[2] Bukan Siapa-siapa

109 21 3
                                    

Januari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Januari.

Apa pendapat kalian tentang bulan Desember?

Kalau Aadhira, dia paling suka Desember karena di bulan itulah dia berulang tahun. Aadhira berulang tahun sebulan yang lalu, tepatnya hari pertama, minggu kedua, tanggal empat belas. Dia suka sekali ulang tahunnya kali ini, sekaligus sebal. Keluarganya sangat memanjakannya di hari itu, tapi temannya mengerjainya habis-habisan. Contohnya, saat dia mengepel lantai kelas. Hari itu dia memang jadwalnya piket.
Dan, byur! Lantai tersiram kembali air dengan campuran kecap, saus sambal, dan entah apalagi. Dia harus mengulang pekerjaanya lagi, tapi sialnya, sabun lantainya habis.

Dan sorenya, semua kekesalannya terbalas. Orangtuanya memberinya kejutan dan kakaknya yang kuliah di Jogja, pulang. Aadhira memeluk kakaknya, Hansa, dan membuat Caraka, kakak kedua Aadhira cemburu. Kue ulang tahun yang di buat mamanya berada di tengah ruang keluarga, dan di sana tertera tulisan tangan mamanya dari krim putih yang lembut. Mama Aadhira memang membuka sebuah toko kue di depan kompleks. Dan rencananya, hari ini, Aadhira ingin membantu mamanya di kasir ataupun sekedar mencicipi krim dan buah segar di dapur. Tapi sejak tadi siang, hujan turun dengan derasnya. Akhirnya, Aadhira menunggu di ruang olahraga indoor di sekolahnya, menunggu kakaknya yang sedang latihan basket. Matanya mengikuti kemana arah bola oranye itu terlempar.

Sesungguhnya, dia bosan. Menunggu itu membosankan. Aadhira memeluk tas merah pucatnya sebagai topangan dagu. Di luar, hujan sudah mereda, tapi ini terlalu terlambat, karena waktu telah menunjukkan pukul setengah enam. Terlalu sore kalau Aadhira mau pulang sendiri.

Sat peluit yang di tiup Pak pelatih basket berbunyi, Caraka, kakak Aadhira segera menepi ke lapangan. Aadhira meyodorkan sebotol minuman isotonic ke Caraka dan Caraka segera meminumnya. Aadhira memandangi kakaknya "Udah selesai kak?"

Caraka menghentikan aktivitasnya "Belum dek, sebentar."

"Ih! Kak Raka lama tau ngga? Tari udah nunggu lama banget nih!" Aadhira merengut.

Caraka menepuk kepala Aadhira "iya, kakak sekarang mau izin dulu biar pulang duluan ya."

Al merasa familiar dengan suara yang baru saja dia dengar, dan matanya merasa tertarik ke arah sumber suara. Al melihat Caraka yang di omeli oleh Aadhira, gadis tadi siang yang mengobati lukanya, gadis yang sama yang terus mengomel karena Al tidak mau diam saat di obati lukanya. Al bertanya-tanya, kenapa Aadhira bisa ada di sini? Kenapa Aadhira terlihat dekat dengan Caraka, senior sekaligus partner-nya di tim basket? Kenapa.., Al merasa ada sesuatu yang aneh di dalam dirinya? Dalam hati, Al menerka-nerka, Aadhira siapanya Caraka? Dan Caraka siapanya Aadhira? Teman? Sahabat? Atau mungkin.., pacar?

Al pikir, dia seharusnya tak perlu tahu hubungan orang lain apalagi tadi dia baru mengenal gadis itu. Tapi kenapa.., dia merasa ini semua penting baginya?

Padahal, dia bukan siapa-siapa gadis itu.

Motor yang di kendarai Caraka menerjang hujan lebat yang di sertai angin. Aadhira memegang jas hujan Caraka kuat-kuat, karena sedari tadi petir terus menyambar. Saat mereka baru mencapai gerbang sekolah, tiba-tiba hujan turun dengan lebat. Di sertai angin pula. Mereka tadinya hendak berhenti di halte, tapi semua orang berpikiran hal yang sama. Semua halte yang mereka lewati penuh oleh pengendara motor yang ingin menunggu hujan reda. Jadi, Caraka memilih menerjang hujan daripada berdesak-desakkan di halte.

What You Need Are Just A Cup Of TeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang