[6] Tantangan

55 11 12
                                    

April, 2017.
Terlepas dari segala yang terjadi pada Aadhira tahun lalu, di bulan April ini Aadhira menadi panitia acara ulang tahun sekolah yang ke tiga puluh. Tentu ini akan menyenangkan bagi para siswa dan siswi di sekolahnya, tapi tidak bagi para pengurus OSIS yang otomatis akan menjadi panitia pelaksana acara tahunan ini. Semua anak OSIS mendadak sibuk dengan berbagai persiapan jelang hari-H. Mencari tema acara, mendesain panggung dan lingkungan sekolah sesuai tema, mencari properti, mengontrol pengeluaran biaya, dan tak lupa mempersiapkan proposal kepada kepala sekolah. Sebagai panitia, Aadhira mendapat tugas mencari siswa-siswi yang ingin menjadi pengisi acara. Dan sampai saat ini, siswa-siswi yang ingin tampil hanya sedikit. Hari ini adalah hari terakhir pendaftaran. Aadhira yang lelah berkeliling memilih kembali ke kelasnya, dan tiba-tiba berhenti karena mendengar seseorang bernyanyi.
Suara itu berasal dari kelas X-IPA-5, dan Aadhira yang penasaran mengintip dari balik kaca jendela. Dia membeku beberapa saat, kemudian terkejut. Di dalam sana, ada seorang laki-laki yang Aadhira tidak sukai. Dia, Al, ada disana, memetik senar gitar sambil bernyanyi. Sialnya, permainan gitarnya bagus dan suaranya enak didengar.

🎵If they say
Who cares if one more light goes out?
In the sky of a million stars
It flickers, flickers
Who cares when someone's time runs out?
If a moment is all we are
Or quicker, quicker
Who cares if one more light goes out?
Well I do 🎵

"Eh gusti, suaranya bagus." Aadhira berbicara dengan suara yang agak keras. Refleks, si penyanyi menoleh ke luar jendela. Mata mereka bertemu. Al lebih dahulu tersadar, keluar kelas, dan menarik bahu Aadhira agar berhadapan dengannya sebelum Aadhira melarikan diri.

"Lo denger gua nyanyi?"
Aadhira memandang Al dari atas sampai bawah. Penampilannya tidak rapi sama sekali. Kemeja dikeluarkan, tidak memakai dasi, kancing atas terbuka satu, memakai aksesoris kalung dan gelang, rambut acak-acakan, dan tangan kirinya memegang kuat bagian ujung gitar.
Berbanding terbalik dengan Aadhira yang memakai seragam lengkap yang tertutup jaket kuning gading polos pemberian kakak tertuanya.

"Lu dengerin gua ngomong ngga sih?"

Aadhira terkesiap. "Ah.., i.., iya! Gue denger kok!"

"Ngga usah gagap gitu, santai aja." Al melepaskan genggaman pada bahu Aadhira dan nyengir lebar.
"Sekarang gua tanya lagi, lo kenapa ngintip-ngintip dari jendela? Kangen ya, sama gua?"

Aadhira tersenyum meledek, dan tidak berniat menanggapi kalimat terakhir yang laki-laki itu ucapkan.
"Mau ikutan tampil di pensi ngga?"

Al menggeleng. Aadhira menggenggam pulpen dan notes kecil miliknya dengan kuat. "Kenapa? Kenapa elo ngga mau ikutan pensi?"

"Yhaa.., gua males mau aja ikut-ikutan yang kaya gituan, ngga guna." Al menggaruk tengkuknya, takut-takut salah bicara.

"Kaya gitu lo bilang ngga guna? Terus tugas gue selama ini cari-cari yang mau ikutan pensi, itu ngga berguna juga, gitu?" Suaranya naik satu oktaf. Aadhira tidak tahu dia pms atau bagimana, tetapi apa Al berpikir betapa sulitnya berkeliling sekolah untuk mencari orang yang berminat mengikuti pensi? Dan dia bilang ikut pensi itu tidak berguna?
Aadhira terlalu capek untuk mengamuk lebih jauh lagi dan lebih memilih bersandar ke tembok.

"Sekarang, elo yang kenapa?" Al bertanya. Dugaannya benar. Dia salah bicara.
Aadhira menoleh sebentar, dan kembali ke posisi semula.
"Ngga tahu, kecapean mungkin,"

Al membuang pandangan matanya, menghindari tatapan Aadhira padanya.
"Ke kantin yuk."

Aadhira mengangkat alisnya sebelah. "ap..,apa?"
gue, ngga salah denger 'kan?

"Ke kantin. Ayo ke kantin. Siapa tahu kalau lo ngonsumsi sesuatu perasaan lo bakal lebih baik."

Aadhira tidak mengerti benar apa yang dia dan Al tengah lakukan. Mereka berdua berjalan beriringan ke arah kantin, memesan makanan dan minuman yang sama, dan duduk di bangku kantin berhadapan. Atmosfer yang tercipta diantara mereka begitu canggung, dan hanya sekali dua kali mereka mengobrol, sisanya, makan.
Saat makanan keduanya habis dan hanya tersisa dua gelas es teh utuh, mereka masih tetap diam.
"Aadhira,"

Aadhira cepat-cepat menjawab. "Ya?"

Al menyandarkan wajahnya dengan satu tangan, yang menutupi sebagian wajahnya. "Hari minggu ini, lo ada acara ngga?"

"Kenapa emangnya?"

"Senin nanti adek gua ulang tahun, dan dia cewe tiga tahun di bawah kita, seleranya mungkin ngga jauh beda sama lo, jadi, gua mau minta tolong sama lo buat nemenin gua cari hadiah buat dia."

Aadhira menarik gelas es tehnya. "Boleh, tapi habis itu nonton yuk? Gue mau nonton Ordinal Scale di bioskop."

Al mengangkat kepalanya sedikit, memberi perhatian lebih.
"Movie terbaru Sword Art Online? Boleh tuh, gua juga mau nonton itu."

"Lo tau SAO? Gue kira cowok sejenis elo ngga suka begituan." Aadhira menyesap es tehnya.

"Tau sih, tapi ngga pernah nonton. Gua lagi penasaran sama movienya aja."

"Oh, gitu."

Hening lagi.

Anggota ekskul Basket sedang latihan rutin hari ini. Caraka yang sedang berselonjoran di pinggir lapangan sambil memegang sebotol air mineral, melihat Al berjalan kearahnya dan duduk di sebelah dirinya. Al mengambil botol air miliknya dan segera meminumnya.

Caraka melirik ke arah Al lalu bertanya, "Menurut elo, adek gua gimana?"

Satu kalimat itu berhasil membuat Al tersedak air mineral. Caraka memasang wajah tanpa dosa, karena menurutnya, seorang kakak yang menanyakan sesuatu seperti itu adalah hal yang wajar.
"A.., adek elo yang mana Bang?"

"Si Tar- eh, Aadhira,"

"Aadhira itu, adek lo?" terdengar nada keterkejutan disana.
Jadi, selama ini, gua salah?

"Emangnya, lo kira dia siapa?" Caraka terdiam selama beberapa sesaat, dan tiba-tiba terbesit di kepalanya sebuah ide jahil.
"Lo ngira dia pacar gua ya? Gua kira lo itu orangnya ngga cemburuan."

"Cemburuan? Maksud lo Bang?"

"Yha..," Caraka menepuk pundak Al sebelum pundak itu menjadi tumpuannya untuk berdiri. "Kalau lo suka sama cewe, ungkapin. Jangan di simpen di hati doang. Kalau di rebut orang nyesel lho."

"Dan," Caraka menjeda kalimatnya. "Menurut pandangan gua, adek gua juga suka sama lo, jadi ya, selamat berjuang."

gaada gifnya lagi ;v;
part kali ini pendek /hiks/

What You Need Are Just A Cup Of TeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang