Part 9

963 56 7
                                    

Author POV

Saat ingin menjauh, saat ingin pergi jauh, saat percaya bahwa takdir akan manis kepada keputusannya, hilang, saat masih banyak jadwal yang mendekatkan mereka

Di satu sisi, ia senang, disatu sisi ia ragu atas kesenangannya, bukannya dia harus mengikis semua perasaannya? Bukan kah begitu?

Kini rossa sedang melihat dirinya di cermin, melihat wajahnya, ah syukurlah tak kelihatan bengep. Rossa merapikan rambutnya lalu mengambil tasnya untuk pergi.

Di tempat lain

Afgan merapikan rambutnya dengan senyum diwajahnya, ia merasa bahagia sekarang, bukan. Bukan karna berjauhan dengan gadis cantiknya, tapi karna hari ini merupakan kesempatan dia untuk berdekatan lagi dengan gadisnya, ia harap.

Rossa POV

Mengapa cepat sekali untuk sampai di tempat ini, aku berjalan lalu menarik nafas dalam "harus tetap menjauh ya ca" ujarku lalu membuka pintu.

Ah sudah ada dia rupanya duduk sambil memainkan handphone, aku menyapa, bukan cuman buat dia, tapi semua

"hai semuaa" sapaku dengan senyuman

Semuanya ikut tersenyum kami bertatapan walau hanya sekian detik aku memutuskan kontak mata itu.

"dianter driver bu? " afgan bersuara

Aku mengangguk, dia ingin mengatakan lagi aku menyela" bu any, make up sekarang aja kali ya" ujarku

Bu any melirik "jangan bu nanti aja, masih lama juga performnya mau makeup udah luntur duluan" ujar bu any lalu tertawa

Aku terkekeh, aku menaruh tasku disamping afgan dan duduk, percayalah aku melakukan itu biar orang tak melihat ada yang berbeda. Kami sama sama diam terlihat dari ekor mataku dia melirikku sesekali.

"kalian latihan aja dulu gih"ujar gema, ah kenapa harus?

"kita mau beli makanan dulu" ujar mbak renny

Aku mengangguk "bubu ikut" ujarku ingin berdiri

Afgan memegang tanganku, "kita latihan aja bu" ujarnya

Gema, renny dan bu any mengangguk dan mereka pergi keluar dan kini hanya ada aku dan afgan. Aku kembali duduk

Afgan POV

Cukup sudah dia berusaha menjauh, dan akhirnya aku mencegahnya, menyuruhnya untuk latihan, ku lihat dia kembali duduk.

Aku duduk menyerong menghadapnya dan membalikkan badannya untuk menatapku, dia hanya menatapku.

"yaudh. Ayo latihan" ujarnya lagi

Aku mengangguk, bait per bait telah kami nyanyikan di dalam ruangan, aku merasakan chemistry kami yang kurang, aku menghela nafas

Tiba tiba dia terbatuk, "bubu sakit ya?" tanyaku

Dia menggeleng "cuman batuk" jawabnya singkat. Lagi aku menghela nafas

Dia benar benar ingin menjauh dariku, untuk apa sih? Apa dia sekecewa itu. Aku merutuki diriku sendiri memegang tangannya

Dia menepis tanganku lembut "gan, kemarin kamu bilang terserah bubu kan, kita menjauh" ujarnya

Deg. Perkataan ku kemarin bukan untuk benar benar menjauh, perkataan ku kemarin untuk meyakinkah bahwa aku tak menginginkan ciuman itu, tak mengetahui akan seperti ini.

Dia menatapku "dan bubu cuman batuk" ujarnya lalu mengorek tasnya dan membuka handphonenya

Ternyata sedari tadi handphonenya bergetar tertera di layar handphonenya "cakra" aku menarik handphonenya dia meliriku anehn

Jalan Terus (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang