Jilid 31

1K 14 2
                                    

Tetapi Se-kiat sendiri juga gentar. Memang Thiat-mo-lek selalu mundur, tetapi tetap memiliki kekuatan untuk balas menyerang. Serangan gencar dari Se-kiat seperti membentur tembok yang tak kelihatan dan tak mungkin diterobos. Rencana Se-kiat sebenarnya hanya akan bertahan saja. Ini untuk mengulur waktu hingga pamannya datang. Tetapi ia rubah rencananya itu setelah melihat Thiat-mo-lek memberi pengobatan lwekang pada Tian Goan-siu tadi. Ia berganti dengan siasat menyerang secara kilat.

Memang setelah bertempur tiga jurus, Se-kiat dapatkan tenaga lawan berkurang sekali. Tetapi masih memiliki tenaga pertahanan yang kuat. Dengan begitu siasatnya menyerang kilat, sukar terlaksana. Tapi Se-kiat sudah terlanjur bergerak menyerang, dia sendiri tak tahu bagaimana nanti jadinya. Kalau pertempuran berjalan lama, dikuatirkan tenaga Thiat-mo-lek akan pulih. Ini berarti kekalahan baginya (Se-kiat). Maka ia tak mempunyai pilihan lagi kecuali melanjutkan siasatnya menyerang secara kilat.

Se-kiat mainkan pedangnya dengan gencar. Thiat-mo-lek selalu main mundur saja. Setiap kali mundur, ia dapat mengurangi kekuatan menyerang dari lawan. Tapi karena Se-kiat masih muda, tenaganyapun tak lekas habis. Oleh karena itu semua hadirin, kecuali ayah mertua Thiat-mo-lek, sama merasa cemas. Mereka tak tahu bahwa sebenarnya pemunduran Thiat-mo-lek mempunyai arti.

Makin lama Se-kiat makin ganas. Jurus-jurus serangannya makin menghebat. Dan Thiat-mo-lek hanya mainkan goloknya dalam ilmu golok warisan keluarganya. Se-kiat tampak sebagai pihak penyerang tetapi anehnya serangannya yang bagaimana aneh tetap kena ditangkis golok Thiat-mo-lek.

Hadirin yang berada di lapangan situ, kecuali Han Soan (ayah mertua Thiat-mo-lek), yang berilmu tinggi hanya Tian Goan-siu.

Setelah tersadar, ia tak mau pulang mengobati lukanya tetapi tetap berada di situ untuk menyaksikan pertandingan. Ia menghela nafas: "Aku telah belajar tujuh belas macam ilmu pedang, tapi baru sekarang kuketahui kalau kesemuanya itu hanya ilmu picisan. Luar biasa sekali ilmu pedang Se-kiat itu, namun tak mampu menandingi ketenangan Thiat-mo-lek. Untuk mencapai keistimewaan, asal orang mempunyai otak cerdas tentu dapat. Tapi untuk mencapai ketenangan, orang harus berlatih dengan tekun. Ketenangan dan kemahiran jauh lebih unggul dari kedahsyatan."

Pada saat Tian Goan-siu membuat penilaian begitu, Thiat-mo-lek sudah mundur lagi sampai 7-8 langkah. Tampaknya ia terkurung sinar pedang Se-kiat. Keadaannya makin buruk. Malah Ong Yan-ik sudah menyatakan kekuatirannya kepada suaminya: "Goan-siu, dikuatirkan Thiat toako akan kehabisan tenaga dan tak mampu mempertahankan kemenangannya."

Memang Goan-siu mengetahui bahwa ketenangan Thiat-mo-lek itu pasti dapat mengatasi lawan. Tapi ia tak mengerti tentang keindahan-keindahan yang tersembunyi dalam permainan Thiat-mo-lek itu. Apa yang dikatakan isterinya, sesuai dengan perasaannya. "Celaka, kalau Thiat-mo-lek sampai kalah, akulah yang menjadi gara-garanya," ia mengeluh dalam hati namun tak diutarakan pada isterinya. Ia tetap memperhatikan jalannya pertempuran dengan penuh perhatian.

Han Ci-hun, isteri Thiat-mo-lek, pun berada di situ. Mendengar pembicaraan Tian Goan-siu suami isteri itu, iapun merasa cemas. Waktu ia hendak menanyakan pendapat ayahnya, tampak saat itu Han Soan menyungging senyuman.

"Eh, Mo-lek mundur terus-terusan, mengapa ayah malah gembira?" ia heran.

Baru saja ia berpikir begitu, di sana Se-kiat kiblatkan pedangnya dengan istimewa. Menyabat ke kiri dengan jurus Ban-li-hui-soang, memapas ke kanan dengan jurus Cian-sam-lok-yap. Bret, lengan baju Thiat-mo-lek kena terpapas rompal.

"Ayah...." belum Han Ci-hun melanjutkan kata-katanya, ayahnya (Han Soan) sudah menukas tertawa: "Serangan Se-kiat sudah tamat. Lihatlah, sekarang Thiat-mo-lek berganti giliran yang menyerang!"

Han Ci-hun menengok kemuka. Ah, kiranya benar. Thiat-mo-lek kini merubah pertempuran dari bertahan menjadi penyerang. Meskipun belum dapat memaksa lawan mundur, tapi kini posisinya sudah kokoh. Kiranya setelah bertempur puluhan jurus itu, tenaga Thiat-mo-lek sudah hampir pulih dan melebihi tenaga lawan.

Tusuk Kundai Pusaka - Liang Ie ShenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang