"Kakak udah sadar?" Tanyaku pada Ka Disha.
"Kalau belum sadar gue ga ngomong, Del." Lalu ia menoleh ke samping - tempat Asta tertidur. "Yaampun adek gue kasian banget ya belum sadar." Ucapnya sedih.
"Sha? Kamu ga amnesia lagi?"
"Mungkin. Buktinya aku inget siapa Mama. Mamanya Asta, kan?" Kami berdua tersenyum lebar, lalu memanggil Mamanya Asta.
Mama Asta langsung memeluk Disha erat. "Kamu inget Mama nak?"
Disha mengangguk pelan sambil tersenyum. Dan mereka berdua menangis bahagia.
Lalu aku berpaling melihat Asta yang matanya tertutup rapat.
Bangun dong Ta, gue di sini, Batinku.
"Aku,- gue antar lo pulang?" Ajak Gala.
Aku hanya mengangguk sekilas lalu berpamitan dengan keluarga Asta.
Ternyata Gala tak langsung mengantarku ke rumah. Baguslah, setelah pengakuannya tadi dia engga ngasih kesimpulan? Tak bisa kubayangkan. Tapi untungnya Gala akan memberikan penjelasan.
Di bangku taman yang mengarah langsung ke danau kecil inilah kami berdua duduk bersebelahan.
"Kita putus, tapi kita tetap temenan kaya dulu kan? Kaya pas lo suka sama gue diem-diem?" Ungkap Gala.
"Pasti lah Ka, aku ga cemen karena putus ga mau temenan sama Kakak." Aku berhenti sebentar lalu melanjutkan kalimatku, "Konyol, selama ini aku suka sama Kakak, Kakak kok bisa tau sih?"
"The way you look at me, Adelia." Aku membayangkan jika selama ini aku memperhatikan Kak Gala segitunya.
"Asta bakalan amnesia gak ya? inget lo gak ya? Masih suka sama lo gak ya?"
"Kakak! Banyak banget gak ya nya! Dia bakalan inget aku kok, bakalan inget kita semua!" Bantahku.
"Del, selamanya gue bakalan nganggap lo sebagai adek gue. Dan gue, sebagai Kakak lo, ngasih lo saran untuk coba nerima Asta."
"Tunggu deh jangan ceramah dulu, jadinya Kakak sama Ka Disha gimana?"
"Apaan sih kalau soal itu tenang aja, walaupun Disha yang ingatannya udah balik seharusnya engga suka sama gue, setidaknya dia udah denger penjelasan gue. Jadi - balik ke pembicaraan kita tadi, Asta suka sama lo dari kapan tau deh, yang jelas pasti sampai sekarang dia masih suka sama lo Del."
"Buktinya mana?"
"Yah engga ada Adel. Nanti kita tanya dia ya. Kalau dia sadar dan ga amnesia." Ucap Ka Gala sambil terkekeh. Apa banget sih, penyakit dimanin.
"Anterin aku pulang Ka, capek mau istirahat." Pintaku. Aku butuh tempat menyendiri.
"Oke, tapi sebelumnya, lo manggil diri lo sendiri jangan pake 'aku' dong, pake 'gue' aja biar engga kaku."
"Iya iya ah bawel deh."
*
"Selagi lo menyendiri, pikirin saran gue." Ucap Ka Gala padaku sebelum ia pergi.
"Ya ya ya whatever lah Ka." Jawabku asal saat dia mulai menjauh. Lalu aku masuk ke dalam kamarku dan merebahkan diri di tempat tidur.
Sambil menutup mata aku teringat Asta.
Kira-kira, dia udah sadar belum ya?
Bisa aja Asta sadar besok, atau minggu depan, atau bulan depan, atau ...
Jangan sampai tahun depan ya Ta.
Lalu aku bangkit dari tempat tidurku dan mengambil buku di dalam laci mejaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Obsession
Teen FictionAdelia, cewe yang pengen punya gebetan tapi ga kesampaian. Pengen dianggap ada sama orang yang disukainya. Merasa engga perfect dengan rambut lurus panjang dan kulitnya yang putih. Bad girl tapi pinter. Adel ini langka. Penasaran kisahnya gimana...