Happy reading 😍...
Budayakan vote guys.---------------------------------------
Sejak kejadian kemarin, Gean merasa frustasi dengan Apa yang telah ia lakukan. Apalagi saat dia harus mengantarkan pulang.
Mungkin ada yang beranggapan bahwa Gean mengantar Atha pulang ke rumah dengan hati yang ikhlas, ternyata tidak. Ia hanya mengikuti suruhan teman-temannya.
Tapi dari dulu sampai sekarang, Gean baru pertama kali, ralat kedua kalinya bertemu dengan Atha. Tapi itu masa bodo dengannya.
Dia, Fragean Leonardo Xavier, anak tunggal dari keluarga Ardo. Dia anak 11-ipa-4. Ahh, tentu saja dia punya geng, namanya black road. Gean masuk most wanted di dalam maupun di luar sekolah dan dikenal sebagai bad boy, tapi bisa dibilang tidak juga sih. Tingkahnya seperti anak kucing yang nggak bisa diam. Ok segitu aja sekian.
-------------------
Keesokan harinya, Gean dan geng black road sedang berkumpul di cold cafe's seperti biasanya. Kafe ini memang menjadi tempat pelarian waktu Gean bolos, selain ke rooftop sekolah.Gean diam di dalam kamarnya sambil memikirkan sesuatu. Apakah dia harus mendekati dan menembak Atha dalam waktu seminggu? Itu membuat Gean bergidik ngeri dan merasa risih jika dekat dengan Atha.
Takut? Tentu saja tidak. Tapi dia juga benci dengan Atha. Atha juga sebaliknya. Gean merasa dia adalah cowok yang bodoh. Lalu apa yang harus ia lakukan?
Flashback on
"Woy! Yan, Van. Dah lama nunggu lu pada?" Sapa Vino dari jarak yang terhalang 2 meja makan saja.
"Yoi." jawab Evan sambil melambai tangan ke arah mereka. Rio, dan buru-buru duduk di kursi depan mereka berdua.
"Ehh, Bang. Lu kenapa sih, Kusut banget muka lu? Sakit? Atau... Lagi galau?" Kata Rio yang sok perhatian kepada Gean yang terlihat sedikit murung.
"Apaan sih lu? Ngarang aja." Selah Gean. Ia penasaran sepertinya mukanya sehat-sehat aja. Evan menatap Gean yang berada di sebelahnya seperti mau membicarakan sesuatu. Dan akhirnya dia bicara.
"Yan, tadi pagi lu ngapain sama Atha?" Gean mengangkat sebelah alisnya.bingung. Heuh, ternyata cuma pertanyaan itu-_-
"Gua lihat kemarin lu senyum-senyum pas habis dari lapangan. Lu suka sama si Atha ya?" Goda Evan. Gean menduga Evan seperti mata-mata.
"Gak." Singkat, padat, jelas. Gean sangat bosan jika ditanya tentang masalah perempuan. Bahkan teman-temannya ini sangat khawatir dengan Gean yang masih belum suka dengan cewek. Bukan maksud dia gay.
"Ahh gini aja, bro!" Vino menunjuk Rio, dan Evan. Hanya Gean yang tidak tau mereka mendiskusikan apa.
"Siipp," kata mereka serempak. Gean semakin bingung. Kali ini yang akan berbicara, Wira.
"Boss! Gini nih, lu kan gak suka sama cewek, please lu jangan jadi homo, Yan. Gua gak suka!" Ada hawa-hawa tak enak yang disambut oleh Gean.
"Lu deketin si Atha. Ajak pulang bareng, chat, jalan-jalan. Serah. Dia tuh perfect. Gak ada penolakan, dan besok kita awasi." Vino menatap tajam mata Gean dan terdengar sedikit serius.
"Yak dia diam, berarti deall!"
Flashback off
Dia bingung, dia boss-nya, kenapa malah mereka yang menyuruh-nyuruh? Sebenarnya boss-ya itu dia apa bukan?
Nah loh? Mereka maksa banget. Padahal Gean sudah menolak dan tetap pada pendiriannya. Tidak mau. Tapi, ada yang membuat ego Gean berubah. Yaitu dengan acara menyogok Gean dengan pergi ke Amrik secara gratis.
Bos macam apa ini? Apa iya, dia harus mendekati si Atha, cewek itu? Entahlah, apa yang sedang ia pikirkan. Karena merasa pusing, dia merebahkan tubuhnya lalu tidur.
Di tempat lain...
Ada Atha yang sedang memasak di dapur. Padahal, ini belum jam makan malam dan dia sudah sangat lapar. Di kulkas hanya ada beberapa telur dan sayuran, dan akhirnya ia memilih untuk membuat telur mata sapi.
Saat di dapur, ia tidak fokus dengan masakannya. Ia memikirkan kejadian beberapa hari yang lalu bersama Gean, si dingin yang menyeramkan. Cowok itu menyuruhnya untuk pulang bareng.
Ternyata, Gean juga ganteng. Pikir Atha dan tiba-tiba sudut bibirnya perlahan membentuk sebuah senyuman.
"Ihh kok mikirin dia sih?! Fuhh." kesalnya pada dirinya sendiri. Atha segera mengangkat telur tadi ke dalam piring yang sudah ada nasi di sana.
Ia berjalan ke ruang keluarga untuk menonton televisi dengan acara kesayangannya yaitu Mega Korea. Ia memakan makanannya disela-sela ia sedang fokus menonton tv.
Deran yang baru saja keluar dari kamarnya itu, melihat adiknya yang serius menatap layar tv kesayangannya. Kemudian, ia menghampirinya dan mengambil remote yang ada digenggaman Atha.
Refleks, Atha menoleh ke arah Deran dengan mimik wajah yang amat kesal. Mereka berdua selalu saja bertengkar walaupun itu hal kecil. Dan tentunya yang memulai adalah Deran.
"Ihh... Abang!!! Siniin remote-nya. Bangg!!!" Teriak Atha sambil berusaha mengambil alih remote tersebut.
Deran berlari memutari sofa di ruangan itu. Atha mengejarnya sampai meloncat-loncat di atas sofa. Ia lupa kalau dirinya membawa piring keramik sedari tadi. Dan akhirnya....
Praaannnggg..
Tiba-tiba, keadaan menjadi hening. Piring itu jatuh dan sudah tak terbentuk lagi rupanya. Atha membulatkan matanya dan menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Terkejut? Pasti.
Deran juga demikian. Ia menatap Atha dengan tatapan menyeramkan khas miliknya.
Deran mencoba menahan emosinya di hadapan adiknya ini. Ia juga sudah terbiasa dengan kecerobohan adiknya setiap saat.Atha hanya meringis ke kakaknya itu sambil mengangkat jarinya yang membentuk gunting dan ditaruhnya di depan wajah imutnya itu.
"Maaf." Satu kata keluar dari mulut Atha, ia meringis dan segera berlari ke kamarnya untuk mengumpat dari kejaran Deran.
------------------------------------------
Maaf ya.. Berbagai typo bertebaran dimana-mana. Dan EYD yang??? Ya gitulah. Dan ini aku nulis nggak sampai 1000 font. Ini part pendek banget.
Vomment please 😘😘😂😂🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
Geanatha; [Slow Update]
General Fiction-------- I want to always be with you and happy with you. Don't go leave me because you is half of my life. You have made me fell in love you, and you should be responsible for it . . [Bacanya dari awal ya..]