Finally Falls

411 23 2
                                    

"So, yes or no?" Tanya Asta padaku.

"Aku ga bisa bilang sekarang, mungkin kasih aku waktu? Yaaa?" Mohonku.

"O...kay." Jawab Asta dan diakhiri dengan helaan nafas. Mungkin dia agak kecewa.

"Gue pulang dulu ya? Harinya mendung nih." Pamitku ke Asta.

"Tunggu, ini kan agar agarnya buat lo, gue bungkusin dulu." Aku mengangguk dan mengikutinya ke dapur, memperhatikannya memasukkan agar agar itu ke dalam tempat makanan.

Sungguh, Asta memang cowo idaman.

"Kenapa bengong? Nih." Ujar Asta sambil menjentikkan jarinya di depan wajahku.

"Lo pulang sama siapa?"

"Lio, barusan dia sms gue katanya udah di depan, gue pulang ya Ta." Pamitku pada Asta dan melambaikan tanganku yang dibalasnya.

Tunggu deh, kenapa Lio bawa motor? Kan mendung.

Lalu hujan pun datang.

"WOI! KOK BENGONG? BURUAN KITA BALAP INI HUJAN!" Teriak Lio yang kurasa terdengar sampai ke telingaku. Akupun tersadar dari lamunan tentang mendung dan hujan. Dan aku berlari naik ke jok motor Lio.

"BALAAAAAP!" Teriakku yang dilanjutkan dengan Lio melajukan motor dengan sangat kencang.

*

"Ampun deh kalian kok hujan - hujanan?" Tanya Mama yang menurutku sedikit marah.

"Hehe sekali sekali Ma," jawabku sambil membentuk 'peace' di jari jariku.

Lalu aku masuk ke rumah dan segera mandi.

Setelah merasa cantik setelah mandi akupun berbaring di sofa ruang keluarga. Rasanya ada batu yang jatuh bertubi-tubi di kepalaku. Jangan - jangan aku bakalan demam nih?

*

Aku terbangun dari tidurku.

Tunggu dulu, aku tidur?

Yah pokoknya aku terbangun dan masih di sofa ruang keluarga. Kurasa badanku sangat panas sehingga bisa memasak air di tubuhku. Atau telur. Atau ayam.

"Lo udah bangun Del? Makan dulu gih, tinggal elo yang belum makan." Kata Lio padaku.

"Lo kok ga angkat gue ke kamar, kaya novel novel gitu?"

"Lo beratnya naujubileh. Ga sanggup gue."

Aku mendengus kesal lalu pergi ke ruang makan.

Setelah kenyang aku pun melanjutkan tidur di kamarku.

*

"Kak? Kakak ga sekolah?" Tanya Lio saat ia lewat di depan kamarku.

"Kepala ... gue ... berat ... banget." Ya memang kurasa pusing dan berat di kepalaku.

"Lemak lo pada pindah ke kepala?" Tanya Lio heran.

"Lo masih aja ngeselin ah."

"Maaa! Sini deh!" Panggil Lio.

"Kenapa sih ribut banget?" Tanya Mama.

"Kepala. Berat." Ujarku. Dengan sangat berat.

"Makanya jangan hujan - hujanan. Yaudah kamu ga sekolah aja hari ini, Del." Ujar Mama lalu keluar dari kamarku.

"Licik. Lo licik. Bye." Kata Lio yang disambut lambaian tangan di depan mukaku.

Yang kuingat terakhir hanya itu.

Sampai aku terbangun dengan muka yang 'ga banget' dan melihat Asta di kamarku sedang memperhatikanku.

"Lo, bener bener buat gue terkejut." Ungkapku.

"Lo, bener bener buat gue khawatir." Balasnya.

Khawatir? Ya ampun ada yang ngehawatirin aku. Aku tersenyum.

"Lo sendirian aja?"

Asta mengangguk pelan.

"Lo jangan sakit sakit ya, gue harap besok lo bisa sekolah. Karena, you know, gue nunggu jawaban." Katanya sambil mengacak rambutku yang sudah acak acakan ini.

APA?! BERARTI ASTA LIAT MUKAKU YANG ENGGA BANGET INI?! KENAPA BARU SADAR?!

Aku langsung merapikan rambutku dan meraba mukaku. Aku takut ada sesuatu yang 'menempel' di sekitar mulutku. Ya. Kalian tau maksudku.

"Ga ada iler kok Del santai aja." Ujar Asta sambil terbahak.

Sambil menutup mukaku aku mencoba mengatakan "gue bisa kasih jawabannya hari ini kalo lo mau."

"Kenapa Del? Gue ga denger." Lalu dia seperti mengatakan sesuatu.

"Jawabannya,..." lalu aku menjauhkan tanganku dari mukaku, "...Ya."

"Apanya yang iya?" Tanya Asta.

"Segalanya."

"Jadi lo mau gue ajak jalan jalan pulang sekolah besok? Yes."

Hah?

*

Entah kenapa semenjak Asta datang aku merasa sembuh dan ga sabar nunggu hari esok. Which means, hari ini.

Aku mendatangi Asta ke kelasnya. Setelah aku menemukan muka yang kucari, aku hendak memanggilnya. Tapi, aku melihat Zena datang ke tempatku berdiri. Oh tidak.

"Hei, Adel. Eng ... gue mau tanya, Asta single kan?"

Diantara.

"Yep."

"Bagus, bagus." jawabnya lalu masuk ke dalam kelas.

Itu anak emang aneh banget sih.

Tapi gimana caranya ngasih tau kalau Asta nembak aku ya?

"Kok bengong? yuk berangkat." Ajak Asta lalu menarik tanganku.

Entah modus atau bukan, aku senang.

Gini rasanya salting kan?

Oh bukan. Ini rasanya jatuh cinta.

My ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang