A Surprise for Lio

1K 40 7
                                    

Hari Minggu begitu cepat berlalu hingga aku harus ke sekolah lagi hari ini.

Setelah mengumpulkan nyawaku akupun mandi dan memakai seragamku.

Muka? Udah cantik.

Rambut? Udah cool abis.

Seragam? Ga kalah cool sama rambut.

Sepatu? Udah kinclong.

Hati? Masih sakit. Ugh.

Aku masih belum bisa menyembuhkan luka di hati ini. Masih belum bisa menerima semuanya. Kenyataan bahwa Ka Gala ...

Sudahlah tak perlu dibahas.

Aku keluar dari kamarku menuju ruang makan.

Eng ... fyi, Mama kerja di bagian bisnis, sama kaya Papa. Mereka satu perusahaan gitu, Perusahaannya Kakek dulu. Dan sekarang Papa semacam Kepala Perusahaannya gitu deh.

Kenapa aku ngasih tau informasi yang agak kurang penting gini? Karena aku ga mau kalian bingung kenapa tiba - tiba Mama engga ngantor, Papa pulang dari kantornya malam. Kan Papa yang punya perusahaannya. Tapi maksudnya bukan kaya suka - sukanya gitu ya.

So, back to the topic.

Di ruang makan aku melihat Lio makan dengan lahapnya, Papa lagi mainin tabletnya ga tau deh ngapain, dan Mama baru siap manggang roti.

Aku selalu suka makanan yang dimasakin Mama. Dan kali ini Mama emang cuma manggang roti yang isinya selai - selai dan coklat, tapi enak banget. Ga ada duanya. Tapi aku prefer diam dan engga ngungkapin perasaanku tentang makanannya. Engga kaya Lio yang selalu ngungkapin. Kok jadi ga penting banget sih ini yang diomongin dari tadi?

Jadi kita skip aja deh. Setelah aku dan Lio sampai di sekolah, aku langsung jalan ke arah kelasku tanpa ngeliat kejadian di sekitar sekolah.

Dengan headset menggantung di kedua telingaku aku sayup - sayup mendengar suara seorang cowo memanggilku. Dengan kesal - dan membuka sebelah headsetku - aku menoleh ke arah suara. Ternyata yang manggil aku tuh Ka Marva.

Well, selama ini aku belum pernah nyeritain kejadian aku dan Ka Marva. Karena kita berdua emang jarang ketemu. Dan tumben banget sekarang dia nyariin aku.

Aku melihat Ka Marva bersama seseorang berjalan ke arahku. Semoga itu bukan Ka Gala.

Saat mereka sudah berjarak sekitar 3 meter dariku aku bisa melihat si orang yang bersama Ka Marva. Betapa terkejutnya aku ternyata itu Asta. Mereka kenal dari mana?

Oh ya, aku engga begitu tau tentang Asta. Dan ada banyak pertanyaan yang ingin kusampaikan padanya. Seperti dia kelas berapa, ada modus apa dia deketin aku, dia kenapa bisa kenal Ka Marva, apa dia kenal Lio juga, saudaranya ada berapa, dia anak siapa, tinggalnya dimana, ... oke aku mulai ngaco.

Aku mengecilkan volume lagu yang kuputar di hpku. "Ada apa Ka?"

"Kamu entar ikut kita pas pulang sekolah ya. Ga ada kegiatan kan?" Tanya Ka Marva.

Satu fakta tentang Ka Marva; dia ga pernah manggil sepupunya yang cewe dengan gue-lo. He prefers aku-kamu. Bahasaku kok campur - campur yah.

Oh ya, pantes semua orang ngira aku pacarnya Ka Marva. Karena itu rupanya.

"Engga ada kegiatan sih Ka. Eng ... kalian kenal dari mana?" Wajar kan aku bertanya? Pertanyaan itu udah ngumpul di otakku sejak beberapa detik yang lalu.

"Loh jadi kamu kenal sama Asta? Kita kan tim sepak bola di sekolah, kamu ga tau?"

Aku hanya mengangguk dan mukaku dipolos - polosin. Mana mungkin jadi urusan aku siapa yang jadi tim sepak bola sekolah? Ngerti sepak bola aja engga kalau aku sih.

My ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang