Mahasiswi Sekolah Bisnis Manajemen pasti kenal dengan cewek yang satu ini. Salah satu icon berjalannya fakultas manajemen dan yang sering jadi asdos* ini memang populer.
Populer bukan hanya karena nilainya yang bagus, tapi senyumnya yang pasti dilihat semua orang, mulai dari rektor sampai yang mang-mang jualan rujak di dekat area kampus.
(*asdos: asisten dosen.)
Cewek yang satu ini memang cepat belajar. Sejak SD, cewek berdarah jawa ini memang suka memperhatikan banyak hal.
Beberapa orang beranggapan kalau Natasha Meyra ini kelak akan jadi profesor, ilmuwan, atau peneliti karena tingkahnya. Tapi kemudian, semuanya berubah ketika cewek itu memilih untuk menjadi anak IPS ketimbang IPA saat duduk di bangku SMA.
Buat Natasha Meyra, mempelajari sesuatu yang baru tidak selamanya ditemukan dengan mempelajari sains. Dari ilmu sosial, dia juga jadi tahu banyak hal. Perasaan misalnya.
Orang bilang, terlalu sering bertemu dengan seseorang bisa menimbulkan perasaan tersendiri yang muncul seiring dengan berjalannya waktu.
Dan untuk hal itu, Natasha siap menganggukkan kepalanya.That one was right
Dari mana cewek ini tahu?
Lewat pengalaman.
Orang bilang, pengalaman itu guru terbaik.
Oh, too much with that 'orang bilang'.
Tapi itu memang benar adanya. Nata sendiri banyak belajar dari apa yang dia lihat. Mulai dari cara menulis, cara membaca, cara membuat pembukuan satu perusahaan, sampai cara untuk mencintai seseorang tanpa perlu diikat oleh status.
Dengan sering-sering melihat ketua BEM SBM yang sering disapa "Reza" itu, Nata jadi belajar kalau mencintai seseorang tidak selamanya harus masuk ke sebuah jenjang yang disebut pacaran.
No need. Karena tanpa hal itu pun, Nata tahu kalau dia mencintai Reza. Dan begitu juga sebaliknya.
Cinta itu bukan hanya sekadar digambarkan dengan kata-kata, tapi perbuatan juga. Bahkan, perbuatan lebih ampuh dan lebih bisa dipercaya.
Contohnya seperti sekarang ini. Di saat Reza meletakkan satu kotak McD di meja Nata.
"Belum makan kan, Nat? Makan dulu, yuk," ajak Reza dengan santainya. Cowok itu tersenyum manis ke arah Nata, show his sweet dimples to that girl.
"Makasih, Ja."
"Urwel." Reza membalasnya dengan satu senyuman lagi.
Oh, ini dia hal lain yang Nata pelajari dari memerhatikan Reza. Senyum Reza ini berbahaya. Terlalu sering dilihat bisa bikin addicted, sudah sama kayak NAPZA.
Sayangnya, Nata sadar akan hal itu di saat dirinya sudah benar-benar addicted dengan senyum manisnya Reza itu. It's to late to going back.
Tapi Nata nggak keberatan untuk terus addicted dengan hal yang satu ini. Asal orangnya mau terus me-re-stock senyum, Nata nggak bakal sakaw.
Reza dan Nata sama-sama duduk di sofa kosong yang ada di dalam ruangan lalu berdoa untuk beberapa saat. Doa makan.
Setelah selesai, Reza membuka kotak makannya. Dia belum menyentuh makanannya. Yang Reza lakukan justru menolehkan kepalanya ke arah Nata dan bertanya, "Kamu nggak lupa berdoa untuk aku kan, Ta?"
"No." Nata menggeleng kecil sebelum tersenyum.
"Nggak ngedoain apa nggak lupa ngedoain?" tanya Reza dengan tatapan isengnya, membuat Nata kembali tertawa.
"Kamu mau yang mana, Ja?"
"The second option pastinya."
"Then you got it already."
Reza tertawa kecil, menyandarkan punggungnya ke sofa sejenak. "Kayak gimana coba doanya?"
Nata tertawa lalu menjulurkan lidahnya. "Nggak boleh. Nanti nggak baik doanya kalau diumbar-umbar ke orang."
Kalau mau tahu doanya Nata, sebenarnya simple.
Di sela doa makannya itu Nata menambahkan satu permohonan kecil.Permohonan dengan nama orang yang ingin Nata jadikan tempatnya untuk berhenti menanti.
Nama yang ingin Nata jadikan last stop, nama yang ingin dia jadikan partner to grow old with.
Dan itu adalah dia. Dia yang duduk di samping Nata, tersenyum pada Nata dan membuat hati Nata bergetar untuk yang ke sekian ratus kalinya.
This Reza Mahardika Dian.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Unknown (✓)
ChickLit[Short Stories] Love is unknown, but love is not blind. It sees more not less. But because it sees more, it chooses to see less. #121 in ChickLit: 10.14.2017 Started: June 10, 17.