dimitri

"Dimitri, aku tahu kau punya dendam dihatimu! Dan aku tau apa yang kau rasakan Dimitri, aku juga dendam! tapi tolong biarkan polisi yang mengurusnya. Mungkin pembunuh itu mengawasimu sekarang." Ucap Stevan

"Kau tidak akan pernah tau rasanya jadi aku steve, dan aku tidak percaya dengan polisi yang kerjanya sangat lambat." Ucap Dimitri dan melanjutkan langkahnya.

Stevan sekarang takut dengan Dimitri, yang ia lihat bukanlah Dimitri lagi tapi Wujud Dendam, namun meninggalkan Dimitri sendiri lagi malah membuatnya semakin jauh, saat ini Stevan benar-benar kebingungan ditambah dengan kesedihannya sehingga ia tidak tahu harus berbuat apa.
.
.
Yo yo yo what's up guys
Aku balik lagi, bawa lanjutannya TEMANKU PSIKOPAT, No kill dulu karena Dimitri lagi nggak mood + aku emang nggak ada ide buat adegan pembunuhan sadis Dimitri. Mungkin next episode.
.
Author turut berduka cita kepada Stevan.
Dan disini author mau minta saran sama kalian kalau nggak di kasih juga nggak papa, karena author sadar readers semakin menipis saja.

Gini, sebenarnya dua-duanya bisa tapi yg lebih bagusnya gimana, dibantu yaaa

ini dia kegalauan author:
"Author tuh bingung, stevan itu enaknya masih sama dimitri atau ikut paman sama bibinya?"

Kasih sarannya.



Dimitri's RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang