Author POV
Saat ingin menjauh, saat ingin pergi jauh, saat percaya bahwa takdir akan manis kepada keputusannya, hilang, saat masih banyak jadwal yang mendekatkan mereka
Di satu sisi, ia senang, disatu sisi ia ragu atas kesenangannya, bukannya dia harus mengikis semua perasaannya? Bukan kah begitu?
Kini rossa sedang melihat dirinya di cermin, melihat wajahnya, ah syukurlah tak kelihatan bengep. Rossa merapikan rambutnya lalu mengambil tasnya untuk pergi.
Di tempat lain
Afgan merapikan rambutnya dengan senyum diwajahnya, ia merasa bahagia sekarang, bukan. Bukan karna berjauhan dengan gadis cantiknya, tapi karna hari ini merupakan kesempatan dia untuk berdekatan lagi dengan gadisnya, ia harap.
Rossa POV
Mengapa cepat sekali untuk sampai di tempat ini, aku berjalan lalu menarik nafas dalam "harus tetap menjauh ya ca" ujarku lalu membuka pintu.
Ah sudah ada dia rupanya duduk sambil memainkan handphone, aku menyapa, bukan cuman buat dia, tapi semua
"hai semuaa" sapaku dengan senyuman
Semuanya ikut tersenyum kami bertatapan walau hanya sekian detik aku memutuskan kontak mata itu.
"dianter driver bu? " afgan bersuara
Aku mengangguk, dia ingin mengatakan lagi aku menyela" bu any, make up sekarang aja kali ya" ujarku
Bu any melirik "jangan bu nanti aja, masih lama juga performnya mau makeup udah luntur duluan" ujar bu any lalu tertawa
Aku terkekeh, aku menaruh tasku disamping afgan dan duduk, percayalah aku melakukan itu biar orang tak melihat ada yang berbeda. Kami sama sama diam terlihat dari ekor mataku dia melirikku sesekali.
"kalian latihan aja dulu gih"ujar gema, ah kenapa harus?
"kita mau beli makanan dulu" ujar mbak renny
Aku mengangguk "bubu ikut" ujarku ingin berdiri
Afgan memegang tanganku, "kita latihan aja bu" ujarnya
Gema, renny dan bu any mengangguk dan mereka pergi keluar dan kini hanya ada aku dan afgan. Aku kembali duduk
Afgan POV
Cukup sudah dia berusaha menjauh, dan akhirnya aku mencegahnya, menyuruhnya untuk latihan, ku lihat dia kembali duduk.
Aku duduk menyerong menghadapnya dan membalikkan badannya untuk menatapku, dia hanya menatapku.
"yaudh. Ayo latihan" ujarnya lagi
Aku mengangguk, bait per bait telah kami nyanyikan di dalam ruangan, aku merasakan chemistry kami yang kurang, aku menghela nafas
Tiba tiba dia terbatuk, "bubu sakit ya?" tanyaku
Dia menggeleng "cuman batuk" jawabnya singkat. Lagi aku menghela nafas
Dia benar benar ingin menjauh dariku, untuk apa sih? Apa dia sekecewa itu. Aku merutuki diriku sendiri memegang tangannya
Dia menepis tanganku lembut "gan, kemarin kamu bilang terserah bubu kan, kita menjauh" ujarnya
Deg. Perkataan ku kemarin bukan untuk benar benar menjauh, perkataan ku kemarin untuk meyakinkah bahwa aku tak menginginkan ciuman itu, tak mengetahui akan seperti ini.
Dia menatapku "dan bubu cuman batuk" ujarnya lalu mengorek tasnya dan membuka handphonenya
Ternyata sedari tadi handphonenya bergetar tertera di layar handphonenya "cakra" aku menarik handphonenya dia meliriku anehn
KAMU SEDANG MEMBACA
Jalan Terus (COMPLETED)
FanficCerita tentang kehidupan bintang yang sedang jatuh cinta Berat, perih, aneh, bimbang, semua bercampur dalam diri mereka. Ingin bersama, ingin berdua, tapi ragu. Masalah terus datang, mereka harus bagaimana? Lari dari masalah? Tidak! Mereka...