Kalau ditanya, mahasiswa lain akan menjawab Adimas Bintang Pratama sebagai komdis yang punya dua kepribadian. No, seriously.
Cowok yang biasa dipanggil “Mas” atau “Dimas” ini seringkali menunjuk dan meneriaki mahasiswa baru dengan tatapan tajamnya.
Tapi setelahnya Dimas malah dengan gampangnya tersenyum dan bersikap kalau dia dan maba yang sudah dibuat gemetaran ini adalah teman lama. Aneh? Ya, indeed.
Meskipun begitu, di luar acara kampus, Dimas termasuk kakak tingkat yang ramah dan lucu. Saking lucunya sampai bisa kelewat cheesy. Untung ganteng, jadi cheesy-nya bisa ditenggelamkan kayak Bu Susi yang nenggelamin kapal waktu itu.
“Kalau lo punya pacar, coba cari anak psikologi, Mas. Biar lo dibuat waras dikit.” Begitu komentar Juna pada Dimas.
Tapi sayangnya, takdirnya mahasiswa teknik kelautan yang satu ini bukan seperti kata Juna. Selain karena jurusan psikologi memang tidak ada di kampusnya, mata Dimas juga sudah lebih dulu tersita pada adik kelasnya sekaligus sepupu dari Juna dari sejak Dimas masih duduk di bangku SMA kelas 2. Yah, siapa lagi kalau bukan Adelaida Devara.
Setelah diketahui cewek yang tengah menduduki bangku SMA tingkat akhir ini mengincar kampus Dimas, semangat Dimas bangkit setelah 3 tahun diteriaki “demen anak kecil” oleh sahabat-sahabatnya yang juga pengurus BEM.
“Peduli. Dia masuk sini gue pacarin,” kata Dimas tanpa ragu. “Awas aja kalau ada yang berani ngincar dia.”
Dengan modus “Mas bisa bantuin kamu buat tembus SBMPTN atau SNMPTN” andalannya, Dimas akhirnya bisa meningkatkan frekuensi pertemuannya dengan Ade.
Dari dulu yang hanya bisa ketemu tiga bulan sekali—itu pun karena Juna yang memang punya rutinitas mendatangi rumah Ade tiap tiga bulan—menjadi dua minggu sekali, di minggu pertama dan terakhir tiap bulannya untuk membahas perkembangan Ade.
Sisanya, Dimas hanya bisa voice call atau video call kalau sedang punya waktu luang dengan Ade.
Semenjak mendekati Ade, Dimas jadi semakin tahu kalau yang menyiksa itu bukan hanya mata kuliah Geometrik Kelautan, tapi rindu juga bisa. Bahkan lebih parah.
Tapi rindu tidak mengurangi satu centi pun keinginan Dimas untuk menjadikan cewek dengan tinggi sepundak Dimas ini menjadi kekasihnya. Yang ada, Dimas malah pengin cepat-cepat ngejadiin Ade sebagai the one and only Ade buat Mas.
“Mas, mending kita ketemuan kalau udah ada liburan. Si Aa juga bilang Mas lagi sibuk buat pergi ke lapangan.”
“Lho, kok gitu?”
“Kasian Mas capek dari Bandung ke Cimahi cuman buat Ade. Uang bensin juga sayang, mending buat Mas beli indomie.”
“Cuman Bandung-Cimahi sih Mas kuat kok.” Dimas tersenyum sebelum mengacak puncak kepala Ade ada di sampingnya.
“Ade ngerasa nggak enak jadinya, Mas terus yang nyamperin.”
“Makanya serius belajarnya, De, biar bisa satu kampus sama Mas. Nanti uang bensinnya Ade ganti pake masakan Ade tiap malam buat Mas di kosan.”
Nyatanya, Dimas ini bukan hanya komdis dua kepribadian mau pun langganan warnet samping kosan.
Adimas Bintang Pratama yang sekaligus anak sulung ini juga cowok yang lagi berjuang untuk bikin Adelaida Devara jadi teman hidup yang bukan cuman bisa muncul di video call ponselnya tiap malam, tapi teman hidup yang muncul buat masak makan malam buat dia di kosan.
Keinginannya Dimas semester ini: Makan masakan Ade buat makan malam. Sesederhana itu.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Unknown (✓)
ChickLit[Short Stories] Love is unknown, but love is not blind. It sees more not less. But because it sees more, it chooses to see less. #121 in ChickLit: 10.14.2017 Started: June 10, 17.