Author's POV
Asta mengajak Adel ke suatu tempat seperti taman - yang Adel belum pernah lihat.
"Cantik kan?" tanya Asta pada Adel.
Adel mengangguk pelan dan Asta berkata, "Mirip lo."
"Apa? lo bilangin muka gue mirip taman? Ijo ijo terus ada merah merah bunganya?" tanya Adel heran.
"Cantiknya. Cantiknya yang mirip lo."
Kedua pipi Adel bersemu merah mendengar Asta memujinya.
Saat mereka sampai di atas jembatan, Asta memegang kedua tangan Adel.
"Adel, sekarang kasih tau gue, apa perasaan lo ke gue? gue udah madly in love nih." Ungkap Asta.
"Emangnya lo tau arti 'madly in love'?" tanya Adel sambil terkekeh. Asta menggeleng pelan yang membuat Adel semakin tergelak. "Tau deh yang bule." Tambahnya.
"Apaan sih lo," balas Adel sambil memukul bahu Asta pelan.
Lalu mereka kembali serius dengan apa yang mereka bicarakan.
"Ehm. Adelia, lo mau ga jadi pacar gue? jadi orang yang gue perhatiin terus. Karena gue ga bisa kalau engga mikirin elo. Keliatannya emang gila. Ya, gila karena cinta. So, what do you say?" ungkap Asta sambil membelai rambut Adel yang panjang.
"Kalau aku sih yes." Jawab Adel dengan gaya acara bakat di tv.
Senyum Asta mengembang dan langsung memeluk Adel.
1 tahun kemudian ...
"Gimana hasilnya Del? kamu lulus ga?"
"Kalo kamu?"
"Yap. Arsitektur. Kalau kamu?"
"Selamat ya. Kalau aku belum liat. Ga berani ah." Lalu sambungan telfon ditutup satu pihak.
Tiba - tiba Lio masuk ke kamarku, "liat ga tuh hasilnya? gue jadi korban ditelfonin pacar lo tau. Ngeselin ah ga tau orang lagi nyantai apa."
Adel tergelak dan menghidupkan laptopnya.
"Bismillahirohmanirrohim." Katanya, lalu saat hendak menekan tombol enter di keyboard ia mendapat telfon dari Zena - sahabatnya.
(Oh ya, semenjak Zena tau Adel pacaran sama Asta, dia agak brokenhearted, fragile, dsb. Tapi setelah Zena tau kalau Lio adiknya Adel, dia mulai penasaran dan mendekati Adel & Lio. Tenang aja, dia ga ganggu hubungan Lio & Lexa kok.)
"Napa Zen?" Lio langsung memasang tampang 'jijik' setelah mendengar kata "Zen".
"Lo lulus kedokteran gigi? wah selamat!"
"Gue? belum tau nih mau liat."
"Salam buat Lio? sip gue sampein." Kata Adel lalu mengerlingkan sebelah matanya pada Lio - yang tentu disambut 'jijik'. Lalu Adel menutup telfonnya.
"Yak! here we go!"
Adelia Faranisa Aznii
Kode nomor: 19042403
Dinyatakan : LULUS
Masuk ke fakultas Kedokteran.
Aku bersorak ria dan diikuti terkejutnya Lio.
7 tahun kemudian ...
"Hei, udah nunggu lama ya?"
"Engga kok. Aku baru aja selesai. Gimana tadi kliennya?"
"Mereka setuju. Yaa kira kira 5 tahun lagi kota ini punya satu gedung dengan arsitektur bernama Adhyasta. Kita pergi sekarang?" Ajaknya, dan mereka pun pergi. Asta mengantarnya pulang."
*
"Kok rame banget ya, Ta?" Tanyanya yang hanya dijawab dengan bahu dinaikkan ke atas yang berarti "Aku tidak tau."
Saat pintu terbuka Adel langsung dirangkul ibunya ke kamar.
"Ma ini ada apaan deh? Kok aku kayanya mau didandanin gitu sih?" Tanyanya sangat heran.
"Ssst. Ini rahasia tau." Kata Mama dan mulai menyuruh orang yang disewa untuk merias wajah Adel.
Adel hanya pasrah dan diam.
Setelah selesai, Adel dibawa keluar dengan ibunya untuk duduk di ruang tamu. Suasana di ruang tamu seperti ada acara lamaran, pikirnya.
APA?! ACARA LAMARAN?! TAPI SIAPA? DENGAN SIAPA?, bingungnya. Dan dia baru sadar bahwa dialah yang akan dilamar.
Saat sampai di ruang tamu, Adel terkejut melihat Asta sangat tampan. Dengan jas, - yang elegan menurutnya - baju Asta sangat cocok dengan dress yang dipakai Adel. Pipinya mulai memerah.
Dia tau sekarang, kalau Asta melamarnya hari ini.
*
AN
Chapter 20 akan ngebahas tentang kehidupan di sekitar Adel. Masa Adel doang yang happy ending? ya gak?

KAMU SEDANG MEMBACA
My Obsession
Fiksi RemajaAdelia, cewe yang pengen punya gebetan tapi ga kesampaian. Pengen dianggap ada sama orang yang disukainya. Merasa engga perfect dengan rambut lurus panjang dan kulitnya yang putih. Bad girl tapi pinter. Adel ini langka. Penasaran kisahnya gimana...