[3] Gosip

65 12 7
                                    

Sorry lama (:

Aadhira menuruni tangga dengan dongkol

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aadhira menuruni tangga dengan dongkol. Bagaimana tidak? Bisa-bisanya Lysia memberitahu kepada semua teman sekelasnya yang terdaftar sebagai anggota grup di LINE bahwa Aadhira sudah mempunyai gebetan.

Padahal, baru saja dia mengenal lelaki dingin itu, kenapa Lysia heboh sekali? Aadhira memang single sejak lahir, dan dia tidak banyak berteman dengan anak laki-laki.

Laki-laki yang dekat dengannya bisa di hitung dengan jari. Ayahnya, Rifki, kedua kakaknya, Hansa dan Caraka, teman sekelasnya Arsa, Arya plus Diki dan Ragha. Apa salahnya berkenalan dengan dengan Al?

Apa cuma karena Al itu atlet basket sekolah, dan setiap bulannya selalu masuk list The Most Wanted Boy SMAN 24, dan sifat dinginnya yang membuatnya sulit di dekati, bukan berarti, berbincang dengannya selama tiga puluh menit menandakan Aadhira kepincut dengan Al atau bahkan-walau tidak mungkin-sebaliknya bukan?

Aadhira tidak mengerti kenapa semua ini terjadi padanya. Mungkin, secangkir teh jahe bisa membuat suasana hatinya menjadi lebih baik.

Hatsyu!
Entah berapa kali Al bersin. Sambil mengeringkan rambutnya yang basah-karena habis keramas-Al melirik ke sebuah foto yang ada di meja belajarnya, dan mengambilnya. Tadi, sebelum mandi, Al merasa Aadhira-gadis yang tadi ia lihat bersama seniornya-itu mirip dengan gadis yang pernah berfoto bersamanya, saat Al menginjak bangku delapan SMP.

Masih teringat dengan jelas di dalam benaknya, dia selalu bisa membuat Al merasa seperti manusia pada umumnya-tertawa, tersenyum, senang, bahagia, kesal, marah, dongkol, dan jatuh hati.

Tapi, setahun yang lalu, dia memilih untuk sekolah di luar negeri, jauh darinya. Tanpa salam, tanpa surat. Yang tersisa hanya sebuah jam tangan coklat yang sengaja dia beli untuknya saat mereka terakhir bertemu, di hari kelulusan. Jam tangan itulah yang bisa membuat Al selalu mengingat dia. Tapi, di saat yang sama, Al menyesal. Menyesal karena belum berbicara yang sebenarnya.

Karena dia juga, Al berubah menjadi sosok yang dingin, cuek, acuh dan .., segala sifat yang bertolak belakang dengan sifatnya dulu, sebelum dia pergi. Sosok yang orang kenal sebagai Al yang sekarang. Mereka tidak tahu, kenapa Al bisa menjadi Al yang sekarang. Tidak ada satupun, tidak akan pernah.

"Nadia ..., kamu, apa kabar? Semoga kita bisa bertemu lagi, ya,"
Al tersenyum tipis. Mungkin ini saatnya untuk membuka hati.

Trang!
Entah sudah berapa kali Aadhira membuat sendok yang di pegangnya beradu dengan piring makannya. Dengan bibir manyun-yang benar-benar manyun-dia memotong ayam fillet di piringnya dengan penuh emosi. Karena hal sepele-yang menurut Aadhira tidak, tentu-dia bisa sedongkol ini.

Selama ini, hidupnya selalu lurus-lurus saja, flat. Tapi sekarang, dia merasa seperti tersandung batu, batu yang BESAR!

"Tari ..." panggil Nadira lembut, sembari meletakkan sepiring kecil pudding coklat di sebelah piring anak bungsunya tersebut.
"Kamu kenapa Nak?"

What You Need Are Just A Cup Of TeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang