A Different Prom Night

911 30 6
                                    

Malam ini begitu sempurna bagiku.

Aku menyemprotkan sedikit parfumku ke dress yang baru saja kupakai. Dress diatas lutut dan sneakers yang berwarna putih, aku merasa sempurna. Dengan tatanan rambut yang tidak terlalu mencolok, aku dengan percaya diri keluar dari kamarku.

"Udah selesai, Del?" Tanya Papa padaku. Aku hanya mengangguk pelan. "Udah ada yang nungguin tuh di luar." Ka Gala udah dateng? Aku merasakan pipiku bersemu merah.

Papa, yang biasanya peran di film film romantis benci sama kekasih anak perempuannya, engga banget di sifat Papaku. Eng ... Statusku dan Ka Gala sih belum "kekasih". Kata - kata 'belum' membuatku terlihat seperti berharap terlalu banyak ya?

"Adel? Jangan kebanyakan ngelamun kamu. Hayo lamunin apa?" Sepertinya Papa telah mengatakan sesuatu yang sangat disayangkan kulewati. Mungkin Papa bilang kalo Lio udah duluan ke prom.

"Adel pergi ya Pa." Setelah mengecup pipi Papa sekilas akupun pergi ke dalam mobil Ka Gala.

"Hei, Del." Sapanya padaku. Sungguh aku sangat canggung. "Hei Ka." Jawabku.

"Lo cantik."

Astaga. Rasanya mukaku seperti tomat yang masak. "Makasih, Ka."

"Lo ada acara ga besok?" Tanyanya lagi.

"Ga ada Ka." Jawabku pasti. Karena Ka Gala pasti mau ngajak aku pergi, yey.

"Pergi yuk? Entar kita bicarain ya, udah mau nyampe nih."

Dan kamipun sampai di tujuan kami - prom.

*

Ka Gala merangkulku sambil masuk ke arah auditorium sekolah kami. Saat di depan auditorium, kami berfoto sebentar lalu masuk ke dalam.

Aku tak melihat adanya tanda-tanda Asta di sini. Padahal aku sungguh penasaran siapa perempuan yang katanya diajak ke prom.

Atau Asta gagal mengajak perempuan itu, jadi dia ga mau datang ke prom?

Tunggu dulu, kenapa aku begitu khawatir tentang Asta?

Ah! Itu dia. Asta sedang meminum sesuatu yang kuduga merupakan jus dengan nata de coco di dalamnya.

Aku jadi ingin minum itu. "Ka, aku ke sana bentar ya." Setelah Ka Gala mengangguk aku pergi ke arah Asta.

"Lo sendirian aja, Ta? Ga jadi ngajak perempuan itu? Atau ditolak?" Tanyaku to the point ke Asta.

"Ngapain gue ngajak orang yang dihatinya bukan gue?" Suara Asta terdengar marah, emosi seperti ingin meremuk gelas plastik di tangannya itu.

"Sabar, Ta. Kapan-kapan coba lo ajak jalan-jalan deh tuh cewe." Aku hanya berusaha menenangkannya. Ada yang salah?

"Masalahnya, lo mau ga kalo gue jalan-jalan ?" Ha? Mengajakku jalan-jalan? Bukannya dia harusnya ngajak cewe itu ya?

"Apa maksud kata-kata lo barusan?" Dia serius atau becanda?

"Lo mau ga keluar auditorium bentar? Berdua aja sama gue?"

Akupun mengekorinya dari belakang.

*

Asta berdiri dihadapanku. Sekitar satu meter dihadapanku.

"Maksud gue barusan serius. Lo mau ga jalan-jalan sama gue?"

Aku masih engga ngerti. Ini maksudnya ngajak aku jalan-jalan atau ngungkapin perasaan kalau aku adalah orang yang selama ini dia tunggu?

"Plis? Besok?" Tanyanya.

Aku mau. Tapi, besok aku bakalan pergi dengan Ka Gala. Kenapa mereka berdua selalu kejar - kejaran gini?

"Gimana ya, Ta soalnya gue juga diajak Ka Gala. Jadi gue-" Asta memotong jawabanku. "Lo ga tau kan seberapa gugupnya gue buat ngajak lo barusan? Dan dengan enaknya lo nolak? Karena di pikiran lo cuma si Gala. Gue bukan apa-apa."

Speechless. Satu kata yang cocok menggambarkan aku saat ini.

"Gue sekarang ngerti apa yang lo bilang." Kemarahan Asta tampak memudar, "Lo mau ngajak gue pergi? Oke." Kurasa aku senyum sangat lebar.

"Lo engga nerima ajakan gue karena lo terpaksa atau karena gue marah kan? Well, sori gue marah marah tadi." Ungkap Asta.

"Engga lah, ini semua murni karena gue mau."

"Oke, karena ada yang mau gue bilang besok."

*

Setelah aku dan Asta masuk ke auditorium, aku melihat pemandangan yang sangat manis.

Semua pasangan berdansa di tengah auditorium dengan anggunnya. Terserah kalian mau membayangkan dansa seperti apa, karena yang di pikiranku adalah dansa slow. Baiklah, aku mengerti seharusnya tidak ada sekolah yang seperti ini. Tapi, biarlah sekolah ini menjadi sekolah idaman banyak orang.

Baiklah pemandangan ini sangat manis. Tapi tidak dengan satu pasangan yang membuatku dibakar api cemburu.

Katanya dia suka sama aku, tapi kenapa dia malah masih dansa sama Ka Disha?

Aku merasa aku mulai menangis. Karena pandanganku agak kabur dan pipiku terasa basah.

"Del? Lo ga sayang sama makeup lo?" Bener kata Asta. Aku harus kuat. Meskipun karena makeup.

Tapi aku tak tahan. Aku memeluk Asta dan kurasakan hatiku berdegup kencang. Mungkin karena cairan bening yang jatuh dari mataku ini.

"Del, jangan nangis dong." Asta mengelus rambutku pelan, kurasakan degup jantungnya yang begitu kencang.

"Gue ga mau di sini. Ayuk pergi dari sini>" Mohonku padanya.

"Engga, Del. Kita ga akan pergi ke mana - mana. Yuk dansa aja mana tau bisa nenangin elo."

Mungkin benar. Aku dan Asta ke tengah auditorium dan mulai berdansa. Lumayan menenangkan.

Dan menegangkan.

Asta melihatku sampai ke dalam manik mataku. Aku melihat seperti ada pancaran cahaya bahagia di matanya.

*

"Pokoknya gue ga mau pulang sama Ka Gala." Pernyataan yang kuungkapkan pada Asta, Lio, dan Alexa.

"Gue sama lo aja ya, Liii?" Tanyaku pada Lio.

"Big no, Ka. Ini mau dikemanain? Kan aku naik motor?" Katanya sambil menunjuk Alexa. Alexa banyakan diemnya. Mungkin dia canggung berada di dekat orang yang tak dikenalnya. "Sama gue aja, Del. Gue bawa mobil." Ucap Asta.

Mukaku berseri menunjukkan rasa terimakasih pada Asta. "Balik sekarang ya?" Tanyaku.

"Yaudah, Kaka balik aja. Biar aku liatin kelakuan si kunyuk ini." Kata Lio. Bagus deh aku bisa tau apa yang sebenernya terjadi antara Ka Gala sama Ka Disha.

*

"Eng ... Ta, besok jadinya gimana? Kita ketemuan di mana?" Tanyaku pada Asta.

"Oiya gue lupa bilang. Gue jemput lo aja, kan gue udah tau rumah lo di mana." Lalu aku mengacungkan jempolku.

"Gue turun ya Ta. Hati - hati di jalan ya." Kataku sambil menutup pintu mobilnya dari luar. Asta pun membuka jendela mobilnya agar dia bisa berbicara denganku.

"Oke. Jam 10 pagi ya?" Aku mengangguk pasti. Lalu mobil Asta pergi menjauh.

"Anak Papa kok yang jemput beda yang nganter beda?" Oke kalian tau itu Papa.

"Eng ..." belum selesai aku ingin bicara, Papa udah ngomong lagi, "Ya ampun kamu nangis, nak? Kenapa?"

"Adel bakalan cerita semuanya, tapi engga di luar Pa, di dalam rumah aja biar adem."

Papa merangkulku masuk ke dalam rumah. "Kok kamu harum parfum cowo? Abis nangis terus dipeluk cowo ya? Cieee" ya ampun Papa.

Aku pun menceritakan semuanya pada Papa. Papa ngerti. Cuma satu nasehat Papa, "yang penting jangan berakhir sakit hati, Nak."

*

AN

Adel's Prom Dress? Check multimedia!

My ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang