Semua anak kampus pasti kenal sama cowok yang satu ini.
Selain karena murah senyum—dan untungnya nggak murahan—Hamish juga cukup terkenal di kalangan mahasiswa karena jadi korlap* untuk OSKM* tahun ini, setelah tahun sebelumnya jadi kabid acara.
(*Koordinator Lapangan.)
(*Orientasi Studi Keluarga Mahasiswa.)
Kalau ditilik ulang, sebenarnya cari cewek itu gampang bagi Hamish. Asal niat aja gitu. Setelah OKSM selesai, nyatanya Hamish sering dicariin cewek.
Iya, dicariin buat jadi tukang ojek gratis yang kerjaannya nganterin mahasiswi balik ke kosan.
“Lo nih antara jual mahal sama nggak laku, Bang. Beda tipis.”
Ini komentar yang palin sering Hamish dengar, entah itu dari anak sekre mau pun dari teman yang satu fakultas dengan dia.
Satu sindiran yang paling sering Hamish dapat adalah: “Lebih milih nyusun perencanaan wilayah ya, Ham, daripada merencanakan masa depan?”
Sakit sih, Hamish tahu. Tapi apa boleh bilang, memang kenyataannya begitu.
Kalau sudah begitu Hamish bakal selalu membalas, “Mending gue ngurus skripsi semester depan. Tunggu kerja di kantor kabupaten deh paling nggak baru nyari jodoh. Nyusun skripsi sekalian nyari jodoh bisa bikin gue terjun dari fly-over.”
Namanya Hamish Anggara Mahyadika, tingkat akhir, 21 tahun dan masih betah sendiri.
Sengaja pakai kata “betah” biar nggak rendah-rendah amat.
Ojek kampus tanpa bayaran yang jadi fakir asmara.
Oh, no. Hamish tidak mau dicap sebagai fakir.
Karena buat dia, cinta itu tidak bisa didapat hanya dengan menadahkan telapak tangan ke atas sambil bilang, “Tolong carikan saya pasangan, Bu, Pak. Sudah jomblo dari tingkat satu.”
Cinta itu butuh perjuangan. Sesuatu yang didapat dengan put effort.
Dulu memang Hamish tidak begitu peduli dengan status, mengingat teman-teman sekre juga banyak yang belum punya pasangan. Jadi ada kerabat satu kaum satu nasib.
Tapi kemudian, ada hal yang berubah dari sekre, seakan negara api baru saja melakukan ekspansi.
Mulai Juna, Jodi, Yogi, mulai merubah status mereka dari nobody menjadi somebody.Bahkan Dimas dan Reza yang statusnya masih menggantung kelihatan malah sebelas dua belas dengan yang sudah taken.
Soal Adjie? Hamish tahu kalau sebenarnya Adjie single bukan karena tidak ada yang mau. Malah Adjie direbutin.
Beda kasus sama Hamish yang direbutin mahasiswi cuman buat siapa yang diantar duluan.
Nasib. Seenggaknya jadi ojek kampus bisa membuat Hamish jadi bahan rebutan wanita. Kelihatan keren. Ya, a little bit.“Persetan deh sama status. I’m happy just the way I am.”
Kalimat itu terucapkan dengan bangganya dari bibir Hamish sebelum dia memutar lagi Young, Wild, And Free dengan kerasnya. Entah faedahnya apa.
Keinginan Hamish untuk tidak begitu mengurusi pasangan sebenarnya ada alasannya.
Percayalah, kalau orang yang paling sering tersenyum adalah orang yang paling banyak menyimpan rasa sakit. Hamish salah satunya.
Sekalinya suka sama cewek, didekati, diusahakan supaya jadi hak milik, rupanya rencana Tuhan bukan untuk mempersatukan Hamish dengan cewek itu. Hamish justru jadi penjaga jodoh orang.
Dan jodoh cewek itu...Guess who? His big brother.
“Nih, Mi, Pi, Ham. Calon aku.”
Rasanya Hamish tertampar oleh hembusan angin. Dan karena itu, Hamish masih belum bisa move on.
Ya gimana mau move on kalau cewek yang diincar rupanya sudah jadi kakak ipar dan tinggal di rumah?
Untuk alasan itu, Hamish minta izin untuk tinggal di kosan. Alasannya klasik. Biar dekat sama kampus. Dekat sama kampus dan jauh dari yang buat hatinya campur aduk.
“Dude, I wanna cry in spanish.”
Saat bercerita di sekre, Hamish bilang begitu. But he didn’t cry at all. Dia malah nyetel lagu Chakra Khan yang kemudian diganti dengan Cinta Satu Malam.
Nggak nyambung memang. Tapi hari itu, Juna dan kawanannya membiarkan Hamish menggila sepuasnya.
Karena mereka tahu Hamish nggak mungkin nangis sambil bawa empat lembar tisu ke sekre.
Sudah satu tahun sejak kejadian yang bikin perasaan Hamish lebih berantakan dibanding kandang ayam.
Keinginan Hamish untuk jauh-jauh dari urusan cinta masih ada. Tapi ketika Aya datang dengan satu temannya ke sekre, Hamish seketika pangling.
“Ya, itu tadi temen satu fakultas kamu?” tanya Hamish, dan Aya langsung menggeleng. Dari cara bicaranya Hamish, Aya tahu kalau cowok ini cukup tertarik.
“Satu fakultas sama lo, Bang,” balas Aya dengan santainya.
Hamish membalasnya dengan “oh” panjang. Matanya kemudian beralih pada sapu tangan navy blue yang ada di tangannya.
Kembali kepala Hamish menoleh ke arah Aya. “Namanya, Ya?”
“Tanya aja, ajak kenalan, Bang.” Aya tertawa kecil sambil menepuk salah satu lengan Hamish. “Dia sering ke perpus utama, maba soalnya.”
Alasan kenapa Hamish tertarik masih buram. Hanya karena dipinjami sapu tangan Hamish jadi tertarik.
Ini tertarik sama sapu tangan atau pemiliknya, Hamish sendiri tidak begitu mengerti.
Tapi mengingat cewek yang entah siapa namanya itu tersenyum ke arahnya, Hamish tahu sesuatu.
Mulai sekarang dia akan mencoba menginjakkan kaki ke perpustakan utama.Alasannya? Untuk mengembalikan sapu tangan.
Mungkin sekalian nitip hati yang pengin sembuh setelah patah hati.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Unknown (✓)
ChickLit[Short Stories] Love is unknown, but love is not blind. It sees more not less. But because it sees more, it chooses to see less. #121 in ChickLit: 10.14.2017 Started: June 10, 17.