[19] Kabar

18 7 5
                                    

"SEMUANYA SUDAH SIAP?"

Para pemeran membentuk lingkaran, menyatukan tangan mereka di tengah. Aadhira, yang mengkoor mereka semua, tersenyum dan menatap mereka satu-persatu.

Aku harap semuanya baik-baik saja.

Saat pandangannya bertemu dengan Al, Aadhira merasa berat.

Ku mohon.

Aadhira menarik napasnya. "PENTAS DRAMA 2018!"

Mereka semua berseru. "SUKSES!!!"

"Dia sudah sadar!"

Tiba-tiba saja, semuanya jadi berisik. Aadhira membuka matanya perlahan, mendapati cahaya sore hari masuk melalui jendela.
"Aku.., ada dimana?"

"Kamu ada di UKS Dhira," Al yang ada disampingnya menjawab. "Kamu pingsan pas adegan pesta dansa berlangsung."

Pikiran Aadhira kembali saat adegan-adegan terakhir. Saat tangan Al menggenggam tangannya dan mulai berdansa, Al menatapnya dengan cemas. Al bisa merasakan suhu tubuh Aadhira yang tinggi melalui tangannya. Setelah putaran terakhir dan akan mengakhiri dansanya, Aadhira tidak ingat apa-apa lagi.

"Aadhira lo kecapekan?" Tanya Lysia. Aadhira menggeleng. Lysia membuang napasnya. "Lo ngga usah bohong sama gue, Dhir. Gue tau."

"Maaf..." Aadhira hanya bisa mengucapkan satu kata itu.

"Dhira, kalau ada apa-apa, cerita," Al mengelus rambut Aadhira sayang. "Aku selalu ada buat denger cerita kamu."

Orang-orang yang ada di sana terbatuk bersama.

Aadhira tersenyum. Namun, dalam hatinya, dia kalut. Dia tidak tahu harus memberi tahu mereka, terutama Al, kalau dia akan pergi.

"Makasih.., hehe."

"Guys, udah yuk kita balik duluan, takut ganggu." Ujar Lysia, lalu pergi disusul yang lain.

"Sayang,"

"Hmm?"

"Untung kamu nggak jadi pake rambut asli kamu."

Aadhira memegang ujung rambutnya. "Kenapa memang?"

"Nggak apa-apa, aku cuman khawatir."

"Gitu amat."

"Ah kamu ganggu suasana nih," Al terkekeh. "Udah bagus-bagus tadi."

"Eh Dhir, Minggu ini kosong nggak?"

"Kosong, kenapa?"

"Jalan yuk."

Di hari Minggu, Al mengajak Aadhira ke tempat rekreasi yang baru saja dibuka. Kebetulan, Aadhira memang penasaran dengan tempat rekreasi itu. Namun, Aadhira heran kenapa Al mengajaknya sore harinya. Jadi, Aadhira bertanya pada Al.
"Oh, itu. Soalnya ramenya pas sore sampe malemnya, Dhira."

"Pantesan." Aadhira menatap sekelilingnya. Memang gemerlap dari lampu-lampu yang ada di sekitar jalan maupun di wahananya jadi terlihat terang sekali.
"Rama,"

"Ya?"

Aadhira ingin mengatakannya. Sekarang. Namun saat dirinya menyaksikan ekspresi Al yang begitu sumringah, Aadhira mengurungkan niatnya.
"Emm, nggak jadi."

What You Need Are Just A Cup Of TeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang