Pengakuan Asta

831 39 0
                                    

AN

Kecewa liat readers yang banyak sementara voters sedikit.

*

Sinar matahari yang masuk ke kamarku melalui jendela adalah pemandangan pertamaku pagi hari ini. Sepertinya hari sudah mulai siang.

Kuberanikan diriku melihat jam berwarna merah muda pada dinding kamarku.

6:50. Ya ampun seharusnya aku sudah masuk ke mobil dan berangkat bersama Lio! Aku pun menyambar handukku lalu lari ke kamar mandi di kamarku.

Kurasa aku menggunakan ritual tergesa-gesa - yang biasa kulakukan saat telat seperti ini. 5 menit aku sudah keluar dari kamar mandi dan sudah berpakaian seragam lengkap.

Saat kupastikan seragamku tidak kusut atau ada noda, aku keluar kamar dan segera ke ruang makan.

"Kakak mau ke mana?" Tanya Lio. Kenapa Lio masih pakai piyamanya? "Kok lo ga siap-siap? Telat dong kita?" Tanyaku balik padanya.

Muka kami sama-sama heran, lalu Lio menunjuk kalender di pintu kulkas.

Bukan, ini bukan tanggal merah (Hari Libur Nasional). Ini bukan hari Minggu. Malahan ini hari Senin.

"Kita ga ada libur, bego!" Kataku lantang padanya.

"Yang lebih bego siapa sih Ka? Hari ini kelas dua belas pada ujian nasional kali." Lantas aku menepuk jidatku.

Aku langsung ingin ke kamarku lagi dan mengganti baju, namun sebelumnya aku mengambil roti dengan taburan meses yang baru saja dibuat Lio. "Woi buat sendiri!"

"Enak juga ternyata mandi pagi-pagi gini" Batinku. Setelah selesai mengganti baju aku kembali ke ruang makan dan membuat segelas susu coklat hangat yang biasa kuminum di pagi hari. Biar tambah tinggi.

Aku melihat Lio masih kesal karena roti buatannya kuambil tadi. "Maafin Kakak lo yang imut dong." Kataku sambil mencolek dagunya. Gemes aku melihat tingkahnya.

"Apaan sih lo colak colek gue? Yaudah gue maafin."

"Sip deh."

Tiba-tiba handphone Lio bordering tanda ada chat yang masuk. Bunyinya kira-kira seperti segerombolan orang berkata "line" secara bersamaan dan cepat. Eh tunggu deh sebenernya dia bilang "line" atau "lain"?

Sesaat setelah Lio membaca pesan yang singkat itu raut mukanya menjadi sedih. "Lo kenapa Li?" Tanyaku. "Ka Asta di bandara, Ka. Lo mau ikut gue ga ke bandara juga?" Hah? Asta ngapain di bandara? Atau jangan-jangan dia depresi karena Ka Disha ingatannya ga balik-balik? Seketika kuanggukkan kepala menandakan aku setuju ingin pergi bersama Lio ke Bandara.

Setelah mengambil tasku - dan menunggu Lio mandi - aku ke mobil yang sudah dikeluarkan Lio dari garasi.

"Mbak, jagain rumah bentar ya." Pesan Lio pada pembantu yang tidak tinggal bersama kami. Lalu Lio menancap gas mobil.

"Lo yakin Asta di bandara?" Tanyaku pada Lio. "Iya Kakakku yang manis bin imut."

Aku masih teringat kata-kata Asta kemarin malam, "Gue butuh waktu untuk ngomong berdua aja sama lo," Gimana dia mau ngomong berdua aja sama gue, dia kan mau pergi?

*

Setelah puas menyanyikan berbelas-belas lagu di radio, akhirnya kami sampai di bandara. Lio mengendarai mobilnya untuk parkir di bagian keberangkatan luar negeri. What? Asta mau pergi sejauh apa?

"Lexa!" Sahut Lio pada pacarnya itu. Tunggu dulu, kenapa ada Alexa di sini?

Saat bertemu mereka berpelukan seperti teletubbies. Ejaannya udah bener kan?

My ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang