Sebenarnya kepandaian paderi itu tidak di bawah Bik-hu. Tapi karena tak berhasil menangkap Sip Hong, sebaliknya kedua sutenya malah menjadi korban, pecahlah nyalinya. Dengan gerak teng-li-ciang-sim ia menghindari tusukan pedang Bik-hu. Tapi secepat itu juga Bik-hu sudah susuli lagi dengan tusukan yang kedua dan ketiga. Dengan mendapat pelajaran ilmu pedang dari dua aliran, begitu mendapat angin, serangan Bik-hu itu seperti air bah melanda. Sekalipun andaikata paderi itu masih mempunyai semangat bertempur, tetap ia tak mampu balas menyerang.
Ternyata kepandaian naik kuda dari si paderi itu hebat sekali. Dengan gerak to-coan-cu-lian, ia dapat lolos dari lubang jarum. Caranya menghindar memang istimewa juga ialah dengan melorot turun dan bersembunyi di bawah perut kudanya. Tapi sekalipun orangnya selamat, kudanya kena termakan pedang di bagian pantat. Kuda paderi itu juga kuda ternama. Begitu terluka, binatang itu lantas mencongklang sekuat-kuatnya. Larinya tak kalah pesat dengan kuda ciau-ya-say-cu kepunyaan Bik-hu.
Jurus itu berlangsung dengan cepat sekali. Pada saat Bik-hu dapat menghalau si paderi, Sip Hong pun tepat menginjakkan kakinya ke tanah. Karena memikirkan keselamatan jenderal itu, Bik-hu lepaskan si paderi. Buru-buru ia loncat turun dari kudanya dan menanyai keadaan Sip Hong.
"Terima kasih atas pertolonganmu. Beruntung aku tak sampai terluka. Tetapi entah bagaimana dengan kuda tungganganku itu," kata Sip Hong. Dalam berkata-kata itu, kudanya tampak lari mendatangi. Binatang itu mengusap-usapkan bulu surinya kepada Sip Hong dan meringkik beberapa kali. Seolah-olah ia tahu dan girang bahwa tuannya tak kurang suatu apa. Pun karena mengetahui kudanya tak kena apa-apa, Sip hong girang. Kiranya kuda itu hanya membaui racun saja tetapi tak sampai terkena.
"Paderi jubah merah itu adalah tokoh dari Leng-san-pay. Sayang tadi membiarkan ia lari," kata Bik-hu. Sip Hong suruh anak muda itu memeriksa kedua paderi yang terluka tadi. Ternyata yang kena tertusuk pedang Bik-hu itu sudah tak bernyawa. Karena tak tega melihati korbannya, Bik-hu segera menguburnya. Yang seorang ialah yang terbungkus jubah merah tadi, setelah dibuka, ternyata hanya terluka ringan.
"Mengapa kalian datang kemari? Mengapa hendak mencelakai aku? Lekas mengaku terus terang, kalau tidak tentu kutabas," bentak Sip Hong seraya mencabut pedang.
"Ciangkun, ampunilah jiwaku. Ini bukan urusanku, aku hanya disuruh toa-suhengku, terpaksa aku melakukan juga," sahut si paderi.
"Apakah toa-suhengmu itu si Ceng-bing-cu?" tanya Sip Hong pula.
Si paderi mengiakan: "Ya, toa-suheng telah menerima undangan Su Tiau-gi dan kepala suku Ki. Anak murid Leng-san-pay dari dua angkatan semua dibawa ke daerah Yu-ciu."
"Untuk apa toa-suhengmu mengutus kau kemari?"
"Untuk memata-matai keadaan tentara kerajaan."
Waktu Ceng-bing-cu menyuruh tiga belas sutenya menangkap Su Tiau-ing, di tengah jalan telah berpapasan dengan Shin Ci-koh. Dari ketiga belas murid Leng-san-pay itu, kecuali seorang ialah si paderi jubah merah yang ternyata murid kedua dari Leng Ciu siangjin, yang dua belas orang semua telah binasa di tangan Shin Ci-koh.
Peristiwa itu telah menimbulkan kemarahan Leng Ciu siangjin. Ia kabulkan permintaan muridnya pertama yakni Ceng-bing-cu, untuk mengerahkan segenap anak murid Leng-san-pay dari dua angkatan, turun gunung membantu Su Tiau-gi sekalian untuk membalas sakit hati pada Shin Ci-koh. Ceng-bing-cu telah memperhitungkan karena kepentingan muridnya, Shin Ci-koh tentu datang ke Yu-ciu. Untuk itu Ceng-bing-cu telah mempersiapkan barisan pilihan menghadapi wanita itu. Jika itu masih gagal, barulah Leng Ciu siangjin akan keluar sendiri.
Tetapi Ceng-bing-cu itu ternyata seorang ambisius. Tujuannya tidak melainkan menuntut balas pada Shin Ci-koh, pun ia ingin menjadi Kok-su (penasehat agung) dari Su Tiau-gi. Kelak apabila Su Tiau-gi berhasil dalam usahanya mendirikan kerajaan, partai Leng-san-pay tentu akan mendapat prioritas untuk merajai dunia persilatan. Maka serta merta ia meluluskan permintaan Su Tiau-gi untuk mengirim tiga orang sutenya menyelidiki keadaan tentara kerajaan. Untuk keperluan itu, Su Tiau-gi tak segan menghadiahkan tiga ekor kuda yang istimewa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tusuk Kundai Pusaka - Liang Ie Shen
Ficción GeneralLanjutan "Kisah-kisah Bangsa Petualang" Salah satu kisah dari Trilogi Dinasti Tong yang merupakan salah satu karya terbaik Liang Ie Shen. Sangat direkomendasikan untuk dibaca (must read), bahkan dari beberapa pengamat memberikan bintang 5 untuk tri...