Yogi-Sarah: Missing You

1K 254 82
                                    

“Di sana jam berapa?”

“Jam satu.”

Di layar ponsel Yogi ada sosok Sarah, dengan mata pandanya dan juga muka bantalnya. Yogi’s favorite banget yang satu ini.

“You wake this late?” tanya Yogi. Cowok itu membalikkan tubuhnya ke kanan.

Tangan kanannya dia gunakan untuk menjadi bantal ekstra untuk kepalanya sementara tangan yang satunya memegang ponsel.

“Biar bisa telponan, Gi. Jarang-jarang bisa kayak gini.” Sarah ikut membalikkan badannya. “Aku ngampus siang ke sore, kadang malam juga ada kelas. Aku istirahat kamu malah kelas.”

“Derita beda negara sih gini.” Sarah tertawa sambil menganggukkan kepalanya menyetujui.

“Masuk jam berapa kamu, Gi?”

“Nanti jam sepuluh, seminar,” balas Yogi dengan santainya. Dan seakan tahu apa yang akan Sarah katakan selanjutnya, dia langsung menambahkan, “Aku nggak bakal mandi sekarang. Nanti aja, dingin.”

“Kalau gitu Desember nanti kamu harus ke sini, Gi. Lebih dingin.”

“Tapi di sana kan enak. Lagi summer, kan?”

Kembali Sarah menganggukkan kepalanya.
Beberapa detik kemudian keduanya sama-sama diam.

Yogi hanya memandangi wajah Sarah dari ponselnya sebelum menghembuskan napas kasar.

“Damn, aku pengin kamu beneran di samping aku, Sar,” gerutu Yogi yang disusul dengan decihan.

“Gila kamu ya?” balas Sarah. “Ngajak tidur?”

Yogi tertawa karena kalimat terakhir yang Sarah ucapkan. Langsung ke sana rupanya calon istrinya ini berpikir.

“Gila karena kamu.”

Kalimat yang Yogi ucapkan membuat Sarah kaget. Jelas saja, Yogi biasanya nggak bilang kalimat seperti yang barusan.

“Mas Yogi, sejak kapan mulai cheesy gini?” tanya Sarah. Di detik berikutnya cewek itu sudah tertawa cukup keras.

“Makanya cepet balik, Sar.”

“Dih, hubungannya apa coba?”

Tidak ada jawaban. Keduanya kemudian sama-sama tertawa lagi, sama-sama menunjukkan senyum masing-masing ke front camera handphone.

Begitu tawa reda, Yogi menghela napas panjang. Kali ini tatapan matanya perlahan berubah.

“Pretending isn’t my style, Sar,” Yogi menyeletuk tiba-tiba, namun tiap kata dia ucapkan perlahan, “ I miss you so damn much.”

Mata Sarah perlahan ikut membentuk senyuman. “Harusnya kamu bilang dari tadi, nggak perlu pake acara cheesy begitu, Gi.”

“Kamu nggak mau ngomong apa gitu ke aku?”

“Nggak ada sih.” Sara membalas dengan entengnya, memampangkan muka tanpa beban tanpa dosa ke arah Yogi.

“Tai, Sar.”

Kalau yang begini Sarah sudah biasa. Kalau dia marah hanya karena kata-kata kasar yang keluar dari mulut Yogi, berarti dia belum mengenal Yogi.

But she knows him fucking much. Keluarga Yogi, kebiasaan Yogi, sampai ukuran boxer Yogi.

Oh, soal boxer Sarah bisa jelaskan. Itu hadiah ulang tahun. Sarah tahu setelah bertanya pada Wisnu, adik Yogi.

Baik Yogi mau pun Sarah masih terdiam. Yogi kelihatan tengah memejamkan matanya sejenak. Dan di detik itulah Sarah berbisik, “I miss you just like how you miss me, Gi. Bahkan lebih.”

Mata Yogi langsung terbuka. “No. Kangennya kamu sama aku itu nggak bisa dibandingin, Sar. Don’t try to compare one feeling to another.”

Ini dia prinsip lain dari Yogi. Buat cowok itu, hal yang paling tidak bisa dibandingkan itu perasaan.

Karena kalimat “I feel you” itu hanya wacana.

People have their own feeling. and the way you feel it won’t be the same feel when other people try to.

Kembali, Sarah tersenyum. “Intinya sih, kita sama-sama kangen.”

Yogi hanya mengangguk mengiyakan.

Cowok itu sekarang membalikkan posisinya ke kiri, memandangi Sarah kurang lebih tujuh detik sampai akhirnya dia kembali mengeluarkan suaranya.

“Mending kamu tidur. Jangan sering ngalong. Nggak bagus.”

“Kamu udah mau pergi?” Pertanyaan Sarah dibalas dengan gelengan kepala Yogi.

“Istirahat aja, tapi video call-nya jangan dimatiin,” kata Yogi dengan nada bicara yang melembut. “Aku nunggu kamu tidur.”

“Really, Gi?”

“Ya.”

Sarah tersenyum sebelum mengangguk. Dia akhirnya menerima tawaran Yogi untuk menjaganya hingga tidur, meskipun dari jauh.

Ketika Sarah mulai memejamkan matanya, Yogi berbisik kecil, “This man will always loves you, Sar.”

“Well, this girl too, Gi.”

***

Unknown (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang