Part 18

809 58 18
                                    

Afgan POV

aku kembali ke rumah dengan badan yang lemas. tertatih tatih berjalan, meliihat jam pukul 2 pagi. baru pulang dari rumah gadisku. ah bukan. tak pantas aku dibilang prianya jika hanya bisa menyakitinya

aku mengacak rambutku kesal, membantung pintu lalu duduk di kasur, melihat diriku yanga ada di cermin. semuanya sia sia. sangat sia sia.

aku berkali kali memencet bel tak ada yang buka sampai akhirnya dibuka. tapi kalian tau dia di dalam kamarnya, diam yang aku dengar hanya tangisan. berkali kali aku memohon maaf. aku menunggunya dan dia keluar. dia menatapku sekilas dan berkata "pulang gan.. udah malem, gue maafin lo. tapi cukup sampe sini"

aku menggelengkan kepalaku, bayangin tadi muncul. dia keluar dengan keadaan yang kacau lebih kacau daripada tika. mengapa aku tidak memeluknya seperti aku memeluk tika.

aku menatap ke lantai melihat bayangan lampu. tak sadar meneteskan air mata. katakan aku lemah. katakan aku lebay. aku sedih. aku marah dengan diriku, aku sedih melihatnya kacau karna diriku. aku melakukan kesalahan lagi.

Author POV

jam menunjukan pukul dua siang sekarang, matahari berada di puncaknya, seorang perempuan sedang tersenyum melihat anaknya berenang disana.

"ibu, gak berenang?" tanya rizky lalu mencipratkan sedikit air kepada rossa

rossa tersenyum lalu menggeleng lembut "gak usah, kakak ajah" ujar rossa lalu bersender di gazebo

rizky mengangguk kembali berenang.

rossa diam melihat anak semata wayangnya. cinta dalam hidupnya, mungkin saat ini, memang hanya rizky cinta dalam hidupnya, walau ada yang lain pun, dia menggeleng mencoba untuk menghilangkan penat dikepalanya

terlihat dari ekspresi wajahnya masih ada kesedihan disana, dari matanya yang memerah, dari hidungnya yang masih memerah.

jauh dari Rossa.

afgan, sedang duduk merenung di taman, wajahnya kacau, bahkan sangat kacau. jika orang melihatnya sekarang, pasti diketahui bahwa afgan tidak tidur seharian ini.

jika kalian tanya? memang tidak ada jadwal? ada, bahkan hari ini sangat padat, maka itu afgan ingin bertemu dengan rossa kemarin.

mengukir segala keindahan cinta mereka di depan langit malam, di depan ribuan bintang, di depan awan awan, ditemani dengan lampu lampu kota, dirasakan oleh angin malam. itu yang afgan maksud, agar langit memperhatikan mereka dengan segala perasaan mereka.

tapi sayang, kali ini takdir tak mengikutinya, kali ini, afgan yang dipermainkan oleh perasaan.

justru terbalik, apa yang didepan awan,langit malam, dan ribuan bintang bukan tentang cinta mereka, bukan tentang perasaan manis mereka, bukan tentang hal hal yang manis dan berakhir bahagia. tapi, yang disaksisan adalah, belum memulai semua tapi sudah berakhir dengan pahit.

angin yang seharusnya merasakan perasaan sayang mereka. berganti, menjadi mereka yang merasakan angin menusuk tubuh mereka.

bintang, dan cahaya lampu kota yang seharusnya menyala terang melihat dan merasakan perasaan cinta mereka. berganti, menjadi cahaya yang redup melihat mereka.

dan sang malam, malam, yang seharusnya menjadi ukiran terindah mereka, menjadi malam yang terindah, menjadi malam yang tak akan pernah ingin dilupakan. berganti, menjadi malam yang ingin dijauhi mereka, menjadi malam yang mereka ingin selalu lupakan

waktu seakan berhenti, tapi tidak. waktu sedang menyaksikan. menyaksikan perempuan baik menangis, pria terkalahkan oleh perasaan simpati, dan perempuan yang sedang bersandiwara.

mau menyalahkan apa? alam? takdir? waktu? perasaan? diri sendiri? entah.

semuanya berbalik dari impian afgan. afgan memegang pelipisnya, memijitnya secara perlahan, ucapan gadis itu masih terngiang di kepalanya. sedangkan perempuan itu masih terbayang jelas perlakuan afgan dan tika.

Rossa POV

tersenyum, iya, harus seceria mungkin kan? lupakan penat yang ada, walau bayangan itu tak akan pernah hilang.

lupakan ocha, lupakan. gak bisa mau sekeras apapun berusaha, hati dan pikiran tetap memutar itu.

aku tersenyum sinis.

bukan salah dia sebenarnya, tapi, salah aku. salah aku yang membawa kami ah ralat perasaan kami. seharusnya aku sadar, akan selalu banyak orang yang memisahkan kami.

apakah alam juga seperti itu?
angin malam itu masih terasa ditubuhku
sang malam penuh bintang yang aku lihat berganti menjadi malam yang tak dihiasi bintang satupun. semua seakan buram melihat yang lain. mataku hanya fokus pada titik. titik dimana dia memeluk gadis lain erat. titik dimana dia dicium, dan lagi lagi dia tidak menolaknya.

aku yang salah, iya aku. dan kali ini, aku akan berusaha, melupakan segala tentangnya. bantu aku.

Afgan POV

handphoneku berkali kali berdering, melihat siapa yang menelfon, berharap gadisku yang menelfon ku, bodoh kan? masih mengharapkan dia yang menelfon?

tertampang nama di handphone ku

Tika= agan dimana? jadi ketemuan kan
Afgan= gak.
Tika= akhirnya dibales, jangan jutek
Afgan= :)
Tika= gan kerumah aku please aku takut. mengigil gan.

aku mengerutkan keningnya, pikiranku tambah kacau, mungkin benar, tika memang membutuhkan bantuan.

tapi kali ini aku gak terbawa perasaan lagi, maaf. aku akan selalu memperjuangkan gadisku.

Afgan= gue gk bisa maaf

aku mematikan data. biar, aku hanya ingin tenang sebentar, menyiapkan diri tentang apa yang akan terjadi nanti jika bertemu dengan bubu nanti?

menyiapkan hati, terima tentang apa keputusannya nanti.
tapi aku, tetaplah aku. yang akan selalu mengejarnya kemanapun dia pergi.
selalu mendekat jika ia berusaha menjauh.

aku tau aku salah. bahkan sangat salah, tapi aku mohon, sangat memohon. dihatiku hanya ada dia seorang, bukan tika, atau yang lain.

walau berat, aku akan tetap selalu mengejarnya, jangan pernah berpaling dari aku bu.. aku mohon..

huamm capek yaww
sedih sedih, kali ini galaunya agak pnjang yang cepet gak seru, slow dlu ya konfliknya :p

gakdeng bohong, dikit lagi juga slese galaunya 👻
eh gak tau deh

vote and comment biar next

Jalan Terus (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang