Perasaan itu tiba-tiba muncul kembali dalam benakku. Apakah itu karenamu? Jika itu karenamu, aku sangat berterimakasih.
------ Atha N
---------------------------------------------------Pagi berganti siang, siang berganti sore. Panas menjadi dingin, langit yang terang menjadi awan mendung.
Aku masih setia duduk di sini sendiri tanpa seorang teman. Menunggu hujan reda yang cukup deras mengguyur kota Bandung.
Angin berhembus kencang yang membuat bulu kudukku berdiri dan alhasil aku merasakan dinginnya sore hari dan hujan menusuk kulitku.
Jalanan tampak sepi dan kendaraan bermotor pun yang melintas depan sekolahku dapat dihitung menggunakan jari.
Bruumm... bruumm...
Suara itu berhasil mengalihkan pandanganku pada sang pemilik motor tersebut. Aku mempertajam indera penglihatanku padanya.
Aku hafal sekali dengan tatapan matanya, tak sengaja mata kami bertemu. Sudah tahu itu siapa? Gean. Aku segera memutuskan kontak itu. Karena aku sedang malas melihat wajahnya yang nyebelin.
Betapa terkejutnya aku, saat tiba-tiba dia berada di hadapanku. Di bawah hujan seperti ini, kadar ketampanannya semakin meningkat dan terlihat jelas.
"Naik." Perintahnya.
Aku hanya memandangnya dengan sedikit kecewa. Kenapa oh kenapa, aku harus bertemu lagi dengannya, yalord.
Belum lagi jika aku mengiyakan perintahnya, pasti aku akan dibonceng lagi untuk kedua kalinya.
"Anjir, malah bengong. Cepet naik." Teriaknya kesal.
Melihat hujan semakin deras, mau tak mau aku harus pulang bersamanya. Aku berlari dari halte dan seketika tubuhku terkena rintik hujan dan membuat bajuku basah.
Aku melihat Gean melepaskan jaketnya dan memberikannya padaku. Peka juga ternyata ini anak. Batinku.
Setelah memakai jaket kulit milik Gean, aku menaiki motor itu dan kami melesat jauh meninggalkan sekolah. Jalanan saat hujan memang tidak begitu padat. Jadi, mudah saja untuk Gean melajukan motornya dengan kecepatan di atas rata-rata.
Entah ada apa ku tak tahu, motor Gean mendadak berhenti dan membuat tubuhku terdorong ke depan dan berhasil menabrak tubuh tegap cowok itu. Sontak aku langsung kembali ke posisi awal, tanpa memegang ataupun memeluk tubuh cowok itu.
"Sorry." Ucap Gean.
"Pegangan makanya." Lanjutnya dan kubalas dengan pukulan mentah untuknya.
Gean melanjutkan perjalanannya setelah seorang ibu-ibu menyebrang tanpa terduga. Seperti perintahnya tadi, aku memegang baju Gean, hampir memeluknya bahkan. Nyaman. Satu kata untukku saat aku bersamanya.
Kenapa jantungku merasa berdebar-debar saat bersentuan dengannya? Ah ini mungkin karena aku mempunyai sakit jantung. Mungkin.
Tak butuh waktu lama, kami sudah sampai di depan rumahku. Aku segera turun dari motor dan memberikan jaket milik Gean. Tetapi dia menyuruhku untuk tetap memakainya saja.
"Udah lo bawa aja dulu, kapan-kapan aja lo balikin. Mending sekarang lo masuk, ntar lo sakit." Katanya dengan wajah datar.
Waitt... Barusan dia peduli sama gue?
"Gue cabut duluan." Tambahnya sebelum meninggalkan pekarangan rumahku.
Aku hanya membalasnya dengan senyum kikuk. Are you okay, Atha? Batinku. Dan aku segera masuk ke dalam rumah.
------------------
*Byeee
KAMU SEDANG MEMBACA
Geanatha; [Slow Update]
Художественная проза-------- I want to always be with you and happy with you. Don't go leave me because you is half of my life. You have made me fell in love you, and you should be responsible for it . . [Bacanya dari awal ya..]